fire

113 13 1
                                    

5.7k

San jadi lebih sering datang ke kafe lebih awal, pada dua jam terakhir jam kerjanya. Yunho tidak tahu harus berterimakasih atau menyayangkannya, karena dia jadi memiliki dua jam waktu untuk mencuri pandang ke arahnya, sebelum akhirnya pulang sementara San masih tinggal hingga menjelang gelap malam (info dari Seonghwa).

Yunho juga menepati janjinya. Waktu San datang itu selalu sehabis jam sibuk, jadi Yunho menggusur Mingi dari mesin kasir untuk melayaninya langsung. Mingi menggerutu, tapi tidak begitu protes karena waktu istirahatnya bertambah.

Kemudian, Yunho menuntun San untuk memilih kopinya dan memberikan jenis makanan penutup yang akan cocok dengan kopi tersebut. Yunho tau San itu lebih menggemari sesuatu yang manis. Satu hal lain yang Yunho sadari, San lebih memilih minuman kopinya panas –berbeda dengan jus stroberi maupun milkshake pesanan favoritnya yang selalu dalam keadaan dingin.

Yunho tidak memusingkannya. Dengan pesanan yang panas, Yunho bisa sekaligus menunjukkan kemampuan latte art-nya. Ia sudah cukup berpengalaman menjadi barista sehingga Yunho dapat menirukan bentuk bunga yang sedang bermekar. Tapi kalau San sadar Yunho selalu memberi latte art berbentuk hati padanya, ia akan pura-pura masih awam dengan keterampilan itu dan bilang kalau itu hanyalah latihan.

Tingkah Yunho membuat Seonghwa, yang jadi lebih mengenali calon pelanggan tetapnya itu, menggelengkan kepala.

"Hapus senyuman bodohmu itu," ujar Seonghwa bercanda ketika Yunho berjalan sambil memeluk nampan, kembali ke balik konter, dengan pujian San akan latte art-nya hari ini masih segar dalam pikirannya. "Aku terkejut dia terlihat masih tidak menyadarinya."

Mingi menyahut, setengah duduk setengah menyandar pada konter kasirnya. "Mungkin dia sadar, tapi menganggapnya bukan apa-apa."

Yunho meletakkan nampan di tangannya tadi dengan keras, sebal, menanggapi ledekan Mingi.

"Hampir setiap dia datang ke sini, Yunho akan pergi ke sana dan duduk menemaninya," lanjut Seonghwa mengucapkan observasinya.

"Namanya San," kata Yunho, mengingatkan lagi nama orang yang sedang mereka bicarakan.

"Bahkan beberapa kali memberikannya dessert gratis," lanjut Mingi lagi, matanya kini berkutat dengan ponselnya.

Seonghwa melemparkan pandangan tidak senang pada Yunho, kemudian memberikannya juga pada Mingi.

"Mingi, tidak boleh ada ponsel saat jam kerja," peringatnya. Mingi langsung mengantungi ponselnya kembali, bersiul seolah tidak terjadi apa-apa.

Seonghwa kemudian beralih pada Yunho. Yunho mengangkat tangan di depan dadanya. "Sebelum kau mengomeliku, aku langsung membayarnya dengan uangku sendiri," ucapnya membela diri. "Hitungan untung harian yang kamu lakukan pasti tidak ada yang janggal."

"Entahlah soal itu, aku harus mengecek ulang pembukuannya," sanggah Seonghwa tidak mempercayainya.

Mingi membuat wajah seperti meledek Yunho dari balik badan Seonghwa. Yunho memincingkan mata tajam sebagai balasan.

"Lakukan apa yang kau mau, asalkan tidak membuat pelangganku kabur," peringat Seonghwa yang terakhir kali, sebelum meninggalkan mereka untuk pergi ke ruangan kerjanya.

"Kamu tidak ingin kembali ke sana lagi?" tanya Mingi, kini menyibukkan diri untuk mengelap mini bar.

Yunho melempar pandang ke arah San, nyaman di spot favoritnya di kafe ini.

Ada sesuatu yang berbeda San yang memakai kacamata bacanya, mengetik dengan cepat pada keyboard laptop. Terlihat begitu dalam zonanya. Yunho tidak ingin mengganggunya. Melihatnya dari kejauhan begini saja sudah cukup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cupere ; yunsanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang