(2)

40 9 3
                                    

Setelah pertandingan,

Eijun beristirahat di bench. Terlalu lelah dengan pertandingannya karena dia menjadi pitcher dari awal. Mana cuacanya panas.

Pertandingan sengit yang menghasilkan skor 1-0 untuk Inashiro itu benar benar membuat mereka merasa belum ada apa apanya.

Harus berlatih lebih banyak lagi. Terutama untuk anggota lapis satu yang baru. Mereka juga harus memiliki ketahanan tubuh yang baik.

"Sawamura, mau balek ke kamar?"

"Aku terlalu lelah, Miyuki... tangan dan kakiku keram..." balasnya sambil berbaring di kursi.

"Mau ku gendong?"

"Nggak. Kau juga lelah kan... otot kakimu pasti juga tegang gegara kebanyakan jongkok didepanku"

"Tugasku kan emang jongkok... dari kecil juga udah jongkok... gimana sih"

"Hehee... " Eijun cuma nyengir. Meski wajahnya keliatan lelah, tapi tak menghilangkan kesan manis disana.

Miyuki ngalihin perhatiannya kekumpulan anak Inashiro yang belum pergi. Mereka masih nungguin pelatihnya ngobrol dengan pelatih Kataoka, membahas rencana masa depan, "Aku mau bicara sama anak Inashiro, kau ikut?"

"Aku disini aja.... aku capeeek~"

Belum sempat Miyuki pergi dari sana, Mei dan beberapa anak ngehampiri mereka.

"Hei, Kazuya! Tangan lu baek baek aja?"
Tanya Mei sambil mendekat. Dia ingat di inning ke 4, Sawamura melempar bola yg nampaknya kencang. Lemparan yang belum pernah mereka lihat.

"Tanganku selalu baik baik saja, Mei" balas Miyuki, "Harusnya gw yang nanya, pinggang lu baik?" Tambahnya dengan seringai. Bikin yang nengok pengen nonjok.

Eijun yang mendengar itu langsung duduk. "Maaf, Narumiya-san... aku belum menguasai lemparan itu"

"Gapapa Sawamura-chan. Gabegitu sakit. Itu ga bikin kau trauma lagi kan? Hahahaaa"

"Mei, diem lu. Jangan buka luka lama" Miyuki natap Mei datar. Kalo diingat kembali, itu adalah masa masa sulit bagi Seido.

"Oh, sorry... Maaf ya Sawamura. Aku ga bermaksud"

"Hahaha. Santai aja, Narumiya-san"

Mereka pun mengobrol sambil duduk disana, walau yang banyak ngoceh adalah Mei dan Eijun.
Miyuki juga hanya ikut sebentar, gak lama dia balek ke asrama untuk bebersih diri.

"Woy, bakamura" panggil Mochi yang datang sambil bawa seekor kucing, minuman, dan sekantong makanan.

"Dia dari tadi mau keluar... jadi kubawa dia" Mochi ngasih si kucing ke Eijun. "Sama ini, minuman. Kau lama ga balek ke kamar, takutnya napa napa pula"

"Aww... Mochi-nii, kau mengkhawatirkan ku?"

"Berisik!"

Eijun ngebenerin duduknya, lalu minum air yang dibawa Mochi.

"Ini kucing kalian?" Mei menatap binar kucing abu putih yang lagi duduk dipaha Eijun.

"Kucingnya anak ini" tunjuk Mochi pada Eijun. "Kenapa?"

"Ditempat kami juga ada. Bisa nih dijodohin, hahaha"

"Waah! Aku mau lihat fotonya! Warna apa kucingmu, Narumiya-san?"

"Panggil aku Mei aja, Eijun, hahaha" Mei ngeluarin hapenya. Dia membuka galeri untuk menunjukkan foto.

"Warna putih. Lihat nih!"

Mochi dan Eijun melihat foto Mei yang lagi meluk kucing putih.

"Mei, lu serius... kucingmu kek bukan kucing biasa"

"Yaelah Chi, gamasalah mau kucing ras atau jalanan. Kalo ternyata mereka saling cinta, kenapa enggak? Hahahaaa"

Bisa aja si Mei.

"Terus, kalo misal mereka kawin, anaknya gimana?" Tanya Eijun yang mikirnya dah jauh. Kayak bakal jadian aja mereka.

"Mungkin kita taruh disuatu tempat. Bukan di Inashiro atau Seido. Kita bikinin rumah"

"Kalo gitu, besok kalian libur kan? Sore aku main kesini bawa kucingku"

"Serius, Mei-san?! Boleh! Hahahaa"

Akhirnya Mei dan rombongannya balek ke asalnya karena pelatih mereka sudah selesai ngobrol. Eijun dan Mochi juga balek ke kamar buat mandi sore.

Malamnya si Mei menelpon Eijun untuk lanjut ngobrol. Eijun juga sambil ngerjain tugas sekolahnya, Mochi bilang kalo ga selesai dia gaboleh main besok.

.
.
.

Maap ya kalo ga jelas
Ini sambil ngerjain animate
Thanks

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang