Poin terpenting. Karena kamu menarik bagi saya.
- Emy.Aemylie Hadiwijaya. Seorang wanita karir berusia duapuluh enam tahun. Menjabat sebagai General Manager disebuah perusahaan ternama 'Gwandari Group'.
Bagaimana bisa diusia semuda itu dia mendapatkan posisi yg berada dipuncak kesuksesan?
Sudah menjadi rahasia umum, Aemylie—Emy merupakan sosok yg keras. Dia cerdas, mampu mengandle segala tugas yg diberikan. Bahkan sering menyumbangkan kepiawaiannya dengan memenangkan tender-tender besar yg artinya ia adalah salah satu pion terpenting perusahaan.
Dan sudah menjadi rahasia umum juga, jika Emy tidak pernah sekalipun terlihat menggandeng seorang lelaki. Bahkan para klien yg notabenenya miliuner ditolak mentah-mentah olehnya. Hal itu menjadikan Emy bahan perbincangan panas di perusahaan.
Apa Emy cantik? Dia sangat cantik. Rambut panjang bergelombang yg berwarna Caramel yg senada dengan warna matanya. Bibir berwarna merah yg mungil namun sexy, hidung mancung, serta berbadan seperti gitar Spanyol.
Namun, saat ini. Disebuah apartemen tunjangan dari perusahaan yg diberikan kepada Emy. Ia sedang berhadapan dengan seorang lelaki.
Mereka berdua berdiri ditengah ruang tamu yg diisi sofa melingkar, televisi layar lebar, dan pernak-pernik lainnya.
"Jadi? Apa maksud Mba Emy nahan aku?" Tanya lelaki itu. Mba? Yap, lelaki itu adalah teman dari adik Emy. Wanita bersurai karamel yg senada dengan matanya itu mendongak menatap lelaki dihadapannya
"Theoden, jadi pacar saya." kalimat angkuh itu keluar dari bibir penuh seorang wanita berusia duapuluh enam tahun-Aemylie.
"Hah? Maksud Mba Emy?" Bingung lelaki muda dihadapannya.
"Kamu. Jadi pacar saya." Tekan Emy. Ekspresi lelaki muda tersebut seketika berubah setelah paham apa yg dimaksud Kakak perempuan dari temannya itu. Ia pun menyeringai.
"Kenapa harus jadi pacar, Mba Emy? Memangnya Mba Emy bisa kasih aku apa?" Ejek Theo—pemuda sembilan belas tahun itu.
Emy yg masih mengenakan gaun tidur satin, melangkah maju dengan berani. Hingga dirinya dan Theo hanya berjarak satu langkah. Tangannya merangkul keleher Theo.
"Perlu kamu tahu. Saya bisa memberikan apapun buat kamu." Bisik lirih Emy disamping telinga Theo.
Theo menggeram. "Kenapa Mba Emy pilih aku buat jadi pacar? Bukankah banyak lelaki dewasa yg lebih dari aku?"
"Karena saya mau kamu, bukan mereka." Tatap Emy. "Dan poin terpenting karena kamu menarik bagi saya."
"Aku bukan lelaki remaja yg naif. Aku juga lelaki normal kalau Mba Emy ingat. Dan sebagai lelaki normal, apa sebagai lelaki normal aku menolak wanita yg jelas-jelas sangat menggoda ini? Jawabannya tidak." Tatap Theo tepat dimata Emy, nada bicaranya terdengar berat dan sexy. Kedua tangannya menarik pinggang Emy, sehingga tak ada jarak diantara tubuh keduanya.
"Sekali masuk dihidupku, selamanya tidak akan kubiarkan keluar. Tidak sekalipun." Tajam Theo.
"Maka dari itu biarkan saya masuk." Balas Emy berani. Emy tidak sadar dengan siapa ia bermain.
"Kalau begitu tunjukkan apa yg bisa 'kamu' berikan padaku seperti apa yg kamu ucapkan tadi." Tantang Theo dengan menekankan kata 'kamu'.
Emy yg merasa tertantang pun semakin berani mendekatkan wajah mereka berdua hingga ujung hidung mereka saling bertemu.
Emy memiringkan wajahnya dengan mata terpejam.
Cup.
Sebuah kecupan mendarat dibibir Theo. Ketika Emy ingin menjauhkan wajahnya, dengan segera Theo menahan tengkuk Emy dan melumat dengan keras.
Bibirnya mengulum bibir bawah milik Emy. Mengigit-gigit kecil yg menimbulkan sebuah desahan kecil dari Emy. Kesempatan itu tak disia-siakan begitu saja oleh Theo. Begitu bibir Emy membuka, ia pun memasukkan lidahnya.
"Emhh.." Desah Emy yg dibalas geraman kasar dari Theo. Lelaki muda itu menghentikan ciumannya ketika merasa oksigen keduanya menipis.
Tapi kemudian bibirnya beralih menelusuri leher jenjang milik Emy yg terlihat menggiurkan.
Mengecup kecil mulai dari bawah dagu hingga pangkal leher yg lalu dihisapnya dengan kuat, hingga menimbulkan erangan dari mulut Emy.
Entah sejak kapan kini tangan sebelah kanan Theo mendarat disalah satu payudara Emy yg masih terhalang tipis gaun tidurnya. Yg ternyata tidak mengenakan bra.
Meremas lembut, lalu menurunkan tali spagetti gaun dari bahu Emy. Theo mengangkat wajahnya. Ia pun melihat bagaimana ekspresi wanita dewasa didepannya. Sexy dan menggairahkan. Matanya terpejam dengan bibir menganga kecil yg mengeluarkan desahan lirih serta wajah yg memerah.
Theo berpikir dia harus berhenti disini. Ini salah, bukan seharusnya ia seperti ini. Memang sejak awal ia tertarik dengan kakak dari temannya itu. Hanya saja ia tidak pernah mengira akan menjadi seperti ini.
Tapi, Emy sendiri kan yg menyodorkan dirinya. Bahkan Theo juga tidak memaksa.
"Aku pikir, kita harus berhenti." Suaranya sangat-sangat berat. Bagaimana tidak? Sesuatu dibawah sana telah mengeras dengan sempurna.
"Aku terima ucapan Mba Emy. Dan mulai sekarang Mba Emy hanya milikku. Apa yg ada di diri Mba Emy, semuanya milikku."
__^__
8, Mei 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTOPPABLE [PREVIEW]
Romance18+ harap bijak dalam memilih bacaan! "Theoden, jadi pacar saya." kalimat angkuh itu keluar dari bibir penuh seorang wanita berusia duapuluh enam tahun-Aemylie. "Hah? Maksud Mba Emy?" bingung seorang lelaki muda dihadapannya. "Kamu. Jadi pacar saya...