Sabumi, Selamat Ulang Tahun.

205 29 2
                                    

D-3.

"Papa! Sabumi pulang!"

"Halo, Jagoannya Papa. Bagaimana hari ini?"

Papa memeluk putra kebanggaan nya itu dengan erat, seakan menyalurkan energi yang ia punya untuk memulihkan kan kembali anaknya.

Sabumi tentu membalas dengan tak kalah erat, seakan sampai mati tak ingin di lepas.

"Berjalan baik seperti biasanya, Pa." Jawabnya seusai mendekap hangat.

Papa tersenyum senang, mengucap syukur kepada Tuhan karena doa yang ia panjatkan terkabul.

"Terimakasih, Tuhan.."

"Papa senang sekali mendengar nya."

"Yasudah, kamu sudah makan belum?"

"Udah kok, Pa. Sama Ogi tadi, makan bakso, hehe." Sabumi menjawab dengan cengiran gantengnya.

Papa tersenyum tipis, "Yang penting kamu udah makan. Kalau lapar, makan lagi ya?" Tukas Papa kelewat lembut.

Si kebanggaan membuat pose hormatnya kepada sang pemilik hatinya, Papa tercinta.

"Ay ay, Captain!" Serunya.

Kemudian mereka tertawa bersama, memenuhi seisi ruangan.

"Ohiya, Papa sudah makan?"

"Sudah, sayang. Tadi Kak Ifan kesini nganter makanan sekalian liat Papa katanya kangen. Papa bahkan sampai di suap makan, haha." Kekeh Papa saat menceritakan hal yang terjadi sebelum Jagoannya pulang.

Mendengar itu, Sabumi tertawa kencang. Dalam kepalanya, ia benar-benar membayangkan bagaimana raut serius yang tercetak jelas di wajah kakak sepupunya itu saat sedang menyuapi sang pemilik hati.

"HAHAHA, Sabumi tebak, Kak Ifan menyuapi Papa sambil menangis." Terka Sabumi, sebelum kembali tertawa terbahak-bahak saat melihat anggukan kepala Papa.

Papa ikut tertawa, namun terlihat santai. Tak seperti Sabumi yang tertawa sampai tak bersuara. Wajah tangis Ifan terus terlintas dalam benaknya.

"Sabumi, sudah ah. Lihat kamu sampai keringatan ketawanya." Peringat Papa untuk berhenti, Papa bawa tangannya untuk membelai rambut lepek sang Jagoan yang karena keringat.

"Huh.. huh.. Iya, Pa, maaf. Habisnya ngakak banget ngebayangin muka Kak Ifan." Ujar Sabumi sembari mengatur nafasnya kembali.

Papa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kamu iniiii, hobi banget jailin kakaknya. Pantes Kak Ifan ga pernah mau berduaan sama kamu, jahil sekali ternyata."

"Hehe, maaf, Papa. Sabumi begitu karena sayang Kak Ifan, kok! Lagi pula kalau kejahilan Sabumi sudah sangat membuat Kak Ifan beneran kesel, Sabumi akan segera meminta maaf." Ucap anak itu dengan pandangan teduh.

Lagi dan lagi, Papa tersenyum. Kali ini dengan rasa bangga yang menggebu-gebu.

"Hebat sekali anak Papa." Dengan suara nyaris bergetar, Papa berkata dengan manik yang bergetar pula.

"Jelas! Sabumi kan anak Papa dan Mama!" Anak itu berbangga.

Papa mengangguk.

"Sekarang kamu istirahat, ya? Pasti cape sekali hari ini."

"Iya, Pa. Papa juga istirahat, ya? Gaboleh kecapean. Kalo mau ambil sesuatu atau ada apa-apa, panggil Sabumi atau telepon, ya?"

"Iya, Jagoan."

"Kalau begitu, selamat beristirahat, Papa."

"Selamat beristirahat, Jagoan."

Sabumi tersenyum hangat. Ia bawa kedua kakinya dengan ringan untuk kembali berjalan menuju kamar miliknya seorang.

Sabumi || Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang