Pagi itu cerah luar biasa yang berujung membuat wajahku terlihat lebih bercahaya, ya namanya juga wanita memang suka kena cahaya seperti itu karena dirinya merasa lebih cantik. Lupakan. Setelah berpamitan pada ibu, aku lalu bergegas mengambil kunci mobil dan berangkat ke kantor dengan penampilan yang menawan tentu saja. Itu kata ibu, aku memang selalu terlihat menawan di matanya. Namanya juga ibu ya pasti support her daughter dengan cara apapun, termasuk cara ini yaitu memuji diriku. Aduh.. Ibu memang sangat lucu. Aku tersenyum hanya karna mengingat celotehan ibu tadi pagi.
"Kapan ya di kamu menikah, ibu jadi tidak sabar melihat calon cucu ibu yang lucu-lucu hahaha"
"Ibu ga perlu khawatir kok, mau aku diam saja atau mencari calon bakal suami. Dia pasti tetap datang karena namanya telah Allah sandingkan denganku di lauhul mahfudz sana ibu. Jadi ibu tenang saja, sepakat?"
"Ibu tahu kamu tidak mau mengambil langkah untuk berpacaran agar saling mengenal, tapi ibu tetap khawatir di kamu jadi perawan tua" Ibu cekikikan lagi, dan aku tahu ibu hanya bergurau. Aku hanya membalas dengan senyuman penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejakmu Yang Kunanti.
Teen FictionSetelah kebohongan-kebohongan berubah menjadi pecahan rahasia, aku tak percaya pada siapapun. Aku tak akan mempercayainya lagi.