Kisah ini dimulai saat Ayra masih berumur empat belas tahun. Di mana untuk pertama kalinya setelah tiga tahun terlewati dia tidak pernah lagi bertemu dengan sesosok kaum Adam yang begitu dia kagumi saat dia masih duduk di bangku kelas tiga SD. Suaranya yang merdu saat mengumandangkan azan, fasihnya lisan dia saat membaca kalam Allah, serta rasa tanggung jawab yang tinggi membuat bayangan dan nama lelaki itu tidak pernah terlupakan di otak Ayra.
Saat itu Ayra sedang membawa kabur sepeda kakaknya yang ternyata remnya tidak berfugsi. Dan dengan ketidak tahuan yang dimilikinya, Ayra justru membawa sepeda gunung itu dengan begitu laju, seolah-olah dia sedang balapan dan tidak ingin dikalah. Awalnya semuanya memang baik-baik saja, dia masih bisa tersenyum bahagia, akan tetapi senyum bahagia itu segera tergantikan dengan kepanikan tatkala dia ingin berhenti tetapi kedua rem sepedanya tidak berfungsi. Dia sudah berusaha menekannya dengan kuat, tetapi tetap saja laju sepeda tidak berubah.
Bahkan kepanikannya bertambah, saat satu meter di depannya ada seorang lelaki yang tampak berjongkok di tengah jalan entah sedang melakukan apa. Saat itu dia ingin menghindar, tetapi tidak ada jalan karena di sebelah kanan lelaki itu ada sebuah mobil yang parkir, sementara di sebalah kirinya ada selokan. Karena tidak ingin membuat lelaki yang tidak dia ketahui itu celaka, akhirnya dengan sengaja dia membelokkan stir sepeda dengan tempo yang cepat, hinnga detik berikutnya dia terjatuh tidak jauh di depan lelaki itu.
Awalnya, Ayra tidak mengetahui lelaki itu, karena dia begitu fokus dengan lukannya yang terasa begitu perih. Namun, saat lelaki itu menanyakan keadaannya barulah dia mendongak ... dan betapa terkejutnya Ayra saat melihat wajah lelaki itu dari dekat. Ternyata dia adalah lelaki yang pernah dikaguminya semasa dia masih SD, bahkan rasa kagum itu berlanjut dan lambat laun berubah jadi perasaan cinta hingga sekarang.
Bagi Ayra, Akhtar adalah cinta pertamanya setelah papanya, juga orang yang sangat penting di dalam hidupnya. Namun yang menjadi pertanyaannya kini adalah, apakah di hidup Akhtar, Ayra adalah orang yang penting juga?
Temukan jawabannya dengan terus mengikuti cerita ini sampai selesai. Tanpa melewati satu bait pun ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Readiness
SpiritualSpiritual-fiksiremaja "Maaf, aku nggak bisa kayak Sayidah Fatimah yang bisa tahan dengan cinta diam-diamnya kepada Ali bin Abi Thalib. Aku juga tidak seberani Bunda Khadijah yang melamar Rasulullah lebih dulu ... yang kubisa hanya menjadi seperti Zu...