Pagi yang cerah secerah suasana hatiku. Pagi ini aku ada pertemuan dengan seseorang istimewa dalam hidupku. Sudah dua puluh menit aku berdiri mematuk di depan cermin. Merapikan kerudung yang menjutai ke dada dan menambahkan bros kupu - kupu disebelah kanan biar serasi.
Aku tak ingin membuang waktu lagi untuk bertemu pria itu. Pria yang selalu hinggap dalam mimpiku dan menjadi bahan perbincanganku dengan Rabh-ku. Semalam aku tak bisa tidur nyenyak. Mengingat besok aku bertemu dengan pria itu. Aku bingung besok mau bicara apa sedangkan aku dan dia sudah lama putus berkomunikasi.
"Udah serasi gak ya penampilanku, waduh kayaknya jam tanganku gak serasi deh dengan penampilanku." Sambil kusapukan pandangan ke meja rias.
"Alah, Mbak mau pakai jam tangan apa saja tetap serasi kok, malahan terlihat anggun dan menggemaskan secara bersamaan."
"Kamu ini, lain kali mau masuk kamar orang itu ketuk dulu kek, itunya namanya gak sopan. Setiap orang punya ruang privasi sendiri."
"Iya .. Iya Mbak, maaf deh, lagian kenapa sih serius amat. Biasanya kalau mau keluar gak seheboh ini. Tunggu ..! Jangan bilang .. Mbak mau ketemuan sama si doi, ya?"
"Ngawur, udah sana keluar!" Raina sambil manyun berlalu meninggalkanku.
Tidak butuh lama aku berkendara dengan motor bututku walaupun sudah butut aku sangat sayang padanya. Mungkin tanpa ia aku tak bisa mengetahui dunia luar.
Alhamdulillah aku sudah sampai di depan kafe kenangan di jantung ibukota. Kafe yang sekarang banyak didatangi para pengunjung baik dari anak remaja, orang dewasa bahkan pasangan suami istri. Memang kafe ini sangat nyaman untuk sekedar berbincang, meeting dan rehat sejenak. Interior dalam kafe ini mengusumkan kesan klasik dan sederhana sekaligus bagi yang memandang langsung terpesona. Dilengkapi rak berisi penuh dengan buku - buku. Beberapa bunga angrek juga berjajaran di depan kafe dan lorong masuk ke ruang makan. Area ini pantas buat berselfi ria.
Sudah hampir setengah jam aku menunggu tapi pria itu tak kunjung datang. Aku masih bersabar menunggunya mungkin dia terjebak macet mengingat saat ini waktunya jam istirahat. Apa dia lupa saat ini janji denganku. Ah, ku tepis pemikiranku, mungkin aku harus sabar lagi.
Makanan dan minuman yang ku pesan sudah habis. Bosan dari tadi stalker di ig sambil nunggu kehadirannya. Kursi yang tadi penuh sekarang tinggal beberapa saja. Hari ini pukul 13.00 Wb aku ada kelas mengajar tapi gerangan dirinya tak tampak. Aku langsung keluar dari kafe setelah membayar ke kasir dan langsung menuju ke parkiran dengan gontai. Masih teringat jelas, pertemuan aku dan dia tak sengaja di depan masjid kemaren.
Waktu itu, aku selesai shalat ashar di masjid Ar - Rahman. Ada beberapa gerombolan pria berpakaian jas di depan sana. Kebetulan di masjid ini tempat shalat laki - laki dan perempuan dipisah oleh satir. Saat aku hendak beranjak keluar, kulihat segerombolan pria berjas keluar melewatiku. Sayup sayup kudengar orang memanggil namaku, awalnya aku hiraukan tapi lama kelamaan kok suaranya tidak asing. Hingga kupalingkan pandangan kesekitar. Di depan sana ada salah satu gerombongan pria berjas sangat kukenal. Ia, dia pria yang menghilang dua tahun lalu. Membuat hidupku jungkring balik.
Tanpa merasa bersalah, dia menghampirku dengan senyum mempesonanya dan basa basi menanyakan kabarku. Kusambut dia dengan raut wajah bahagia seolah olah saat aku ditinggalnya tidak masalah, tidak mempengaruhi hidupku. Setelah basa basi dia menanyakan apakah aku ada waktu senggan untuk berbicara lebih, menginggat hari ini dia sibuk katanya kujawab ia ada besok. Akhirnya dia memutuskan bertemu di kafe ini pukul 11.30 Wib namun mana gerangannya sekarang. Dasar gak pernah berubah.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Aila Sartika
ChickLitMungkin untuk sebagian orang kata rumah adalah tempat yang paling nyaman mengistirahatkan raga setelah lelah bekerja seharian. Tetapi tidak menurut gadis bernama Aila Sartika, untuk saat ini kata rumah sangat dihindari.