Dengan Membaca
Bismillahirrahmanirrahim, Mari kita
Mulai Cerita ini!
Untuk kalian jangan lupa untuk vote
And Comment yahh!
_
_
_
_Hari sudah menunjukkan pukul 18.30, Evan pun baru selesai sholat. Kini ia sedang melihat dirinya didepan cermin, dengan baju kemeja ditangannya.
"Cocok ngak yah?" Tanya Evan ke dirinya sendiri
Hampir 10 menit, ia mencocok kan kemeja itu kebadannya akhirnya ia memutuskan untuk memakai kemeja itu juga. Evan kini sudah siap, penampilan nya juga cukup menarik. Dengan kemeja biru muda sebagai Outer, baju kaos putih sebagai dalaman, celana jeans warna putih, rambut yang rapi, dan tambah lagi sepatu warna putih.
"Okey! Mari kita berangkat," ucap Evan semangat.****
Sementara itu, dikamar nya era. Terlihat era yang tidur sangat nyenyak sekali, di depan laptop nya yang masih menyala. Selang beberapa menit Evan menelpon nya tadi soreh, era langsung tertidur. Seperti nya ia lupa dengan rencana nya untuk pergi dengan Evan, dan mungkin ini juga akan jadi perang dunia ke seratus.
Evan sudah berada di depan rumah era, dengan motor besar nya.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga lancar ya Allah," Evan yang berdoa sebelum masuk ke rumah era.
"Permisi! Permisi Tante! Era!" panggil Evan di depan pintu rumah era.Ckelek
Pintu pun terbuka, menampilkan asisten rumah tangga nya era.
"Eh den Evan, ada apah den?" tanya bibi sopan.
"Em gini bik, Evan mau cari era. Era nya ada kan bik?" jawab Evan sopan.
"Oh non era,ada kok di dalam den. Mau bibik yang panggilin atau den Evan aja yang naik ke atas?"
"Em ke nya biar aku aja deh bik yang ke atas"
"Yaudah silahkan den masuk," ucap bibik, mempersilahkan Evan masuk.Evan pun masuk ke dalam rumah, menuju kamar era. Kamar era tidak terkunci, jadi Evan main masuk aja.
"Era! Permisi gue masuk yah Ra," pangil evan, yang terlebih dahulu permisi sebelum masuk ke kamar era.
"Era, kamu udah siap kan?" Tanya Evan sambil berjalan masuk ke kamar nya
Dan lihat lah, pemandangan yang Evan lihat. Dengan nyenyak, era tidur telungkup di depan laptop nya yang masih menyala."Astaghfirullah, ayo Evan sabar," guman Evan mengelus dada nya, mencoba untuk sabar.
Evan berjalan menuju kasur era, tepat di samping kasur Evan langsung berteriak "ERA THALETHA!" teriak Evan kencang.
Era yang sedang berada di alam mimpi nya, langsung terperanjat terbangun dari tidurnya.
"Bisa bisa nya kamu tidur!" kesal Evan berkecak pinggang.Era butuh loading beberapa saat."Apa sih Van?"Jawab era lemas karena masih ngantuk.
"Ya ampun Ra, kamu lupa sama janji kita?"tanya Evan masih sabar.
"Janji?" tanya balik era."Kita kan mau pergi jalan jalan Ra," Evan yang kesabaran nya sudah mau habis.
"Oh jalan jalan." singkat era lalu kembali baring dan memejamkan mata.
Evan benar benar sudah tidak bisa menahan emosi nya."ERA THALETHA!" teriak Evan kesal sekali, lalu pergi keluar dari kamar era.
Era pun terbangun lagi mendengar teriakkan Evan."kenapa sih tuh anak," bingung era yang melihat Evan membanting pintu kamar nya.
Era loading sebentar."Ya ampun! Bisa bisa nya gue lupa!" panik Era, ia baru ingat bahwa ia ada janji untuk pergi jalan sama Evan.
Dengan terburu-buru,Era langsung berlari keluar kamar untuk mengejar Evan. Tapi sayang, Evan sudah pergi lebih dulu menggunakan motor nya.
"EVAN TUNGGU DULUUU!" teriak era tergesa-gesa keluar rumah nya.
Evan pun tidak menghiraukan teriakan era, ia terus melajukan motornya.Era benar benar panik sekali, bisa bisa nya ia lupa dengan rencana nya untuk pergi dengan Evan.
Era kini bingung harus apa."Bodoh banget sih kamu Ra!" rutuk era Ke dirinya sendiri "Oh iya! Mending aku telpon aja" sambung era, baru mendapatkan solusi.
Era langsung masuk ke dalam rumah nya, menuju kamar untuk mengambil handphone.
"Aduh mana sih nomor nya Evan," guman era sibuk mencari nomor Evan
"Ketemu" sambung era langsung menghubungi Evan
Tut Tut Tut TutEra sudah berulang kali menghubungi Evan, tapi hasil nya nihil Evan tidak mengangkat telepon era. Padahal hp Evan aktif, pas ditelpon berdering.
"Gimana cara nya, pasti Evan marah banget sama aku. Eraaa kok loh bisa lupa sih? Ribet kan jadi nya, dasar bodoh," lirih era. Merutuki dirinya sendiri.
"Ayo era berpikir! Evan biasanya kalok lagi bete atau ada masalah kan, pergi ke pinggir danau. Oh Iya danau! mending aku susul aja dia kesitu, pasti Evan pergi ke danau." Era langsung bersiap siap untuk pergi ke danau.Ia tidak dandan sama sekali, dengan muka yang baru bangun tidur, rambut yang acak acak an, pakaian yang ia pakai tadi siang dan juga muka nya yang kusam. Ia hanya menambah kan Hoodie agar tidak kedinginan.
Era pergi ke danau berjalan kaki, kebetulan danau nya lumayan dekat dengan rumah nya dan juga tidak ada yang mengantar. Tapi yah jika di pikir pikir lagi, danau nya cukup jauh juga sih. Tapi yasudah lah tidak ada pilihan lain.****
"Bangsat!" umpat Evan,yang kini duduk di atas motor nya di pinggir danau
Ia terus menerus mengumpat, mengacak acak rambut nya dan sesekali menarik rambut nya. Evan sangat sangat kesal sekali.
Masalah nya, ini bukan sekali atau dua kali era melupakan janji nya dan tertidur. Era sudah sering kali seperti ini, hingga lh sampai di mana Evan tidak bisa lagi memaklumi nya, kesabaran Evan benar benar sudah habis.
"Era! Kenapa sih kamu ngak bisa ngubah sikap kamu, apa jalan jalan sama aku itu ngak penting? Makanya kamu Sampek lupa? Atau kamu emang ngak mau jalan sama aku? Aiss!!" curhat Evan menatap danau yang disinari cahaya bulan.
Sekitar 10 menit Evan melamun menatap danau, tiba tiba ia mendengar suara perempuan memangil nya. Evan pun langsung tersadar dari lamunannya, dan melihat keseliling mencari sumber suara tersebut.
"Evann! Van! Kamu ada disini kan? Evann!" teriak orang tersebut.Suara itu makin dekat dan jelas, dan tentu saja Evan tau itu suara siapa. Suara itu adalah suara era.
Evan masih kesal dan kecewa dengan era. Ia buru buru menghidupkan motor nya, dan pergi tanpa mempedulikan era yang teriak memanggil nya.
Era yang melihat Evan pun langsung mengejar nya."EVANN TUNGGUIN ERAA!" teriak era, terus mengejar Evan.Evan sama sekali tidak peduli dengan teriak an era, ia terus melajukan motornya yang terus melajukan motornya.Walaupun di hati kecil nya ada rasa kasihan dan tidak tega dengan era.
"Evan tungguin duluu, era minta maaf." era yang sudah ngos ngos an dan tidak sanggup lagi mengejar Evan. Ia langsung jongkok, lalu menaruh kepalanya ke antara dua lutut. Suara tangisan mulai terdengar, era sudah tidak tahan lagi ia benar-benar meluapkan semua nya dengan cara menangis."Maafin era Van," lirih era menangis tersedu-sedu.
Dengan angin malam yang dingin dan juga tetesan Air mata yang terus jatuh, era berjalan pelan menuju rumah nya. Ia tidak pernah menyangka sebelum nya, jika Evan akan marah sebesar ini. Dan mungkin ini juga akan menjadi pelajaran untuk era, agar tidak lupa lagi kedepannya.****
Udah kehabisan ide ngak tau lagi mau buat apa.Untuk chapter ini, sengaja aku buat agak singkat. Karena udah benar benar kehabisan ide. Untuk kalian semua makasih ya udah support aku, and semoga kalian suka sama cerita yang aku buat ini! Babay🌻
Jangan lupa vote and comment nya 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
ERA THALETHA
Novela JuvenilCerita ini mengisahkan seorang perempuan dan seorang laki-laki yang telah bersahabat lama. Rasa cinta dan sayang pun tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Rasa sahabat pun sudah berubah menjadi rasa ingin memiliki. Apa yang akan terjadi selan...