3. Vanilla Mint

1.9K 79 0
                                    

Tulip's private room

.

.

.

.

"eughh" Lenguh seorang wanita yang badannya mulai menggeliat diatas spring bed ukuran queen yang dibalut dengan sprei sutra berwarna maroon. Matanya sungguh masih terasa berat, juga nyeri samar ia rasakan di area selangkangannya.

Senyumnya merekah saat mengingat sisa memory semalam, ingatannya begitu samar, tapi rasa yang ditinggalkan masih terasa sampai pagi ini. Tangannya menarik lagi selimut tebal hingga menutupi mulutnya, matanya terlihat kembali menutup dengan damai, senyumnya masih disana hingga sebuah suara yang tak asing baginya mulai terdengar lirih.

"Jennie" Ucap lembut seorang wanita yang sudah lima belas menit lalu berada di ruangan itu sembari membereskan barang-barang miliknya.

"Hai Jisoo" Ucap gadis bernama Jennie singkat menyapa asisten pribadinya.

Jisoo berdecak melihat Jennie yang dengan santai terlihat kembali tidur dengan nyaman. "Manoban corp" Jisoo berbisik lirih ke arah telinga Jennie.

"Ah fuck, jam berapa ini!" Ucapnya lagi sedikit terperanjat dari bantal nyaman yang semalam menemani tidurnya, matanya terbelalak ketika mendengar bisikan Jisoo barusan.

"Aw" Ringisnya, rasa nyeri diantara kedua kakinya kembali terasa.

Jisoo kembali berdecak melihat kelakuan artisnya ini, Jennie segera menghambur berlari ke arah kamar mandi. Jisoo sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan sahabatnya, baju, make up, semuanya. Jisoo lalu duduk di kursi dekat nakas sambil menyilangkan kakinya. Sesekali matanya menatap gelisah ke arah jarum jam tangan.

"Kau menemuinya lagi?" Tukas Jisoo segera setelah Jennie keluar dari kamar mandi.

Jennie yang mulai mengoleskan lipstik ke bibirnya seketika berhenti dan menatap Jisoo dari cermin, senyum tipisnya terukir, ia mengangguk pelan.

"Aku harus menyambutnya kan?" Ucapnya singkat kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Ya, tapi apa harus di tempat seperti ini?"

"Sebuah ketidaksengajaan Jisoo shi, tubuhku mendadak panas saat melihatnya masuk dari pintu"

"Popularitasmu sedang diatas Jen, jangan ambil resiko"

"Ck, iya iya" Ucap Jennie berdecak kesal menghembuskan nafasnya kasar. "Kajja"

Terang saja Jisoo si asisten juga manager Jennie merasa khawatir, artisnya ini sedang dalam masa puncak popularitas yang luar biasa. Namanya sebagai model nomer satu di negaranya juga diakui secara internasional membuatnya merasa tidak pantas jika media menemukannya di tempat seperti ini.

Tulip's bar, adalah sebuah club malam yang cukup terkenal, letaknya yang strategis di tengah kota, juga fasilitas serba mewah yang disuguhkan membuat club malam ini menjadi yang terbaik dibidangnya.

Yang membuat Jisoo ketar ketir bukan itu saja, namun tempat ini adalah tempat transaksi kotor para punggawa dan penguasa yang dengan lantang menghamburkan uang mereka untuk kesenangan satu malamnya.

Para model dan artis seperti jajanan biasa di tempat ini, tak ayal dirinya begitu panik ketika mengetahui bahwa artisnya semalaman tertidur nyenyak di tempat ini dengan seseorang yang dia tidak tau siapa.

.

.

.

.

Di Mobil

Jennie duduk di kursi belakang bersebelahan dengan Jisoo, nampaknya Jisoo sibuk dengan iPad ditangannya. Sesekali Jennie melirik Jisoo yang sedang sibuk sembari memainkan rambut gelap panjangnya.

"Kau tau meeting hari ini begitu penting, tapi malah tidur disana" Ketus Jisoo yang berbicara bahkan tanpa melihat ke arah Jennie.

Jennie terkikik geli mendengar ucapan Jisoo, "Apa salahnya? aku hanya bernostalgia" Ucapnya santai yang kini duduknya sedikit serong menghadap ke arah Jisoo. "Kau tau, bercinta karena kerinduan benar-benar nikmat"

"Cih!" Decak Jisoo menatap jijik kearah sahabatnya ini, Mark si supir sedikit terkekeh mendengar obrolan dua wanita di belakangnya. "Apa kau sudah gila hah? bagaimana kalau media tau, bagaimana kalau...."

"Ssstt" Jarinya mengentikan ucapan Jisoo yang menurutnya begitu berlebihan, "biarkan mereka semua tau, aku malah senang"

"Ck" Jisoo menyingkirkan tangan Jennie dengan raut muka yang kesal "Dasar sinting"

Jennie mendekatkan wajahnya ke arah Jisoo, ia berkata begitu lirih, "Yah, aku sinting, sinting karena sentuhannya" dengan sengaja ia menjilat tipis pipi kiri Jisoo dan membuat yang dijilat bergidik.

"Yakk, menjauhlah dariku!!" Jisoo mendorong badan Jennie sekuat tenaga, rasa jijik menyelimuti dirinya melihat kelakuan Jennie saat ini.

Jennie kembali terkekeh dan menyandarkan punggungnya di kursi. Pandangannya nanar ke luar jendela, mengingat kembali sisa memori semalam dengan pujaan hatinya.

"Lalisa, Lalisa Manoban" Ucapnya lirih sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.

"Hm tapi bagaimana kalian bisa bertemu? bukan kah dia sedang berada di Thailand?" kalimat Jisoo membuyarkan lamunan Jennie, ia menoleh ke arah managernya dan tersenyum.

"Aku tidak peduli dengan itu, yang penting semalam aku bertemu lagi dengannya" senyum miringnya tercipta. "Aromanya masih sama, vanilla mint kesukaanku" kemudian ia mulai bercerita kepada managernya tentang pertemuannya.

.

.

.

.

Terimakasih sudah membaca tulisan ini, jangan lupa vote dan komen biar makin semangat nulisnya 😎🤟🏻

Night Partner (Jenlisa) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang