Tulip's Bar
.
.
.
.
Jennie's POV
Entah berapa banyak lagi minuman yang harus melewati tenggorokanku, mengisi lambung dan sekedar menyesesapnya untuk melupakan perkataan Lisa, di kepalaku hanya berdengung namanya sepanjang hari, rasanya pening, hampir pecah. Rasanya ingin kupertemukan dengan tembok keras di dalam kamarku.
Baru saja rasa bersalah itu hadir saat melihatnya pertama kali, namun sekarang semuanya lenyap. Hilang seketika mengingat kalimat terakhir yang diucapkan Lisa kepadaku, wanita brengsek.
Bagaimana seseorang bisa mengatakan hal seperti setelah sex liar yang ia lakukan sebelumnya. Bahkan belum 24 jam saat ia mengatakan kalimat bullshit itu padaku, sungguh tidak dapat dipercaya. Lagipula apakah dia mengatakan sesuatu yang sebenarnya? atau hanya gertakan agar aku menjauhinya? fuck! ini benar-benar mengganggu.
*drrt*
Getaran ponsel dari dalam tas, memaksaku untuk mengangkatnya setelah sekian lama bergetar, ada nama Jisoo di layar, sepertinya agak penting.
"Dimana?"
Ucapnya tidak sopan bahkan tidak berbasa-basi terlebih dulu, "Disini" Jawabku singkat, setahuku kita punya ikatan yang kuat bahkan sebenarnya dia tahu di jam sekarang dimana aku berada.
"Apa kau gila? Kita punya undangan dari Lisa, pesta penyambutan!"
Yatuhan, ketus sekali manager ini, nadanya meninggi, aku bisa membayangkan bagaimana mata lebarnya itu pasti sedang melotot sekarang. kekehanku dibalas desisan dari seberang sana, aku makin terkekeh.
"Katakan, apa yang aku dapat jika aku kesana?" Sengaja kubuat emosinya naik sekalian, dia terlihat lucu saat marah.
"Lisa akan memperkenalkan calon tunangannya"
Senyumku memudar, tentu saja aku penasaran. Siapa si beruntung ini, sampai dia bisa membuat Lisa memamerkannya di depan publik. Tidak adil, benar-benar tidak adil bagiku.
Tombol merah pada panggilan Jisoo segera kutekan, langkahku bergegas meninggalkan tempat ternyamanku, kali ini, kuturuti apa yang diinginkan Jisoo, I'm curious.
.
.
.
.
Atlantis Hotel
Seperti tamu yang tak diundang, semua mata tertuju padaku saat kulangkahkan kakiku ke dalam tempat pertemuan ini. Jamuan mewah, sampanye seharga puluhan juta, para jutawan dari seluruh negeri sepertinya sedang berkumpul disini. Tapi kenapa semuanya memakai pakaian formal.
Mata mereka terus mengikuti langkahku berjalan menuju tempat yang sepertinya disediakan untukku. Adegan ini seperti maleficent yang masuk ke dalam kerajaan dan kemudian memberikan kutukan mematikan pada putri tidur, semuanya nampak terancam dengan kehadiranku. Ayolah.. aku juga bagian dari kalian kan.
Lisa berdiri dipanggung utama ballroom, wanita disampingnya, 'cantik' ucapku lirih, Lisa tak berhenti memandangiku, dari atas ke bawah, bergantian, pandangannya tidak berbeda jauh dengan yang hadir, mengintimidasi.
"Dari mana saja?" Sapa Jisoo lebih sopan daripada di telpon tadi.
"Diamlah, dan kembali duduk" Ajakku kepadanya.
Pidatonya seolah sudah selesai, keduanya kembali ke tempat duduk mereka, tak jauh dari tempatku saat ini. Ah nampaknya aku melewatkan acara utamanya, kuperhatikan lagi dari kejauhan, wanita cantik yang kini duduk disamping Lisa terlihat tersenyum, sebuah pengakuan baru saja ia dapatkan.
"Karina, namanya Karina"
Bisik Jisoo lirih seolah dia tau apa yang ada di pikiranku, kepalaku mengangguk menandakan aku mendengar ucapannya. Gelas sampanye ditangan mungkin akan berteriak jika ia bisa, genggamanku agak kuat padanya. Sangat jelas Lisa mencuri pandang padaku sedari tadi, apalagi yang ia inginkan saat ini. Kembali ia menghancurkanku berkeping, apakah dia ingin melihatku menangis tersedu dengan situasi yang ia ciptakan dengan sengaja malam ini?
Rasanya masih kemarin kami bercinta, tapi malam ini dia sudah bersama wanita lain. Mulut manisnya pasti sudah memantrai wanita itu, saingan yang berat, tipikal wanita selera Lisa, wajah cantik, proporsi tubuh yang hampir sempurna, dan pasti dia sexy. Dan lagi, collarbonenya sungguh indah. Kesukaan Lisa.
Pesan singkatku membuatnya menunduk, memperhatikan layar ponselnya, sedetik kemudian mata kami bertemu. Nampak dalam hazelnya bahwa ia tak percaya apa yang aku kirimkan padanya. Apalagi dia sedang berada di dekat kekasihnya, dari kejauhan dengusan nafasnya terlihat cukup jelas, ia kesal.
Senyumku melebar, berhasil tingkahku membuatnya tidak tenang, itu hanya pesan singkat dan dia terlihat begitu tidak nyaman, aku bisa melakukan lebih, aku pastikan itu.
.
.
.
.
Tulip's Bar
Jennie's POVAcaranya sungguh membosankan, untung saja ada yang bisa aku kerjakan disana, mengganggu Lisa. Senyumku tercipta saat mengingat bagaimana dia mengomel di kamar mandi saat kami bertemu tadi, aku masih ingat kalimatnya.
You don't deserve me, go away.
Siapa yang mengajarinya menjadi kasar begitu, aku suka sesuatu yang menantang. Lagipula aku bahkan lebih pantas memilikinya daripada kekasihnya itu. Dia lupa bagaimana permainan ini baru saja dimulai, semakin dia menjauhiku, semakin aku akan berada di dekatnya seperti bayangan. Ini bukan negeri dongeng dengan segala keindahan kisahnya, this is my story.
"Yaakk!"
Shit! siapa yang beraninya menarikku dengan kasar seperti ini? kurasakan seseorang menarik lenganku hingga berdiri berhadapan dengan badannya. Matanya menatapku tajam, giginya mengernyit penuh amarah, tatapanku berubah teduh saat aku tau siapa disana.
"L...Lisa?"
Gugup tentu saja, bukan takut karena sikap kasarnya, aku tidak takut sama sekali meski dia seperti sekarang ini. Bahkan aku merindukan sentuhannya setiap saat seperti orang gila.
"Kau benar-benar diluar batas!"
Ucapnya penuh penekanan, ah berapa liter minuman keras yang ditenggaknya malam ini, hidungku berkerut saat nafas penuh alkoholnya bertemu dalam jangkauan nafasku. Aromanya membaur ke dalam paru-paruku kemudian, kuhirup kuat nafasnya, hanya satu dipikiranku, I want her, a lot.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Partner (Jenlisa) 🔞
FanfictionSebuah cerita sederhana tentang hubungan gelap seorang CEO muda manoban's Corp dan artisnya, Jennie Kim. Mereka diam, menyembunyikan hubungan mereka yang hanya datang setiap malam. - kinda gxg - 🔞