1 - Pandora's Box*

7.8K 586 48
                                    

Helen

Aku nggak akan pernah lupa kejadian hari itu, sampai kapanpun, selama aku hidup. Salah satu hari bersejarah dalam hidup, karena saat itu aku benar-benar dengan sadar dan bodoh menjatuhkan diri ke dalam dosa dan masalah hidup yang ruwetnya macam mencari jarum di tumpukan jerami.

Hari itu hari Kamis. Hujan turun dengan lebat sehari sebelumnya dan membuat aku berharap hari ini tidak akan terjadi hal yang sama karena 'stok' air hujan di langit sana sudah habis hari sebelumnya. Sewaktu tadi siang aku berangkat bekerja, masih ada beberapa genangan air dan cuaca masih terasa lembab. Sisa hujan kemarin. Aku harap sewaktu aku pulang nanti malam, bekas-bekas sudah sirna sehingga aku bisa pulang dengan aman.

Pekerjaanku adalah sebagai Floor Director di salah satu televisi terkenal di Indonesia, PTV. Banyak orang dengan pemikiran menakjubkan di sini sehingga meskipun pekerjaanku terkesan 'biasa saja' tanpa jenjang karir yang signifikan, aku menikmatinya. Aku bisa berinteraksi dengan berbagai departemen di PTV, baik Produksi, Talent, Marketing, Brand, dan lain sebagainya. Aku juga bisa berkenalan dengan para selebriti yang tampil di PTV. Aku juga sering bisa terlibat dalam acara-acara sampingan yang diselenggarakan PTV.

Beban kerja pun tidak perlu terlalu berat yang membuat aku harus membawa pulang pekerjaan kemudian stress berhari-hari. Salah satu hal yang kurang menyenangkan, kalau bisa disebut, adalah shift kerja. Kadang aku harus berada di kantor sejak pukul enam pagi. Kadang aku mendapat shift siang dan harus bertahan di kantor hingga tengah malam. My circadian rhythm is a mess. Tapi kalau menyingkirkan soal itu, aku benar-benar senang dengan pekerjaanku sekarang.

Hari Kamis ini, aku masuk siang dan bertugas pada sebuah acara talkshow unggulan PTV. Lokasi syutingnya terletak di gedung yang berbeda dengan gedung perkantoran utama PTV. Lokasi studio berada di area yang sama, masih satu kecamatan, namun jaraknya masih sekitar satu kilometer. Aku selesai menjadi lead floor director pukul sembilan tepat. Aku masih harus membereskan segala urusan produksi dan akhirnya baru benar-benar menyelesaikan urusan pukul setengah sepuluh.

Barang-barangku disimpan di loker yang berada di gedung utama PTV, mengingat kami sebagai kru di lapangan cenderung tidak memiliki meja sendiri. Jadi sekarang untuk pulang, aku harus mengambil barangku ke gedung utama dulu. Biasanya ada mobil shuttle dari studio ke gedung utama. Aku sudah menunggu di depan studio, siap menaiki mobil shuttle tercepat yang muncul. Namun sepuluh menit aku menunggu, tidak ada satupun mobil yang datang. Hujan turun lagi dengan deras sekarang. Perkiraanku bahwa hari ini akan kering, meleset.

Dengan mobil yang tak kunjung tiba dan hujan yang tidak main-main, aku mulai cemas dan kesal. Seorang Satpam akhirnya menghampiri.

"Mbak Helen nunggu apa?"

"Shuttle, Pak. Kok nggak ada ya?" Kulirik jam tangan dan Satpam tersebut bergantian.

Beliau menggeleng. "Rute biasa kena banjir, Mbak. Mobil shuttle nggak ada yang lewat."

Tubuhku rasanya langsung lemas tapi otakku langsung berputar cepat. Alternatifnya adalah kembali dengan melewati jalan tikus alias rumah-rumah dan warung di sekitar studio. Hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. Aku mengucapkan terima kasih dan segera melesat pergi. Dengan berbekal jaket sebagai pengganti payung, aku berlari menerobos hujan untuk ke gedung utama.

Seperti sudah diduga, tentu saja tubuhku basah kuyup semua. Dari atas sampai sepatu. Dari luar sampai bra. Aku tidak berhenti. Begitu sampai di lantai dasar, aku langsung memasuki lift dan melesat naik, mengambil barang-barangku, lalu nanti akan memesan taksi dan akhirnya beristirahat di rumah. Untunglah besok jadwalku libur (walaupun aku akan masuk lagi hari Minggu nanti).

Beberapa orang yang masih bertahan di kantor memandangku dengan tatapan aneh karena aku seperti keluar langsung dari pancuran. Aku membalas dengan tawa dan buru-buru mengambil tas berisi barang-barang dan yang terpenting: kunci rumah. Begitu tas berada di pundakku, aku kembali masuk lift dan berjalan ke lobi.

Between Two (Play)Boys - ON PROGRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang