HelenNamanya Parisien Arya. Bukan Faris kemudian diplesetkan menjadi Paris. Memang Paris. Sama seperti city of love, ibu kota Perancis. Tapi dia lebih banyak dipanggil Arya. Panggilan Paris hanya untuk orang terdekatnya, katanya. Namanya termasuk yang mengambil perhatian banyak orang begitu dia bergabung di sini. Sehingga dia harus berulang kali menjelaskan.
"Gue memang lahir di Paris. Dibikinnya juga di Paris waktu bokap kuliah di sana," jelasnya sambil tertawa.
Arya bergabung sebagai Executive Producer di tempat kami dua tahun lalu setelah sebelumnya bekerja di televisi kompetitor. Dia hanya lebih tua dua tahun dariku tapi karirnya cukup melesat cepat. Dalam sekejap saja Arya sudah menarik banyak perhatian. Dari mulai para Kepala Divisi Produksi dan tim, para karyawan teknis, bahkan para artis sekalipun.
Ide-idenya segar, tidak heran dia dibajak dari MBTV langsung oleh Mbak Jani. Sifatnya ceria dan mudah bergaul, tidak heran temannya banyak dan followers Instagramnya ribuan. Dia juga sangat perhatian pada timnya, tidak heran para Creative dan Production Assistant semacam bisa melakukan apa saja untuknya.
Kami bertemu sekitar seminggu setelah Arya bergabung. Aku hanya sempat mendengar namanya beberapa kali disebutkan namun belum pernah bertemu langsung karena jadwal. Ketika pada akhirnya kami bertemu, adalah ketika Arya mengadakan taping acara talkshow dan aku yang bertugas.
"Helen," ujarku memperkenalkan diri. Sudah dalam kostum dan perlengkapan lengkap untuk menjadi lead Floor Director.
"Parisien Arya, Arya," katanya sambil menjabat tanganku dan tersenyum. Jabatannya lebih lama dan matanya lurus menatapku. Membuatku salah tingkah dan heran.
"Salam kenal," kataku, menarik tangan cepat-cepat.
"Eh, iya. Sorry, gue... takjub aja akhirnya ketemu sama lo."
"Oh ya?" Rasanya tidak ada yang perlu dikagumi dari aku sampai dia harus takjub seperti itu.
"Semoga kerja sama kita baik ya." Arya menutup perkenalan kami lalu menghampiri timnya. Sepanjang acara taping, kami tidak mengobrol lagi.
Sejujurnya aku memang mencari tahu tentang dia setelahnya. Aku punya teman yang bekerja di MBTV dan aku menyebutkan nama Parisien Arya Devananta dan cerita tentangnya langsung mengalir seperti kran bocor.
"Wah, Arya legend banget sih," kata temanku. "Dia ganteng, kayak bule kan. Padahal nggak ada turunan bulenya. Kata dia sih ortu sama kakek neneknya pribumi semua, tapi nggak tahu kalau buyutnya ada yang bule, dia males cari tahu."
Di antara anggota Produksi yang sering kucel, bergaya serampangan, dan sering begadang, Arya adalah yang penampilannya paling rapi. Selalu mandi setiap hari, wangi, pakaiannya rapi. Arya juga dekat dengan siapa saja dari jabatan tertinggi hingga OB kantor. Arya pernah menghentikan rapat karena timnya sudah dirasa tidak fokus, kemudian semuanya diajak makan.
"Tapi Len, kalau lo mau deket sama Arya, ati-ati ya. Dia fuckboys."
Aku yang mendengar cerita lewat telepon langsung tersedak.
"You sure? Itu julukan berat lho."
"Cowok kayak gitu bisa banget ngambil hati banyak cewek, Len. Abis ada acara, mabok, ML. Ada cewek cakep, jalan bareng, ML. Ada artis cewek seksi, kagum sama Arya, diajak kencan, ML. Udah bukan hal aneh kok. Dari mulai sekretaris Direktur sampe talent acara talkshow kami, pernah jadi mangsanya Arya."
"Terus dia aman aja gitu? Nggak dapet tuntutan atau apa?"
"Nggak. Bahkan dia saking gentle-nya bener-bener nanya dulu sama ceweknya mau apa nggak. Kalau nggak ya nggak. Ah gue heran kok gue masih bisa nyebut gentle ya? Itu gentleman gak sih? Kalau gentleman nggak tidur sama banyak cewek sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Two (Play)Boys - ON PROGRESS
Romance18+ ! -- Helen menyukai Alex. Ralat, mencintainya sejak lama. Namun ada seseorang yang mencintai Alex jauh lebih lama dan Helen tidak mungkin merebut Alex dari orang itu. Sayangnya, Helen tidak bisa menahan perasaannya dan tetap berhubungan dengan...