Bab 3

996 120 4
                                    

Tak memiliki aktifitas yang berarti di Jakarta, Mila memilih membuka sebuah butik yang menjual pakaian wanita bermerk, pembukaan tokonya dihadiri beberapa teman-temannya termasuk juga Kevin. Pria itu hadir tanpa diundang, meski begitu kehadirannya membuat Mila nampak senang.

"Baru beberapa hari tidak melihatmu, aku sudah rindu. Selamat ya untuk pembukaan butikmu" Kevin memberikan sebuah bucket bunga pada Mila.
"Makasih Vin" ucap Mila seraya menerima bucket bunga tersebut.
"Mama papa mana? aku mau ketemu" ucap Kevin.
"Di... di sana" Mila terlihat khawatir ketika Kevin ingin bertemu orang tuanya, ia khawatir orang tuanya akan bersikap kasar.

Pramono dan Monica kedua orang tua Mila nampak tak senang akan kehadiran mantan menantunya tersebut.

"Apa kabar mam pap" sapa Kevin seraya menyalami keduanya.
"Baik. Lebih baik kamu keluar dari sini, jangan merusak acara putri saya" ucap Pram mendesis pelan.
"Jangan coba mendekati apalagi menyakiti Mila lagi, jangan berharap untuk kembali padanya" omel Monica.
"Mam pap" tegur Mila.
"Pergi dari sini" geram Pram mengusir.
"Aku pulang ya Mil, sekali lagi selamat untuk butik barumu, semoga sukses" ucap Kevin.
"Vin..." panggil Mila ketika pria itu berlalu.
"Mila" tegur sang papa ketika Mila ingin menyusul.

Mila benar-benar tak enak hati, ia khawatir Kevin akan menjauhinya.

"Atas nama orang tuaku aku minta maaf, besok kita bertemu aku tunggu di Lasagna cafe" tulis Mila dalam pesannya.

Sementara itu di mobilnya Kevin tersenyum  membaca pesan itu.

"Ya pasti aku datang" balas Kevin.

Kevin mendesah menatap toko Mila dari dalam mobilnya.

"Papa dan mamanya Mila benar-benar marah, hubungan kami kali ini diuji dengan restu" ucap batin Kevin.

---

Mila tersenyum kala melihat Kevin yang telah menunggunya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu" ucap Mila.
"Gapapa, ayo pesan dulu" ajak Kevin.

Keduanya memesan beberapa menu, ditengah makan siangnya mereka berbincang sambil sesekali bersenda guaru.

"Setelah ini ke mana?" tanya Kevin.
"Balik ke butik" sahut Mila.
"Sibuk? lagi ramai?" tanya Kevin.
"Ya lumayanlah namanya butik baru buka, jadi lumayan rame, tapi masih bisa ditangani pegawaiku" ucap Mila.
"Oh syukurlah" angguk Kevin.
"Kenapa?" tanya Mila.

Kevin membisikkan sesuatu dan membuat Mila tersenyum simpul. Usai makan dan membayar makanannya Kevin mengajak Mila, membawa perempuan tersebut menuju sebuah tempat tak lain sebuah hotel tempat di mana hanya ada mereka berdua, tempat untuk mereka melepaskan gairahnya.

Mila terlelap pulas dalam dekapan Kevin tentunya dibawah selimut yang membungkus tubuh polosnya usai kegiatan intim mereka, perempuan itu terlihat lelah dan tak bertenaga.

Setelah cukup lama tidur perlahan mata Mila mulai terbuka, dari tempat duduknya Kevin tersenyum dan menatapnya.

"Nyenya tidurmu nona?" tanya Kevin dengan rokok yang terselip diantara bibirnya.
"Jam berapa ini?" tanya Mila.
"Baru jam setengah enam" sahut Kevin.

Mila mengusap wajah juga pelipisnya, ia kemudian beralih menatap Kevin yang duduk di sofa seberang ranjang.

"Ini salah Vin" ucap Mila.
"Ya aku tau ini salah, kita melakukan kesalahan. Kita ingin bersama, tapi mau bagaimana orang tua kita tidak setuju" ucap Kevin.
"Aku bingung sekarang" ucap Mila dengan air matanya yang jatuh.
"Yakinlah semua ini pasti ada jalan keluarnya, kita akan kembali bersama" ucap Kevin.
"Amin" sahut Mila.

---

Meski sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Mila yang sibuk dengan butiknya dan Kevin dengan urusan kantornya, namun keduanya selalu meluangkan waktu untuk bertemu bahkan mereka juga tak pernah putus berkomunikasi via telpon atau pun melalui sebuah pesan singkat.

Seperti sore ini usai bekerja keduanya memilih untuk bersantai di sebuah cafe, Kevin menatap Mila dari samping, ia kemudian merapatkan duduknya dan memeluk pinggang ramping perempuannya tersebut.

"Kita menikah" ajak Kevin.
"Jangan bercanda Vin, tidak semudah itu" ucap Mila.
"Aku serius, aku ingin kita segera meresmikan hubungan ini" ucap Kevin.
"Aku juga maunya seperti itu tapi..."
"Kita bisa kawin lari" ucap Kevin.
"Gak bisa seperti itu Vin, aku gak mau papa dan mama semakin murka. Bersabarlah... aku yakin kamu bisa mengambil hati mereka lagi" ucap Mila.
"Hm baiklah, semoga" ucap Kevin.

Puas ngobrol dan saling bercerita tentang kegiatan mereka hari itu akhirnya Kevin mengantarkan Mila pulang. Seperti biasa setibanya di depan di rumah Mila perempuan itu tak langsung turun, Kevin menciumnya dan sedikit mencumbu.

"Cukup ya" Mila melepaskan diri dari sang kekasih.
"Maafkan aku, aku terlalu bersemangat" tawa Kevin.
"Dasar mesum" omel Mila.
"Cuma sama kamu sayang" goda Kevin.
"Ya sudah aku masuk ya, dan kamu langsung pulang" pesan Mila pada sang kekasih.
"Siap bu bos" ucap Kevin.

Tristan menatap sang adik yang baru keluar dari sebuah mobil mewah yang mengantarnya pulang.

"Siapa yang mengantar?" tanya Tristan.
"Kevin" sahut Mila dengan santai.
"Kevin? Kevin mantan..." tanya Tristan menggantung.
"Ya, mantan suami gue" sahut Mila.
"Kalian..."
"Ya kami sepakat untuk kembali bersama, gak salah kan kak? kami masih saling mencintai" ucap Mila.
"Gak salah, tapi salah kalau dia kembali menyakiti lo, gue gak akan tinggal diam lagi" ucap Tristan.
"Jadi kakak setuju?" tanya Mila.
"Apa sih yang enggak untuk kebahagiaan lo" ucap Tristan seraya mengusap puncak kepala sang adik.
"Kalau begitu bantu gue untuk meyakinkan papa mama ya kak, mereka keberatan begitu tau gue dan Kevin mau rujuk" ucap Mila.
"Ya nanti gue bantu bicara, ya sudah gue pulang dulu Chaca sudah telpon dari tadi" ucap Tristan.
"Hati-hati kak" ucap Mila seraya melambai.

❤❤❤

3
14 maret 2022

RUJUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang