Satu

12 4 0
                                    

HAPPY READING

welcome to my second story

"Lo gaada niatan balikan gitu?" pertanyaan itu terlontar begitu saja, dari bibir Sherin.

Shanza langsung melotot tajam mendengar pertanyaan itu, lain halnya dengan yang bertanya tampak santai, sambil mengunyah permen karet.

"Ga! Lo kesambet apa woi, nanya gitu?" Shanza berdecak pelan.

"Gaada sih, tiba-tiba aja tu pertanyaan muncul, mending balikan, daripada jomblo," jelas Sherin.

"Sebelumnya makasih banyak, tapi gaada gunanya gamonnin orang kaya dia, mau menang sendiri, selama pacaran ga pernah tuh, ngasih perhatian, gilak kali kalo gue mau balik sama dia!" tanpa Shanza sadari, sedari tadi Dzaky Alvian, mantan terkahirnya, mendengar semua pembicaraannya.

Jika kalian berfikir Vian akan menghampiri Shanza, kalian salah. Ia hanya bersikap acuh, dan melanjutkan aktivitasnya bersama kedua temannya.

"Mantan lo ga cuma dia kali, kenapa coba lo langsung ngarah ke mantan lo yang terakhir," sindir Sherin. Shanza mengatupkan bibirnya.

"Ketahuan kan lo, kalo masih gamon."

Sherin melirik Vian dan Shanza secara bergantian, lalu ia menghela nafas, "Salahnya, pacaran dulu sekelas, jadi canggung mampus kan," guamannya.

"Tapi firasat seorang bestie, lo akan berjodoh dengan salah satu mantan lo."

"Bisa diem ga lo?"

"Gabisa, kenapa?" Sherin memasang wajah menantang.

"Lo juga prenjon, gausah sok bijak deh sama masalah percintaan gue, lo tuh masih di gantung." Shanza tersenyum kemenangan.

"ck," desis Sherin.

"Tapi kalo misalnya lo beneran jodoh, sama salah satu mantan lo, gimana?"

"Gue mau, asal udah mepet banget, udah bergantung sama nyawa misalnya, tapi mustahil sih!"

***

Shanza menunggu angkutan umum yang lewat di depan gerbang sekolahnya, Sherin sudah pulang bersama crushnya. Shanza membuka tas-nya, saat merasakan dering telepon.

Keningnya mengerut saat melihat nama 'mama' digawainya. Buru-buru ia memencet tombol hijau.

Shanza sudah pulang kan? Cepat kerumah sakit Cahaya Pelita, mama gamau tau, bagaimana caranya kamu sampai disini dalam waktu lima belas menit, ini gawat Shanza.

Sambungan terputus.

Jantung Shanza berdetak kencang, tangannya mendadak dingin, ia berpikir apakah darah tinggi Papa nya kumat, entahlah tujuannya kini hanya satu.

Rumah sakit.

Shanza mengucap syukur ketika melihat taxi, langsung saja ia memberhentikan taxi tersebut.

"Pak ke Rs Cahaya Pelita, cepat pak!" ucap Sanza dengan sedikit gemetar.

"Baik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dating an exTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang