1

415 41 0
                                    

"Nih pada ambil yaa."

"Apaan ni? Undangan? Wih groomsmen ni kita, beneran nikah sama yang itu?" Mark Lee mengambil alih undangan dan paperbag yang disodorkan Sahabatnya; Lee Jeno.

"Haha. Iya nih, kenalnya juga udah dari bayi kan jadi ga perlu pacaran lama-lama." Jeno tersenyum melihatkan kedua matanya yang melekung lucu.

"Ga pernah dikenalin ke squad tau-tau ngasih undangan aja. Tapi selamat deh Jeno., berapa bulan lagi jen?" Wong Lucas ikut menimpali.

"Kan nanti juga ketemu pas di acara, iya kan? Dua bulan lagi, save the day ya genk!"

"Yah tapi ga gitu juga kali Jen, kita saja selalu ngenalin pacar-pacar kita ke squad." Seo Chanbin protes tak terima.

"Anaknya engga mauan kalo dibawa kesini, masa iya dia kesini mau bawa temen-temennya juga. Kan ga lucu."

"Doi kerja apa Jen kalo boleh tau?" Park Woojin bersuara.

"Kalian tau kan kalo gue punya temen dari kecil dari bayi malah, nah dari 00squad itu yang beda jobdesk tuh cuman gue doang, yang lainnya sama, dokter."

"Wiiiiih keren tuh temen-temen lu! Eh ada yang jomblo ga Jen kalo ada kenalin tuh sama yang ujung, jomblonya udah lapuk!" Park Jihoon emang tak bisa bicara dengan baik-baik

"Sial ya lu Hoon!"

"Haha tapi bener kata Jihoon, Mark. Jomblo lu tuh udah lapuk, sebenernya ada temen gue yang jomblo tapi susah deh."

"Kenapa emang?"

"Dia terlalu mahal buat Mark, haha. Dia itu primadona waktu di sekolah, engga deh sekarang juga masih, dia satu tempat kerjakan sama calon gue, kata calon gue beh yang deketin dia banyak banget tapi emang anaknya ada ga niatan pacaran atau nikah gitu deh."

"Lah kok bisa sih kayak gitu? Emang belom pernah pacaran sama sekali?" Tanya Lucas penasaran.

"Ya begitulah pokoknya." Jeno cuman tersenyum merutukin kebodohannya. "Udah gue balik duluan, Mark jadi numpang ga?"

Mark ikut berdiri setelah melihat Jeno yang memang udah siap-siap pergi dari basechamp mereka, lagian ini juga udah tengah malam Mark bukan orang yang suka berkumpul sampai tengah malam seperti teman-temannya.

***

"Lah kok kita kesini Jen?"

"Bentar doang, ngasih ini soalnya besok gue udah mulai sibuk ngejar setoran biar bisa cuti lama abis nikah." Jelas Jeno sambil menunjukan setumpuk undangan di dalam paperbag. "Ikut turun ga?"

"Ikutlah takut lu lama."

Keduanya memasuki lobby utama rumah sakit, Mark duduk bangku di dekat cafetaria yang memang sudah tutup, menunggu Jeno yang tiba-tiba ingin ke kamar mandi, kedua matanya tak sengaja melihat seorang dokter muda yang tengah duduk tak jauh dari dirinya.

Sang dokter terlihat tengah asik berbicara dengan seseorang lewat ponselnya, si dokter manis itu terkadang tertawa dengan suara tawanya yang terdengar renyah di telinga Mark, terkadang tersenyum sangat manis, kedua manik hitam Mark terus mengikuti gerak-garik sang dokter yang masih lengakap mengunakan medical scrub biru muda yang terlapisi dengan jubah putih panjangnya, benar-benar terlihat manis sekaligus cantik dimata pria yang selama dua puluh enam tahun tak pernah jatuh cinta itu.

Entah mengapa darah Mark tiba-tiba berdesir, jantungnya mulai berdetak tak karuan, entah apa yang disinyalkan otaknya pada tubuhnya, yang jelas dia begitu tertarik dengan pria manis yang sejak tadi dilihatnya. "Fix ini gue bisa ga jomblo lagi" ujar Mark dalam hati.

Tepukan pada bahu Mark membuatnya kembali pada dunia nyata, sejak dari tadi imajinasinya tentang si manis terus berkembang di otaknya.

"Kenapa lu?" Jeno baru kembali dari kamar mandi. "Eh, bentar ya Mark."

Mark hanya mengangguk tak peduli, kedua mata Mark melotot kaget saat Jeno berjalan kearah pria manis yang sejak tadi dilihatnya, melihat interaksi antar keduanya membuat hati mark mencelos apalagi Mark dengan jelas melihat Jeno mencubit pipi gembil itu gemas, lalu mengelus rambut berwarna madu yang terlihat lembut dengan sayang. "Kalah sebelom berperang kalo begini mah." Cicit Mark

Jeno kembali berjalan ke arah Mark. "Manis kan yang tadi?"

"So-so." Cantik! Manis! Lucu! Gemes banget jen, sayangnya udah punya lu' lanjutnya dalam hati.

"Haha cantik plus manis begitu di bilang biasa aja, mata lu rabun apa buta." Jeno berjalan keluar meninggalkan Mark yang mendengus kesal.

***
























Omake
Drrttt drrttt drrrttt
Ponsel Jeno bergetar, layar ponselnya muncul kontak dengan nama "my NANA".

"Nono!"

"Yes love."

"Udah sampai?"

"Udah ni lagi toilet, kenapa love?"

"Uh! Aku ga bisa samper kamu, sunbaeku mendadak ngilang dan aku harus gantiin dia kontrol IGD sama UGD, ni baru banget mau keliling. Maaf yaa."

"Ya gapapa love, nanti biar aku anterin ke rumah aja kalo gitu."

"Ih jangan, kamu kan sibuk. Tadi aku udah telepon Hyuckie, dia lagi wifian di depan cafetaria. Kamu samperin dia aja ya, titip ke dia."

"Hm, okay deh. Padahal aku pengennya ketemu kamu malah ketemu Hyuckie, bosen loh aku ketemu dia terus."

"Heleh! Ngomongnya bosen kalo gada nyarinya ngalahin pas aku ngilang!"

"Haha duh nana cemburu ya?"

"Jangan halu ya sir Lee Jeno yang terhormat. Udah yaa aku tutup. Inget titip ke Hyuckie! See yaa nono. Love you."

"Love you too, nana." Panggilan terputus.

***

My Friend's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang