2

274 34 1
                                    

Dua minggu berlalu begitu saja satu bulan dua minggu atau enam minggu lagi pernikahan Jeno dan pasangannya akan berlangsung, semuanya menantikan hari besar itu dengan senang hati.

Hanya satu orang yang selama dua minggu ini muram, pikirannya hanya berporos pada satu hal; pria manis dengan kulit tan serta rambut berkelir madu yang sayangnya adalah calon dari sahabatnya.

Memang gila si pria beralis camar ini jatuh cinta pada calon pengantin sahabatnya sendiri, selama dua minggu pula Mark Lee mencoba menghindari Lee Jeno, merasa bersalah pikirnya.

Tapinya nasib sial selalu bersama pria bertubuh tegap ini, pasalnya baru saja semenit yang lalu sampai basecamp tak lama Jeno juga muncul dari pintu yang baru dilewatinya tadi, ada yang gagal menghindar sepertinya.

"Lah kirain udah pada kumpul taunya cuman bertiga doang." Jeno masuk sambil menenteng paperbag.

Tak lama para random squad itu satu-satu berdatangan, memenuhi sudut cafe yang biasa dijadikan basecamp. Tenang saja boss cafe ini memang sengaja menjadikan sudut pojok cafenya untuk tempat berkumpul, bersyukur lah Seo Chanbin berhasil membuka cafe ini.

"Jen jadi ada apa ni kita di kumpulin disini?" Park Woojin menatap Lee Jeno penuh selidik.

"Tunggu Chanbin dulu deh, biar ga ngomong dua kali."

"Jadi ada apa ni Jen?" Chanbin akhirnya ikut bergabung.

"Jadi kalian kan bakal jadi groomsmen gue ni ya kan, selain itu gue juga minta kalian buat jadi pantia nikahan gue, soalnya gue bakal bikin nikahan gue rada ke western gitu deh."

"Boleh tuh, asal engga ganggu kerjaan gue aja." Park Jihoon sibuk melihat jadwal kerjannya.

"Gue sih ngikut aja kalo pada ikut, iyakan Mark?" Wong Lucas bertanya pada Mark, dibalas anggukkan kepala.

"Nah nanti kita bakal ada meeting gitu sebelom hari H dua atau tiga kali meeting sama WO, jadi kalian bakal ketemu sama groomsmen dari calon gue."

"Total groomsmen ada berapa Jen?"

"Dari gue kalian berlima, dari calon gue cuman tiga, Mark lu jadi Best Man gue ya nanti lu yang keep wedding ring selama di altar."

Drrttt drrttt drrrttt
Ponsel Jeno bergetar, layar ponselnya muncul kontak dengan nama "my NANA".

"Bentar calon telepon." Jeno mengeser tombol hijau di poselnya. "Hello love?"

"Dimana?

"Di cafe chanbin. Kenapa?

"Aku udah cetak ulang undangan teman kantor nono. Aku boleh ke sana?"

"Iya boleh dong, sendirian?"

"Sama Hyuckie, sepuluh menit lagi aku sampai."

"Okay, take care love." Jeno menutup teleponnya. "Guys calonku mau kesini, masih penasarankan sama orangnya, jangan naksir nanti ya."

Keempat teman Jeno bersuara tak jelas mendengar perkataan Jeno, Mark Lee, dia sedang merutuki dirinya sendiri. "Alamat susah tidur lagi nanti gue." Cicitnya

***

"Hyuckie ayo." Na Jaemin calon pasangan Jeno ini mengajak sang sahabat untuk segera beranjak dari situ

"Eh jadi ketemu Jeno?" Jaemin hanya mengangguk.

Kedua berjalan ke arah mobil mereka di parkir, Kim Donghyuck melajukan mobilnya sesuai dengan arahan dari Jaemin, tak lama keduanya sampai di depan cafe.

"Anterin kedalam."

"Jeno aja yang kesini Jaem, banyak orang itu."

Jaemin menelurusi cafe dari dalam mobil, matanya menangkap sosok sang calon suami dengan lima pemuda yang Jaemin pun tak kenal.

"Udah yuk turun aja, kan cuman bentar."

"Engga ah banyak orang gitu Jaem."

Jaemin memutar bola matanya jengah, turun dari mobil berjalan ke arah sisi lain mobil lalu membuka pintu pengemudi menarik tangan Donghyuck.

"Ga lama deh cuman kasih ini terus kita pulang, aku juga malu kalo kesana sendirian." Cengerian khas Na Jaemin muncul di wajahnya.

Kim Donghyuck hanya pasrah saat tangan sahabatnya itu menggandeng tangannya menarik paksa ke arah cafe.

"Gue ke toilet dulu kebelet." Mark beranjak dari kursinya.

Lonceng di pintu cafe berbunyi tanda seseorang masuk kedalamnya, Jeno dan keempatnya menoleh ke arah pintu cafe, Jeno tersenyum berjalan mendekat ke arah dua pria manis yang baru masuk tadi, keempat teman Jeno? Mereka tengah menganga lebar melihat siapa datang.

"Love, miss you." Jeno memeluk Jaemin, yang dipeluk tersenyum kaku ke arah pria dewasa yang sedang menatap ke arah mereka.

"Me too. Ni ambil aku engga bisa lama-lama." Dagu Jaemin menunjuk ke Donghyuck, Jeno yang paham hanya mengangguk.

"Bentar kenalan sama temenku ya love, lu juga chocoball." Jeno menarik keduanya kearah teman-temannya. "Guys ini Na Jaemin calon gue, ini sahabat gue dari bayi Kim Donghyuck."

Kedua pria manis itu hanya membungkuk mengenalkan diri masing-masing, sedangkan kan keempat teman Jeno masih menganga melihat sosok disebelah pasangan yang akan menikah itu, mereka sedang asik memandang karya tuhan yang terlahir sebagai Aphrodite versi manusia; Kim Donghyuck.

Jeno dan Jaemin yang melihat kejadian itu hanya diam seperti tak ada yang spesial, mereka sudah biasa melihat reaski orang-orang saat melihat si Aphrodite versi manusia, sedangkan Kim Donghyuck ingin tengelam saja dilhat begitu oleh para teman Jeno.

"Maaf ya teman-temannya Jeno bisa ga matanya pada biasa aja, badan teman saya bisa bolong karena kalian." Jaemin yang tau sahabatnya itu risih segera berdiri di depan Donghyuck.

"Haha tau! Kan tadi gue udah bilang jangan naksir! Yuk aku anter ke mobil." Jeno merangkul pundak Jaemin, Donghyuck sudah berjalan lebih dulu dari sana.

Mark Lee baru saja tiba dari kamar mandi mengerutkan dahinya bingung melihat para sahabatnya. Lalu mengikuti arah pandangan para pria dewasa di mejanya.

Kedua mata Mark bisa melihat Jeno tengah bercanda dengan dua pria di depan mobil, entah apa yang mereka bicarakan yang Mark bisa lihat hanya tangan Jeno yang setia merangkul bahu sempit pria yang dua minggu ini berlarian di pikirannya, bahkan lagi-lagi Mark harus melihat adengan manis.

Saat pria yang entah siapa itu hendak memukul Jeno si pria manis itu dengan cepat mengahalanginya Jeno bersembunyi di balik tubuh mungil itu. "Berjuang juga belom tapi hati udah patah begini." Mark membatin.

Jeno kembali masuk ke cafe, menahan tawa melihat wajah para sahabatnya yang masih belum puas memandang wajah Donghyuck.

"Gimana sahabat gue? yang tadi itu si primadona yang gue ceritain." Cengiran usil Jeno terukir di wajahnya kedua alisnya dinaikkan.

"Gila lo Jen punya temen bening kayak gitu ga ngasih tau?" Chanbin kesel

"Parah sih! gila cakep banget!" Woojin antusias

"Duh kalo gue single gue pepet dah temen lu, ada hati yang perlu dijaga." Jihoon mencoba setia

"Gemes banget sih Jen, lu pasti nyesel tadi pakai ke toilet dulu." Lucas melirik ke Mark

"Kalo calon gue gimana?"

"Cantik juga kok, manis Jen! Eh tapi temennya itu beneran gada niatan nikah atau pacaran? Sayang banget padahal cakep begitu." Jawab Lucas

Jeno hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Lucas, tak mungkin kan Jeno memberitahu alasan Kim Donghyuck enggan pacaran apalagi menikah.

***

My Friend's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang