2 jam pun berlalu. Sekarang kira-kira waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Tapi udara masih sangat dingin karena ini merupakan awal musim semi. 7° adalah suhu di tempat mereka berdua sekarang.
"Hmm ehm" Hakken mengusap-usap matanya dan sedikit memicingkanya. Dia bangun karena merasa sudah tidur cukup lama. Saat tangan kirinya mengusap wajahnya, dia sadar ada headset masih menempel di telinganya.
"Oh this- ". Dia menoleh ke sisi kiri, ternyata gadis itu masih disana, dan lihat, dia juga ikut tidur bersamanya.
"How can you sleep sitting up like that ?". Hakken bergumam sendiri. Padahal dia tadi juga tidur dengan posisi tegak juga, tapi dia mengomentari posisi tidur gadis itu...
Sadar bahwa posisi itu tidak nyaman Hakken melepas headset yang ada di telinganya pun juga satu yang menempel di telinga uri. Dia mematikan lagu tersebut. Dan memposisikan dirinya mendekat dengan tempat uri.
"Only this time I will lend you my shoulder, okayy ?" Mungkin Hakken memberikan pertanyaan itu bukan untuk uri, tapi untuk meyakinkan dirinya sendiri. Ini adalah pertama kali ia melakukan ini dengan orang yang baru ia kenal. Mungkin pernah dengan Taro, tapi dia adalah sahabatnya sendiri.
Dengan hati-hati Hakken meraih pipi Uri dan meletakkan kepala dia di bahunya. 'Deg...deg...deg'. Dia takut gadis itu akan terbangun ketika Hakken melakukan ini. 'Ish, what the hell'. Wajahnya merah karena malu.
Ketika Hakken sudah selesai membenarkan posisinya. Ia termenung , menatap langit dengan segala macam pikiran yang ada di kepalanya. Samar-samar ia mencium wangi bunga lavender, ia yakin bahwa itu berasal dari gadis ini.
"hmm actually she's not that pretty, but maybe a lot of people like this cute face?". Karena sudah beberapa lama termenung dengan fikiranya. Sekarang Hakken menghabiskan waktu dengan mengamati wajah gadis ini. Dan mengomentari sesukanya...
Tuing.. ada bunga sakura yang jatuh di hidung Uri. Agar dia tidak bangun, Hakken mengambil kelopak bunga sakura itu dengan hati-hati. Saat ia mengambilnya, mata gadis itu secara pelan terbuka. "hmm ??" .Pandanganya masih kabur, setelah mengedipkan matanya berulang kali, ia bisa dengan jelas melihat bahwa wajah yang dekat sekali dengan wajahnya adalah wajah Hakken. Ia masih mengeja situasi saat ini. Dirinya tadi ketiduran, dan sekarang saat ia bangun, dan berada di bahu Hakken ??.
"ettoo.." . Posisi mereka berdua tetap seperti itu, saling tatap-menatap dengan wajah merah mereka. Tidak ada yang inisiatif untuk memulai pergerakan atau percakapan terlebih dahulu. sampai...
"Gomennasaii, Hakken. Arigatouu". Uri kaget dan langsung berdiri serta berucap itu dengan membungkuk kan badanya 2 kali. Setelah itu, dia langsung berlari meninggalkan Hakken sendiirian di taman itu.
Dia berlari dengan sangat cepat, 'ahh bagaimana inii, hatiku rasanya akan meledak'. Setelah dirasa cukup jauh dari taman itu. Ia berhenti, nafasnya tidak karuan, "hosh hosh uhuk huk". Uri berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan dirinya. 'tadi ituu dekat sekalii !!'.
Wajahnya kembali memerah mengingat hal itu, dia dengan cepat mengibas-ngibaskan tangan ke wajahnya. Setelah dirasa cukup tenang, Uri berjalan ke supermarket seven eleven untuk membeli minuman, berlarian tadi membuatnya merasakan haus.
Uri berjalan pulang kerumahnya, dengan meminum sebuah cappuchino yang ia beli tadi. "I think I've been rude to him, he's just being nice to me but I immediately ran away from him". Dia merutuki apa yang telah ia perbuat, merasa bahwa apa yang ia lakukan tadi bukanlah hal yang baik. 'ahh aku sudah membuat kesan pertamaku di Hakken begitu buruk ??' tanyanya di dalam hati.
Uri berencana apabila tuhan mempertemukan mereka lagi, ia akan benar-benar membalas kebaikan yang Hakken telah lakukan kepadanya dan mengucapkan terimakasih dengan sungguh-sungguh.
Uri sampai di asramanya, ia membuka kunci dengan password dan meletakkan sepatu ke dalam raknya. Ia berjalan menuju tempat tidur dan 'bleg' , merebahkan badanya dengan posisi terlentang.
'Hari ini serasa sangat ajaib', pikirnya. Bagaimana tidak, hal-hal seperti ini tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Masa mudanya ia habisnya untuk belajar dan mencari uang, tidak ada waktu untuk pacaran atau menaruh hati pada seorang laki-laki, karena ia tahu bahwa ia akan tersakiti ketika melakukanya. Karena tuntutan ekonomi menjadi hal no.1, Uri tidak bisa merasakah jatuh cinta, bukan tidak bisa, tidak mau lebih tepatnya.
Maka dari itu untuk menghilangkan rasa kosong di hatinya, ia menjadi penggemar. Karena ia tau, semua orang bisa melakukan ini, dan ini gratis. Hakken dan BTS adalah seseorang yang ia pilih untuk menemani dirinya ketika ia kesulitan. Mereka banyak membantunya, meskipun tidak secara langsung, tapi itu sudah sangat cukup.
Dan hari ini ia bertemu salah satunya, 'bagaimana bisa ?. Apakah sekarang aku menjadi fans yang beruntung ? apakah dunia menjadi sesempit ini ?'. Wajahnya merona lagi ketika ingat hal itu. Ia menutupkan kedua telapak tanganya ke wajahnya.
"oh I remember, I still carry this handkerchief". Ketika Uri membuka tasnya ia melihat sapu tangan berwarna biru laut. Ketika ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan Hakken, ia pasti akan mengembalikan sapu tangan ini.
'Untuk sementara aku akan mencuci dan menyimpanya', katanya dalam hati. Ia mencium sapu tangan itu, 'harum mint!!!, menyegarkan sekali wanginya'. Uri sadar bahwa ketika ia tidur di bahu Hakken, ada aroma daun mint yang menyegarkan masuk ke indra penciumanya.
Setelah ia puas dengan sapu tangan itu, Uri melepas cardiganya melesat masuk ke kamar mandi. Setelah ini ia ada pekerjaan yang menunggunya, ia bekerja secara online di Bank Indonesia, beasiswa yang ia dapatkan dengan proses selama 1 tahun pun juga berasal dari sini.
Setelah mandi, dengan memakai piyama Uri membuat minuman sereal dengan makan makanan yang tersedia di kulkas, ia harus makan dulu kan sebelum bekerja. Ia makan sambil menonton anime kesukaanya, 'ah, inilah yang disebut surga duniaa'. Siapa yang tidak setuju dengan ini ???.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kembali ke Hakken siang tadi.
Setelah Uri pergi meninggalkanya, Hakken yang masih duduk termenung pun sadar akan lamunanya. "hahaha ha, what a shame, why did she have to go like that??". 'Padahal aku masih ingin berbincang denganya hmm'.
'Apakah dia juga berkuliah disini ?, dia harus mengembalikan sapu tanganku'. Ia tersenyum tipis saat mengingatnya. Mood Hakken yang tadi lelah, sekarang sepertinya sudah membaik, apakah ini gara-gara gadis itu ?
'Untung aku sudah menaruh headset dan handphone ke dalam tasnya, jika tidak mungkin dia akan kebingungan sekarang'. Hakken menarik nafas lega atas apa yang telah ia lakukan tadi. 'Jika bertemu lagi, aku tidak akan membiarkanya kabur lagi'. Entah kenapa Hakken berfikiran seperti ini. Apakah karena sapu tangan atau ada hal lainya ?. Yahh kita akan tau saat cerita ini berlanjut.
Chapter 3
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Hakken
RomanceSummary : Aku tidak pernah menyangka, kau bisa menjadi bagian dalam hidupku. Takdir yang berjalan tanpa kita ketahui bagaimana akhirnya. Hidup itu lucu, sesuatu yang tidak kita harapkan kadang datang menghampiri kita, namun jika itu kita harapkan...