Gabriel Ruston dan Margaret Brooklyn adalah dua CEO yang dikenal ambisius, dingin, dan tak terkalahkan dalam dunia bisnis. Namun, tekanan pekerjaan yang terus menghantui mereka membuat keduanya tanpa sadar mengambil jalan pelarian yang sama-sebuah b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kilatan lampu kamera berkedip tanpa henti, menyilaukan mata dan memanaskan suasana yang sudah kacau sejak tadi. Puluhan wartawan berebut posisi, mikrofon mereka terangkat tinggi, suara mereka bertabrakan satu sama lain dalam kebisingan yang memekakkan telinga.
"Tuan Gabriel! Apakah benar perusahaan Anda di ambang kebangkrutan?"
"Bagaimana tanggapan Anda tentang dugaan penipuan dana investasi?"
"Apakah ini akhir dari kejayaan Ruston Corp?"
Pertanyaan-pertanyaan tajam menghantam dari segala arah, tapi Gabriel tidak berhenti untuk menjawab satu pun. Rahangnya mengatup rapat, ekspresinya tanpa cela meskipun pikirannya penuh kekacauan. Setelan jas mahal yang ia kenakan tetap sempurna, namun sorot matanya yang tajam tak bisa menyembunyikan kelelahan dan amarah yang ia pendam.
Dua bodyguard berbadan tegap membuka jalan, mendorong mundur para wartawan yang semakin liar. Gabriel melangkah cepat menuju mobilnya, nyaris didorong oleh situasi. Tangannya menarik pintu mobil dengan kasar, dan dalam sekejap, ia menghilang di balik kaca gelap yang membatasi dunia luar.
Begitu pintu tertutup, suara bising seketika teredam. Gabriel menghela napas panjang, membiarkan kepalanya bersandar sejenak. Jemarinya terkatup erat di pangkuan.
Perusahaannya hancur perlahan. Keuangannya terkuras lebih cepat dari yang bisa ia selamatkan. Dan sekarang, semua mata tertuju padanya, menunggu kejatuhan terakhirnya.
Mobil mulai melaju, meninggalkan kekacauan di belakang. Namun Gabriel tahu-ini bukanlah pelarian. Ini hanya awal dari badai yang lebih besar.
Di dalam mobil yang melaju cepat, Gabriel Ruston menutup matanya sejenak. Pikirannya berputar, bukan pada pertanyaan-pertanyaan wartawan yang barusan mengerumuninya, tapi pada satu hal yang jauh lebih besar-keruntuhan perlahan dinasti Ruston yang telah dibangun bertahun-tahun.
"Status keuangan terbaru?" suaranya terdengar rendah, penuh tekanan.
Joan, sekretaris pribadinya, yang duduk di seberangnya di dalam mobil, dengan sigap membuka tablet di pangkuannya. Wanita itu selalu tampak profesional-rambut disanggul rapi, setelan hitam tanpa cela, dan tatapan dingin yang tajam seperti dirinya.