Bagi sebagian orang, musim dingin adalah musim terekstrim yang harus dilalui setiap tahunnya, tapi tidak bagi seorang lelaki paruh baya yang kini tengah terpejam menikmati udara dingin yang menusuk kulit. Pikirannya tengah berkelana pada tiga puluh tahun yang lalu.
Bukan waktu yang sebentar memang bagi seseorang untuk mengingat sebuah memori dalam jangka waktu yang lama, tapi Wang Yibo, sosok yang kini berdiri menikmati turun salju pertama itu, memori tiga puluh tahun lalu adalah kenangan terindah dalam hidupnya.
Bunyi lonceng yang nyaring menyadari sesi lamunan Yibo. Pria itu hendak kembali ke selnya setelah selesai membersihkan jalanan yang ditumpuki salju.
"Yibo, tunggu!" Seorang wanita menghentikan langkah Yibo dan berlari ke arah lelaki itu.
"Milikmu?" tanyanya sembari menyodorkan sebuah pita merah.
"Dari mana kau menemukannya?" Yibo segera mengambil benda itu dari tangan wanita itu dan menyembunyikannya dibalik bajunya.
"Aku menemukannya jatuh di dekat selmu tadi saat hendak menjengukmu. Mungkin benda itu terjatuh saat kau hendak keluar untuk bersih-bersih."
"Terima kasih." Yibo segera meninggalkan wanita yang masih ingin bicara padanya itu.
"Kenapa kau sangat perhatian padanya Bailu? Dia itu dingin seperti musim salju," ujar seorang wanita yang tiba-tiba datang menghampiri Bailu.
"Suatu hari hatinya pasti akan luluh." Wanita itu tampak tersenyum menatap punggung Yibo yang semakin menjauh.
"Oh iya, kenapa kau datang ke sini? Apa ada seseorang dari kerajaan datang?" tanya wanita itu aneh melihat dayang istana tiba-tiba berkunjung ke penjara khusus para pengkhianat istana.
"Aku diminta pangeran muda mengantarkan surat untuk Yibo. Aku sudah menyerahkannya pada petugas yang berjaga baru saja. Mungkin dia akan menyerahkan surat itu pada Yibo setelah jam makan siang. Lagi pula kau juga bukannya membantu Yang Mulia di istana, justru mengunjunginya di sini." Sindir dayang tersebut pada Bailu yang sudah hampir 10 tahun selalu mengunjungi Yibo ke penjara dan satu-satunya orang yang mau berteman dengan Yibo.
Wanita itu adalah mantan dayang pangeran Xiao, karena pangeran omega itu telah menikah dengan raja dari kerajaan Kaoshiung, suaminya meminta seluruh penjaga dan dayang yang dulu menemani istrinya itu diganti kecuali dayang Ning—-dayang yang sudah mengurus Xiao Zhan sejak kecil—-satu-satunya dayang yang masih bertahan.
"Untuk apa pangeran ingin bertemu Yibo?" Tanya wanita itu tampak penasaran mengingat pangeran muda itu tak mengenal Yibo sama sekali.
"Entahlah. Sudah, ya, aku tak bisa berlama-lama di sini karena Yang Mulia raja pasti akan marah." Dayang itu kemudian pergi meninggalkan penjara yang diasingkan ini. Berada di tengah hutan yang tandus dan jauh dari rumah penduduk sudah menunjukkan bahwa tempat ini adalah tempat terakhir bagi para pengkhianat kerajaan.
Yibo kembali ke tempat yang sudah ia huni lebih dari tiga puluh tahun itu dan duduk sembari menatap pita merah yang sempat ia sembunyikan agar tak ketahuan oleh para penjaga sel tahanan. Matanya menatap nanar kain dengan bordir huruf XZ di ujungnya. Kain ini bukan sembarang kain, dibuat khusus oleh penjahit terpercaya istana Xiao.
"Hari ini adalah ulang tahunmu. Selamat ulang tahun, Zhan." Yibo mencium lembut pita merah itu lalu melilitkan benda itu pada tangannya. Ia kemudian berbaring menatap langit-langit sel tahanan lalu memejamkan mata untuk kembali bernostalgia dengan musim panasnya yang tak pernah lekang oleh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love
FanfictionDi musim dingin yang menembus tulang, aku menemukan musim panas yang tak lekang oleh waktu. Menghangatkan jiwa yang sepi dan tak bercahaya ini. Sebuah kisah tentang perasaan dua manusia yang dipisahkan oleh waktu dan kedudukan. Akankah mereka menem...