Chapter 3

166 21 3
                                    

Kamar Xiao Zhan tampak ramai setelah kedatangan dua tabib terbaik istana yang memeriksa luka pada leher pangeran omega itu.

"Ayah, aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil," ujar Xiao Zhan yang sedikit risih saat beberapa dayang masuk ke kamarnya untuk mengantar obat-obatan.

"Kau terkena sihir dari kerajaan Luo dan kau bilang tidak apa-apa? Bagaimana jika kau tenggelam?" Raja Xiao berteriak hingga membuat beberapa dayang sedikit terkejut.

"Yibo sudah menolongku. Jadi kurasa tidak apa-apa."

"Beruntung Yibo bisa menolongmu tepat waktu. Bagaimana jika dia tak datang tepat waktu?"

Xiao Zhan menunduk setelah dibentak oleh sang ayah. Memang raja Xiao keras padanya karena Xiao Zhan adalah pangeran satu-satunya dan merupakan seorang omega. Tentu ia tak ingin sesuatu terjadi pada sang putra.

"Maafkan aku."

Permaisuri yang melihat suaminya tampak marah segera menengahi. Ia mengusap punggung sang suami dan berkata, "Sudah, jangan terlalu keras pada Xiao Zhan. Dia hanya tak ingin kita terlalu khawatir."

"Benar yang ibu katakan. Lagipula tabib mengatakan ada obat yang bisa menyembuhkanku."

"Tapi kau harus pergi sendiri ke gunung Tianzi. Kau tahu seberapa bahayanya gunung itu? Badai salju yang selalu datang tak bisa diprediksi dan sangat berbahaya." Raja Xiao memijit pelipis. Rupanya kerajaan Luo sudah tahu titik kelemahan kerajaan Xiao. Dengan membawa keluar pangeran dan membahayakannya, itu sudah cukup membuat raja tampak frustasi.

Gunung Tianzi adalah gunung yang selalu diselimuti salju. Namun di sana, ada seorang ahli sihir yang berasal dari kerajaan Luo yang memiliki ilmu sihir kuat.

Para tabib mengatakan bahwa luka yang Xiao Zhan miliki adalah sebuah kutukan dari orang itu yang mana Xiao Zhan sendiri harus pergi menemuinya dan meminta untuk membatalkan atau mengakhiri kutukannya.

Tak bisa melakukan penyerangan secara fisik, rupanya kerajaan Luo sudah memiliki rencana untuk menyerang kerajaan Xiao dengan bantuan para penyihir.

"Apa kau yakin akan membiarkan Xiao Zhan pergi sendiri?" Permaisuri tampak terkejut mendengar ucapan sang suami.

"Tentu saja tidak. Aku tak akan membiarkannya pergi."

"Jadi kau akan membiarkan Xiao Zhan dalam bahaya? Bukankah tabib Lan sudah mengatakan baru saja bahwa Zhan terkena kutukan Tianzi yang sudah jelas ada di wilayah perbatasan kerajaan Luo?"

"Biarkan aku berpikir sebentar." Raja Xiao menoleh pada Xiao Zhan yang juga tampak menunggu jawabannya.
Kali ini ia seperti dihadapkan pada pilihan yang sulit. Tentu saja raja Xiao tak akan membiarkan Xiao Zhan sendiri pergi ke gunung Tianzi. Bagaimana pun caranya ia harus menangkap orang yang telah mengutuk Xiao Zhan dan menghukumnya.

Sang raja beranjak dari kursi lalu pergi meninggalkan Xiao Zhan dan sang istri tanpa sepatah kata pun.

"Ayahmu memang seperti itu." Permaisuri mencoba menenangkan Xiao Zhan dengan mengusap kepala anak semata wayangnya ini.

"Aku tahu ayah sangat khawatir. Maafkan aku karena membuat kalian khawatir." Xiao Zhan memeluk permaisuri dan menenggelamkan kepalanya dalam dada sang ibu. Tiba-tiba ingatannya kembali pada saat Yibo menciumnya. Xiao Zhan ingin menanyakan sesuatu pada sang ibu, tapi niatnya urung karena takut ibunya akan salah paham.

"Sekarang istirahatlah." Permaisuri mengusap surai sang putra lalu meninggalkannya sendiri.

Xiao Zhan menghela napas berat. Baru saja kamarnya terasa sangat ramai, tapi kini kembali sepi meninggalkan dirinya dan dayang Ning yang sedang membersihkan meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Endless LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang