Kematian pada kelahiran

30 4 0
                                    

Zrasssssssss

   13 Desember 2002,
Hari dimana aku lahir.

   Hari dimana semua ini dimulai.

   "..." seorang bayi telah lahir kedunia. Kelahiran yang seharusnya membawa kebahagiaan, namun malah membawa keheningan. Seorang bayi perempuan mungil ini sama sekali tidak mengeluarkan suara ataupun air mata. Sebaliknya, ia malah terdiam dengan tatapan kosong yang tidak selayaknya dimiliki seorang bayi baru lahir. Baik dokter maupun perawat, semua orang sedang melempar tatapan kebingungan dicampur rasa cemas. Mereka saling menatap hingga akhirnya suatu suara memecah keheningan.

   tit, tit, tit, tiiiiiiiiiit

   Semua orang menjadi panik karena situasi tidak terduga ini. Ibu dari bayi tersebut meninggal tepat setelah bayi nya diangkat dari perutnya. Penderitaan nya berakhir bersamaan dengan hidupnya. Dokter berulang kali mengecek denyut nadi sang ibu, namun apa boleh buat, takdir tidak bisa di ubah. Perawat pun membawa dan membersihkan bayi tadi dengan kain.

   Beberapa menit setelah kejadian tersebut, Dokter dengan berat hati keluar dari ruang operasi. Disana suami dari ibu sang bayi mendatanginya dengan wajah cemas. Ia memegang tangan dokter dan berkata, "Dok, bagaimana keadaan istri saya?apakah dia baik-baik saja? bagaimana dengan bayinya?apakah semuanya lancar?dok?dok!". Dokter yang sedari tadi menunduk tidak bisa mengatakan apa-apa. Ia benar-benar terdiam seribu bahasa.

   "DOK!! JAWAB SAYA!!" teriak sang suami sambil menggoyangkan badan sang dokter. "Pak.. harap tenang.. em.. istri bapak.. telah meninggal..."

   Deg.
Saat ini istilah apapun sudah tidak bisa menggambarkan kepedihan dan kehancuran hati sang suami. Ia benar-benar terpukul hingga terjatuh ke lantai. Tatapannya kosong.

   Dokter yang melihat hal tersebut langsung menunduk, Ia benar-benar merasa bersalah bahkan walau itu bukanlah kesalahan nya.

   "Dok.. bayi saya.. bayi saya tidak apa-apa kan dok?" sang suami pun akhirnya membuka suara namun tetap dengan tatapan kosong. "Iya, bayi bapak tidak apa-apa.. hanya..." perkataan dokter terpotong. Ia sadar bahwa Ia merasa ini bukan saat yang tepat untuk membahas itu. "Apa dok? bayi saya kenapa?" tanya sang suami sambil melihat kearah dokter, dengan tatapan cemas. "Ah tidak pak.. bayi bapak sehat, tidak ada apa-apa" ucap dokter sambil memegang kedua lengan sang suami untuk menenangkan nya.

   "Hahh... syukurlah" dengan sedikit rasa lega, sang suami tersenyum karena setidaknya bayi yang telah ia tunggu-tunggu kehadiran nya, tidak bernasib sama seperti istrinya.

   "Kalau gitu, kapan saya bisa melihat bayi saya dok?"

   "Sepertinya sekarang sudah bisa pak, ayo saya tuntun ke ruang bayi"

   "Tidak.. saya ingin melihat istri saya dulu, untuk yang terakhir kalinya... apakah boleh?"

   "Tentu saja, mari"

   Sang suami sampai di ruangan dimana istrinya berada.

   Deg.
Rasa itu kembali. Rasa hancur, sedih, pedih yang bercampur aduk telah berhasil meloloskan air mata dari mata sang suami. Ia benar-benar terpukul melihat mayat istrinya yang terbaring tidak berdaya itu. Ia mendekat kemudian mengusap lembut pipi istrinya. Berkali-kali air mata membasahi pipinya lalu menetes keatas pipi istrinya. "Maaf.. maafkan aku..." dengan sejuta rasa bersalah dan kesedihan, isak tangis sang suami kian membesar. Ia memeluk mayat istrinya dengan sangat erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kematian pada kelahiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang