prolog

15 1 0
                                    

9 maret -

Dermaga, singgahku dikala dirundung ombak kehidupan. Tempat berlindung apabila bahtera ku sudah tamat. Namun keberadaannya jarang dilihat

Dermaga, tempat teduh dari halau angin dan hujan. Pemberhentian sementara dari sebuah Embrace. Sering tak lihat, padahal kenyataannya ia selalu tersenyum paling hangat.

Namanya yang indah tak cukup ku sebut karena nyatanya, ia lebih elok dari sekedar panggilan. Insan yang teduh, serta bijaksana. Meskipun bergelimang peluh, bibirnya kalu tak berkeluh.

Aku kagum padanya.

Sebuah ketidaksengajaan Semesta mempertemukan dengannya. Rencana Sang Dirgantara terhadapku dengannya. Tercatat rapi tak tersentuh siapa saja.

Ia tenang laksana ombak surut pesisir pantai. Klausa yang terucap, ia kaji dahulu sebelum angkat bicara. Sehingga ia selalu melontarkan kata yang bermakna.

Sekali lagi, aku kagum padanya.

----

Tiga kata bercetak tebal itu sukses membuat ku kelimpungan saat ini. Bagaimana tidak lewat sebuah pesan beruntun, orang yang menemaniku setahun terakhir ini memutuskan untuk lost contact dariku. ah bukan, cuma latihan cara berpamitan yang benar.

Sebulan sebelumnya memang aku disibukkan dengan persiapan ujian kelulusan ku. Tepat sore di hari ini, dimana hari terakhir aku ujian kompetensi keahlian berlangsung saat aku di larikan ke rumah sakit. Sebuah perihal yang membuat dadaku sedikit nyeri membacanya. Penyebabnya pun tak dapat ku ketahui dengan jelas.

Pasalnya aku tidak ingin otak ku terpecah hanya dengan masalah ini, sudah cukup ujian kompetensi saja yang membuatku sakit hingga aku terbaring di mana yang seharusnya aku belajar untuk ujian selanjutnya malah memilih rebahan. Singkatnya seperti ini,

"Kalau suatu saat nanti aku menghilang"

"Aku cuman mau bilang sama kamu"

"Makasih udah nemenin aku selama ini"

"Beruntung banget bisa ketemu sama kamu"

"Aku akan tetap jadi rumahmu"

Pesan itu aku baca berulang-ulang kali. Tak ada yang berubah sama sekali. Sesak, iya sepertinya pasokan oksigen di ruangan ini tidak ada, Hingga membuat kepala ku berdengung dan hanya terlihat bayang-bayang hitam.

Mari aku ajak mengenal para lakon utama dan pendamping yang akan ku ceritakan ini.

01/ Dhira Kanya Rahmadhisa ; Dhira. Perempuan pemilik bermata cokelat. Dari ilmu administrasi perkantoran namanya cukup populer dikalangan guru - guru karena sering nya telat berangkat sekolah dia ini tidak sadar bahwa di sekelilingnya banyak orang yang menyukai tapi tetap menunggu pada satu asma laki-laki yang tidak tau kapan kembalinya.

02/ Haidar Abimana Radika ; Dika tuan muda ini anggota paskibra yang paling friendly dari dunia ranah komputer dan jaringan, taruna ini juga masih stay sama masa lalu tapi terhalang gengsi jangan lupa hatinya mudah bosan tapi sejak kenal pemilik bermata cokelat hatinya tergerak tahu bahwa hubungannya gak bisa main - main.

03/ Nathania Melva Rahayu ; Tania teman satu bangku dengan Dhira, perempuan tangguh sejad raya, paling random, iya bisa dibilang begitu. Tapi dibalik itu semua percayalah yang apa - apa mandiri bisa jadi tidak punya rumah buat bersinggah.

04/ Galen Paranatha ; Galen. Mas - mas teknik nih. penipu mahir yang menyimpan rasa hingga akhir, andai saja kalo dari awal bilang suka sama Dhira pasti dia tokoh utamanya.


Mari berpetualang dengan seribu sifat manusia di sudut kota bumantara bernama Renjana. Sekian kawan itu saja dulu selamat menikmati. Matur suksma.

|| Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang