2

7 0 0
                                    

Sebagaimana yang tertakar tidak akan pernah tertukar
  ----

"Aku janji gabakal selingkuh kok."

"Lagian aku males kenalan sama orang baru, aku udah nyaman sama kamu!"

Pagi kala itu taruna mengirim sebuah pesan lagi lewat ruang hijau kepada perempuan bermata cokelat. Masih pagi untuk berpikir hal yang berlebihan ini membuat Dhira jelas kaget. Ternyata pesan beruntun tadi malam berujung hingga saat ini. Tiga bulan waktu buat berdamai dengan pikiran masing - masing. Sebenarnya Dhira gak mempermasalahkan hal ini tapi yo tolong Gusti plot twist macam apa ini. 

Surabaya, kalo boleh tolong tenggelam kan pemuda pengirim pesan itu. Enak aja sembuh dari trauma mahal harus buang-buang duit eh Semesta malah menghadirkan kembali.

Seharusnya Ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwasannya tidak akan mengulangi lagi bukan kepada orang lain percuma saja janji jika nanti kamu melanggarnya sendiri.

Dhira cuma bisa menghela napas kalo saja bukan masih sekolah dan terikat grub osis mungkin akan menonaktifkan ruang hijau itu.

Susah ya kalo hati belum sepenuhnya sembuh dari masa lalu. Manusia memang tempatnya mengolah rasa, sering dipatahkan oleh cita, pun jua cinta. Nanti juga ada pulihnya, nanti juga ada sempatnya. Kalau waktu sudah berbaik sangka.

"Lara ati iki tambahno karo kanggo latihan..."

Pagi-pagi sudah dibuat ambyar dengan lagu Kartoyono yang lagi booming, siapa lagi kalo bukan Tania suaranya terdengar sampai lantai satu. Baru saja Dhira menginjakkan kakinya ke lantai kelas.

"Heih yang di depan pintu jangan lupa move on... Kartoyono ning Ngawi medhot janjimu..."

Belum sempat menjawab pemuda bermata sipit kesayangannya Dhira lewat depan kelas dan mendengarkan percakapan itu.

Hanya tersenyum simpul mendengarkan hal tersebut. Tania yang tahu malah melanjutkan aksinya

"Ambruk cagak ku nuruti angan-anganmu..."

"Jangan aneh-aneh deh masih pagi." Tanpa pikir panjang dan menghiraukan Tania yang sibuk dengan dunianya duduk di bangku dan melanjutkan ritual per-drakor yang tak ada habisnya sebelum bel masuk.

___

Di lain sisi pemuda bermata sipit sedang persiapan baris-berbaris untuk ritual keseharian anak paskibra, iya menaikkan bendera Merah Putih.

Dari bawah bisa di lihat bahwa sang taruna diam-diam memperhatikan gadis nya yang asik bercanda gurau melihat itu berandai ia bisa ikut didalam kelompok itu.

"Bendera siap..."

Di balik sikap tegap sempurna Dika mencuri sepasang bola mata cokelat yang tanpa sengaja bertemu.

Dari ekspresi wajah itu Dika hanya melihat sorot mata yang penuh kebencian, Ia tahu memang sejak awal Dhira sudah memperingatkan bahwa

"Jika kamu nggak sanggup ada aturan untuk menjalin komitmen jangan ada hubungan. Lebih baik sendiri saja!"

Disini tidak menyalahkan satu sama lain  ego mereka yang jadi pemenangnya. Antara satu yang sangat mengalah dan sangat egois. Tapi gak tahu nanti kalo memang iya balikkan

Percayalah kawan, apapun yang terjadi kedepannya semoga hal baik, semoga kembali baik.

----

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

|| Renjana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang