Terlihat seorang remaja dengan wajah pucatnya sedang terbaring di ranjang rumah sakit.
"Cu.. kapan kamu akan sadar.. kakek bener-bener khawatir karena dari tadi kamu belum sadar-sadar juga..." ucap seorang pria tua atau lebih tepatnya seorang kakek tua dengan aura kewibawaannya.
Dirinya mengelus lembut rambut remaja tersebut yang masih memejamkan matanya. Raut khawatir di wajahnya tak bisa ia sembunyikan, karena bagaimanapun ini adalah kesalahannya karena telah lalai menjaga cucunya.
Tiba-tiba jari remaja tersebut bergerak yang membuat kakek tersebut cepat-cepat memencet tombol untuk memanggil dokter ke ruangannya.
Perlahan tapi pasti kedua kelopak mata remaja tersebut terbuka memperlihatkan manik hitamnya yang indah.
Ceklek
Pintu terbuka memperlihatkan seorang dokter dan asistennya berjalan menuju remaja tersebut dan mulai memeriksa keadaannya.
"Bagaimana keadaan cucu saya dok?" Tanya kakek tersebut.
"Keadaan tuan muda sudah normal kembali. Tetapi sepertinya ia tidak bisa berjalan terlebih dahulu karena pergelangan kaki sebelah kirinya masih terluka."
Penjelasan dari dokter tersebut membuat sang kakek sedikit merasa lega walaupun masih ada sedikit kekhawatiran karena kaki kiri sang cucu yang masih belum sembuh.
Remaja yang terbaring diatas brankar tersebut mengerjap-ngerjapkan matanya lalu bergantian melihat ke arah dokter dan pria tua tersebut.
Ia menatap sekelilingnya dan baru menyadari bahwa ia sedang berada di kamar inap VVIP yang sangat mewah.
"Ukhh.." remaja tersebut memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Dan merasakan jika ada perban yang melilit kepalanya.
Tunggu..tunggu.. bukannya sebelumnya ia tertusuk di dada sebelah kirinya? Tetapi mengapa malah kepalanya yang diperban?
"Air.." lirih remaja tersebut hendak bangun tetapi ditahan oleh kakek tersebut.
"Ini cu.. minum perlahan-lahan" kakek tersebut memberi minum kepada remaja tersebut setelah menaikkan kepala ranjang hingga remaja tersebut tak perlu repot-repot bangun dari tidurnya.
"Maaf kalau boleh tau anda siapa ya?"
Setelah minum remaja tersebut bertanya sambil menatap ke arah kakek tersebut. Bisa jadi kakek tersebutlah yang telah menyelamatkan hidupnya, kalau iya maka dirinya harus mengucapkan terima kasih.
"Ini kakek cu.. kenapa kamu malah nanya begitu?"
"Kakek? Ta-tapi.. ukh.." belum sempat remaja tersebut menjawab tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit.
"Dokter! Cepat periksa lagi keadaan cucu saya! Kalau terjadi sesuatu dengan cucu saya, rumah sakit ini akan saya bakar sampai hangus tak bersisa!"
Dengan cepat dokter dan asistennya memeriksa kembali keadaan remaja tersebut.
"Maaf tuan muda.. kalau boleh tau siapakah nama anda?"
Dokter tersebut bertanya, ia sebenarnya sudah tau nama remaja ini. Hanya saja ia sedang memastikan perkiraannya tentang kondisi remaja tersebut.
"Nama saya Askara Mahendra"
"Cu.. kenapa kamu malah bilang begitu. Nama kamu itu Askara Alvarendra bukan Mahendra!"
Ia mengerutkan keningnya saat mendengar kakek tersebut mengatakan bahwa namanya bukanlah Askara Mahendra melainkan Askara Alvarendra.
"Maaf tuan.. sepertinya tuan muda terkena amnesia akibat benturan yang ia terima saat kecelakaan tersebut. Tetapi tenang saja tuan, amenisa yang diderita tuan muda bersifat sementara dan ingatannya akan segera pulih kembali."
Penjelasan dari dokter membuat kakek tersebut pusing. Bagaimana bisa cucu kesayangannya malah hilang ingatan begini. Bisa-bisa nanti dirinya tambah pusing mendengarkan omelan dari anak dan menantunya.
Sedangkan remaja yang adalah Aska tersebut hanya diam terbengong setelah dokter mengatakan jika dirinya amnesia.
Apa-apaan itu?! Padahal ia ingat betul bahwa ia adalah Aska Mahendra yang baru saja tertusuk pisau akibat pencopet setelah pulang dari sekolahnya.
Tapi kakek peyot yang sialannya tampan ini malah mengatakan bahwa namanya adalah Aska Alvarendra? Dan ia malah tidak asing dengan nama tersebut.
Daripada pusing memikirkan hal tersebut lebih baik dirinya tidur karena sekarang sudah larut malam.
"Gue mau tidur! Lu semua balik sono, ganggu tau ga."
Ucap Aska sambil memejamkan matanya. Dirinya benar-benar kesal setelah dikatakan amnesia, padahal dia masih ingat betul siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sang kakek hanya bisa menghela nafas saat melihat kelakuan cucunya. Padahal cucunya selalu bermanja padanya. Tetapi sekarang ia harus bersabar karena cucunya sedang hilang ingatan.
Ia dan dokterpun meninggalkan ruangan inap tersebut. Di luar sudah banyak bodyguard yang menjaga ruang inap tersebut. Mungkin jika dihitung ada puluhan bodyguard yang berjejer rapi di depan ruangan tersebut.
"Jaga cucu saya, saya akan ke lobby untuk menelfon Oliver." Tegas sang kakek kepada seluruh bodyguardnya.
"James! Kamu ikut dengan saya!" Ucap sang kakek kepada asistennya lalu meninggalkan tempat tersebut.
.
.
.To be countinue
__
Hai gais!
Menurut kalian gimana sama tulisan saya kali ini?
Terlalu monoton dan padat ga si?🤔
Kalian lebih suka saya jelasin secara merinci atau singkat-singat aja?
Soalnya saya masih bingung gimana nulisnya hehe...
Makasi yang udah baca! Muach😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Adik Sang Antagonis
JugendliteraturAskara Mahendra, seorang remaja yatim piatu yang mati akibat ditusuk pisau oleh pencopet. Bukannya terbangun di alam kubur, ia malah terbangun di tubuh Askara Alvarendra. Adik dari pemeran antagonis yang novelnya baru saja ia baca. Bagaimana kelanju...