Chapter : 3 Last Night, Good Night

53 2 0
                                    

Aku terbangun di dalam sebuah ruangan dan berkata dalam hati "jadi semua itu sungguhan.. terima kasih Tuhan aku sudah berhasil membalas kebaikan Viona" tak lama dokter pun masuk. Saat melihat status kerusakan pada tubuhku dokter sangat terkejut aku oun memberanikan untuk bertanya "ada apa dok?". "Saya tidak berani mengatakannya dik rendi" kata dokter. "Tidak apa-apa dokter aku siap apapun hasilnya", "dik rendi hanya bisa bertahan 3 hari lagi". Mendengar itu aku kemudian berkata pada dokter "dok tolong jangan diberitahukan kepada anggota keluarga saya ya dok", "tapi kenapa?" Tanya dokter. "Biar saya yang bicara dengan mereka" kataku, "baiklah kalo itu mau dik rendi.. dik rendi yang kuat ya" dokter pun menyemangatiku. "Terima kasih dok"

"Aku jadi aku hehehe Tuhan sudah kangen padaku ya hingga semuanya secepat ini..." aku pun menghela nafas "Tuhan aku belum siap tapi Tuhan sudah berkehendak seperti ini maka aku harus menerimanya, Tuhan.. aku berterima kasih aku sudah dapat kenal dengan wanita seperti Viona..." aku pun memejamkan mataku.

Saat aku terbangun aku sudah berada di ruangan lain. Dan aku sadar ini hari terakhirku saat itu sudsh malam dan hujan turun deras. Di sana aku melihat Viona yang sejak tadi menangis dan ayahnya yang sedang panik, aku pun mencoba menggerakkan tangan ku dan mengusap air mata Viona. Viona pun terkejut "Re-Rendi pah rendi udah siuman.. rendii" viona pun menangis. Aku melihatnya ya.. wajahnya yang cantik dan selalu penuh senyuman menjadi luntur karena air mata itu. "Aku gapapa kok Viona" kataku meyakinkannya. "Rendi maaf, maaf gara- gara aku kamu jadi kaya gini, maaf aku ga pernah dengerin kamu, maaf rendi maaf.. harusnya aku yang kaya gini bukan kamu" kata Viona terisak-isak. "Sssstt... kamu ga boleh bilang gitu.. biar bagaimanapun aku udah seneng kok aku udah bisa bales semua kebaikan kamu" kataku tersenyum. "Engga ren kamu ga harus kaya gini ren engga" seakan akan tidak bisa menerima kenyataan Viona terus menangis. "Viona.. maaf aku harus bilang ini" tak terasa aku sudah susah bernafas "ini malam terakhir aku... Tuhan terlalu sayang sama aku sehingga dia manggil aku begitu cepat" kataku sambil terus mencoba mempertahankan nafasku. "Engga ren enggaa.. jangan tinggalin aku ren jangaan.. rendii.." viona menggenggam tanganku dengan kuat. "Maaf kalau aku sudah merepotkan kamu sama keluarga kamu.. maaf aku banyak salah ke kamu.." nafasku pun mulai terputus-putus "tapi inilah kenyataannya.. aku nanti bakal doain kamu dari surga" nafasku mulai sulit penglihatanku mulai kabur "V-Vi-ona.. A.. a. Ak.. aku.. sa. Saya ..ng ka..mu" setelah mengatakan itu nafasku terhenti dan disitu lah aku melihat sebuah cahaya terang. Sebuah tangga menuju ke atas di sana terdapat sebuah gerbang. Aku melihat ke arah Viona. Aku melihat dia menangis dia menggoyang goyangkan tubuhku yang telah terbujur kaku.

"Viona.... this is my last night.. Good night.. i love you"

Viona melihat sepucuk surat yang ada di atas meja dekat aku tertidur untuk selamanya. Dia membukanya dan membacanya

Dear Viona
Viona.. pertama-tama terima kasih buat semuanya.. hari-hari bersama dengan kamu sangat berarti buat aku.. hingga aku ngerasa hal ini.. ya... Viona aku sayang sama kamu.. maaf hanya bisa nulis surat soalnya aku ga berani nyatain langsung hehe.. intinya aku cinta Viona.. I love you Viona

From
Rendi

Setelah membaca itu air mata viona tidak bisa dibendung lagi "RENDIII.. " dia berteriak dan menangis "Rendi.. maaf rendi maaf.. rendi aku juga sayang kamu rendi... jangan tinggalin aku ren". Tapi apa daya Rendi telah pergi. Rest in Peace Rendi

"Beranilah menyatakan perasaanmu.. katakan itu... teriakkan itu.. sebelum orang yang kamu sayang pergi untuk selamanya"

End.

Last Night Good NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang