Tok tok tok
Heeseung yang sedang santai menonton televisi ditemani secangkir teh dan beberapa cemilan dibuat heran. Siapa yang datang jam segini? Walaupun masih jam sembilan malam.
"Siapa ya?" Dia bangkit dari duduknya dan berjalan kearah pintu. Hingga tak berapa lama Lelaki itu dibuat terkejut dengan orang-orang yang datang.
"Lho? Udah pulang?"
"Iya, Ni-ki kangen Ciko." Ucap anak itu nyelonong masuk begitu saja kedalam apartemen Heeseung. Itu sudah biasa, bahkan Heeseung tak keberatan akan hal itu.
"Kok? Sudah pulang?" Pertanyaannya masih sama. Padahal baru beberapa saat yang lalu dia menerima pesan dari Jungwon jika mereka telah sampai di Busan. Kenapa tiba-tiba bisa ada disini?
"Hyung ngga diizinin masuk dulu nih kitanya?" Heeseung akhirnya tersadar bahwa mereka semua masih berdiri di depan pintu. Dia langsung saja mundur dan mempersilahkan mereka masuk.
Mereka akhirnya berkumpul di ruang tengah, sembari mengobrol ringan. Berbeda dengan Ni-ki yang kini sibuk dengan Ciko, ikan milik Heeseung.
Dia menatap gerak-gerik ikan tersebut. Menatap manik hewan itu dengan lamat-lamat. Tersirat sedikit keanehan disana, melihat cara ikan tersebut melihatnya, Ni-ki tau jika ikan itu menyadari sesuatu.
Maaf, ini pertemuan terakhir kita.
"Ni-ki! Sini, ngapain coba liatin Ciko dari tadi." Jungwon memanggil Ni-ki yang sedari tadi memperhatikan Ciko. Dan akhirnya membuat lelaki itu mendekat dan duduk disebelahnya.
"Ini gimana ceritanya? Katanya mau ke Busan." Heeseung masih dibuat bingung dengan mereka saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa mereka bisa ada disini?
"Kita udah ke sana kok." Jawab Sunghoon meyakinkan Heeseung yang kini menatap mereka bingung. Baru beberapa jam yang lalu dia menerima pesan dari Jungwon, tapi sekarang mereka sudah ada disini? "Kok cepet banget?"
"Iya emang udah waktunya pulang aja."
Heeseung menatap Jay yang baru saja berucap. Lelaki itu masih dibuat bingung dan terbengong-bengong. "Udah Hyung ngga usah dipikirin. Kita ada di sini sekarang, bukan di Busan."
"Tapi.. Kek mustahil banget gitu, Jay."
"Mustahil apanya?"
"Oh, Hyung pengen kita lebih lama di Busan. Berarti Hyung ngga mau ketemu kita cepet-cepet?" Ungkapan Ni-ki barusan membuat Heeseung spontan menggeleng cepat. Bukan begitu maksudnya, dia hanya merasa bingung, hanya bingung.
"Ngga sama sekali. Hyung seneng kalian ada disini." Niki berjalan kearah Heeseung kemudian duduk di sebelahnya. Menatap lelaki itu lamat-lamat kemudian berkata.
"Hyung aku mau cerita." Heeseung menoleh ke sebelahnya. Dan disana ada Ni-ki yang menatapnya terlihat benar-benar ingin membicarakan sesuatu.
"Tadi Hyung tau ngga? Ada kecelakaan lho di Busan." Heeseung awalnya hanya sedikit tercengang, tapi dia tak terlalu khawatir. Dia hanya berusaha terlihat antusias untuk mendengar cerita dari remaja di depannya ini.
"Kecelakaannya tepat di depan kita. Karena itu kita pulang." Akhirnya pernyataan dari Jake membuat kedua netra itu membola.
"Hah?! Di depan kalian? Tapi kalian gapapa kan?!" Paniknya. Heeseung langsung saja menatap semua adik-adiknya yang kini duduk melingkar di lantai. Dan dengan mudah dia bisa memperhatikan mereka semua.
"Gapapa Hyung." Ucap Sunghoon seraya tersenyum tipis.
"Sunoo nyesel," mereka beralih melihat Sunoo yang duduk di sebelah Jake dengan pandangan kosong.
"Kalo Sunoo tau, Sunoo ngga akan pernah pergi ke Busan."
Heeseung melihat gurat cemas pada wajah Sunoo yang terlihat jelas. Bahkan Jungwon yang juga hanya diam sedari tadi. Bahkan anak itu selalu menggenggam tangan Sunghoon semenjak memasuki apartemennya.
"Kalian tenang aja. Sekarang udah gapapa kan, Sunoo? Jungwon?" Heeseung menatap keduanya secara bergantian sembari tersenyum kecil.
Jungwon melihat senyum Heeseung yang begitu hangat bergerak mendekat dan kemudian menghambur ke pelukan Heeseung.
"Hei? Kenapa? Kan udah gapapa." Hastanya terangkat untuk mengelus kepala Jungwon. Bahu lebar anak itu ia rasakan perlahan-lahan mulai bergetar diiringi isakan kecil.
"Jungwon-ah? Kenapa nangis?"
"Takut.." cicitnya kecil disela isakan nya. Dia masih setia memeluk Heeseung erat tak mau dilepaskan seakan-akan itu adalah pelukan terakhir yang tersisa untuknya.
"Udah, jangan takut lagi, disini ada Hyung." Ucapnya.
Mereka yang melihat itu hanya bisa menahan tangisnya masing-masing. Memendamnya sedalam-dalamnya tanpa harus meloloskan isakan seperti Jungwon. Ni-ki mendekat dan mendaratkan kepalanya pada pundak Heeseung yang menganggur. Dia menutup matanya disana, saat tangan Heeseung yang satunya terangkat untuk mengelus kepalanya.
"Kalian capek? Tidur disini aja. Gapapa."
Mereka mengangguk. Sunghoon lebih dahulu merebahkan tubuhnya menghadap langit-langit. Entah apa yang kini dipikirkan lelaki itu. Disusul Jake dan juga Sunoo.
Ni-ki memilih untuk merebahkan dirinya dan menjadikan paha Heeseung sebagai bantalan. Dia kembali menutup matanya masih dengan tangan Heeseung yang mengelus lembut kepalanya. Jungwon sudah sedari tadi mendekat ke Sunghoon dan tidur di sampingnya dan kembali menggenggam tangan Sunghoon.
Heeseung tak tahu kenapa Jungwon tak mau lepas dari telapak tangan kakaknya itu. Sepertinya semua orang sudah terlelap ke alam mimpi sekarang. Dan tersisalah Jay dan dirinya yang kini hanya diterpa hening yang berkepanjangan.
"Jay? Ngga tidur?" Lamunan laki-laki itu tersadar dan kemudian menggeleng kecil. Dia menggeser duduknya tepat di samping Heeseung. "Belum ngantuk." Jawabnya singkat, lalu hening kembali menyelimuti kedua laki-laki yang sedang berkecamuk dengan pikiran mereka sendiri.
"Hyung..?"
Heeseung menoleh kearah Jay yang melamun sembari menyandarkan punggungnya pada sofa dibelakang mereka. "Kalo seandainya kita ngga pulang, gimana?" Dia bertanya tanpa sedikitpun menoleh kepada Heeseung yang ada di sampingnya.
"Ya gapapa. Lagian kalian juga perlu liburan untuk sekedar healing melepas penat. Apa salahnya?"
"Bukan gitu. Maksudnya, kalo kita ngga pernah bisa kembali?"
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/295766086-288-k427806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Alone
Novela Juvenil"Aku yang salah. Kalian sebenarnya hanya singgah, tapi tanpa sadar aku menjadikan kalian rumah." Hidup dibayangi kenangan masalalu membuat Lee Heeseung menjadi putus asa. Ada rasa bersalah yang benar-benar melekat di hatinya, membuatnya semakin depr...