Beberapa tahun kemudian ...
Setiap setelah waktu Maghrib tiba, Zean selalu duduk di depan teras rumahnya. Menunggu ayah dan saudara kembarnya datang dengan membawakan oleh-oleh untuknya.
Selama bertahun-tahun Zean melakukan hal yang sama. Walau akhirnya ayah dan saudara kembarnya itu tak kunjung datang ke rumah.
"Kakak selalu berharap Papa dan Zein datang ke rumah. Tak apa hanya sedetik kaki kalian menginjak rumah ini setidaknya kita bertemu kembali."
Itulah kata-kata yang selalu Zean katakan setiap malam datang. Lelehan air mata juga mengalir dari manik indahnya.
"Kapan Papa dan Zein pulang ke rumah? Apa Papa dan Zein tak merindukan Kakak dan Bunda?"
"Rasa perceraian kedua orang tua sangatlah menyakitkan. Bukan hanya orang tuaku yang berpisah. Tapi aku dan saudara kembarku juga ikut berpisah."
***
Zean sudah berpakaian dengan rapi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat, Zean pergi ke dapur untuk sarapan bersama ibunya.
Suara penggorengan dan harum masakan menyeruak ke seluruh dapur. Seperti biasa di pagi hari ibu Zean menyiapkan sarapan. Menu sarapan hari ini adalah nasi goreng. Tangannya dengan lihai dan cekatan memasukkan bumbu-bumbu ke dalam kuali berisi sedikit minyak yang sudah dipanaskan sebelumnya.
"Harum masakan Bunda benar-benar membuat Zean lapar." Zean kemudian duduk di meja makan menunggu sarapan siap untuk dihidangkan.
"Bunda, Pak Reza menyuruh Kakak mengantar anaknya ke sekolah setiap hari. Sekolahnya searah dengan sekolah Kakak. Boleh tidak?"
"Ya silahkan. Tapi hati-hati membawa sepeda terlebih kamu membonceng anak orang."
"Baik Bunda!"
Setelah selesai sarapan, ia bersiap danbergegas ke rumah Pak Reza untuk mengantarkan anaknya pergi sekolah.
***
Pagi hari ini pukul 06.15, udara di Jakarta masih terasa dingin. Zean berhenti sebentar untuk mengenakan jaket agar tak terlalu kedinginan. Setelah selesai mengenakan jaket, ia kembali mengayuh pedal sepeda menuju sekolahnya.
Semilir angin menyentuh pipi tampannya dan meniup rambutnya yang hitam lebat. Rambut yang tadinya rapi, menjadi sedikit berantakan. Sembari mengayuh sepeda, sembari bersenandung kecil.
"Kak Zean ... " Seorang anak kecil berdiri di tengah jalan dan merentangkan tangannya memberhentikan sepeda yang dibawa oleh Zean.
Syukurlah Zean mengerem tepat waktu dan sedikit lagi hampir menabrak anak kecil itu.
"Jian, lain kali jangan seperti itu!" Yang ditegur, malah cengengesan.
"Maaf."
"Naiklah!"
"Sudah siap Jian?"
"Siap Kak!"
"Pengangan! Bismillah!" Zean kembali mengayuh sepedanya menuju sekolah Jian setelah itu barulah ia melanjutkan perjalanannya menuju sekolahnya.
Setelah beberapa menit perjalanan, Zean sampai di depan gerbang sekolah dasar tempat Jian menuntut ilmu.
"Alhamdulillah, sudah sampai!" ucap Zean. Jian turun dan kemudianmengeluarkan cokelat dari dalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 || Ȥҽαɳ & Ȥҽιɳ
Teen FictionZean dan Zein, dua Anak Kembar yang harus terpisah jauh karena perceraian orang tua mereka. Dan setelah sekian lamanya mereka berpisah mereka akhirnya bertemu kembali. Namun, dibalik kebahagiaan mereka, terdapat berita duka. Ayah mereka telah mening...