1. Sara dan Clara

548K 5K 126
                                    

"Berhenti sekolah? Serius elo? Sekolah sebentar lagi selesai dan elo mau berhenti gitu aja?"

Clara terbelalak sambil berteriak tidak percaya. Mendengar sahabatnya  akan berhenti sekolah secara mendadak, dia syok.

"Ya gue udah ga ada biaya lagi Cla, uang gue dikit itu juga buat keperluan nyokap, kalau dia kenapa-napa, so gue harus berhenti." sahut Sara sedih.

"Jangan berhentilah, sayang-sayang kita akan lulus sebentar lagi. Dan elo itu bukannya bodoh Sar."

"Gue ngerti, tapi gimana dong, gue harus kerja, cari duit untuk bertahan hidup."

Clara diam, dia juga sedih karena dirinya akan kehilangan sahabat baik jika Sara tidak sekolah lagi. Tapi apa yang bisa ia lakukan?  Dia juga hanya seorang remaja SMA berusia tujuh belas tahun yang belum bisa cari uang sendiri.

"Kalau elo nggak sekolah lagi, elo tetep mau temanan sama gue kan Sar?" Clara menggenggam tangan Sara.

"Ya, main aja ke gubuk gue kalau elo kangen sama gue , tapi gue nggak bisa traktir minum kopi mahal, kopi saset aja nggak papa kan?"

Sara masih sempat ngelawak, padahal Clara sedang sedih. Tapi akhirnya tertawa sambil mengusap matanya yang basah karena menangis.

"Elo mah, nggak ada sedih-sedihnya mau ninggalin gue." cerocos Clara.

"Sedih kok, siapa bilang nggak sedih?"

Sara memeluk Clara. Sara adalah teman sekelas Sara. Namun usia Sara setahun lebih tua karena Sara baru masuk SMA setahun kemudian setelah lulus SMP. Lagi-lagi masalah biaya yang membuatnya harus menunggu supaya bisa masuk ke SMA. Jadi normalnya adalah Clara adik kelas Sara.

Clara sangat nyaman dengan Sara dari awal perkenalan. Sara sangat humble, baik hati dan hangat. Yang jelas Sara adalah teman yang pintar menenangkan perasaannya. Seperti seorang Ibu.

Clara dan Fabio, ayahnya sedang berada di restoran. Mereka berdua selalu makan di luar selama tidak memiliki juru masak di rumah. Itu juga jadi alasan supaya ayah Clara melupakan pekerjaannya sejenak, Fabio berusaha menyiapkan waktu sebanyak mungkin untuk putri semata wayangnya itu.

Fabio Cossa adalah pria berdarah Latin yang belum terlalu tua, usianya baru tiga puluh sembilan tahun, adalah ayah Clara dan dia yang memenangkan hak asuh terhadap Clara ketika menceraikan Mindy, istrinya.

Mindy kepregok selingkuh oleh suaminya sendiri dan pria itu langsung menceraikannya. Mindy yang saat itu tidak bisa membela dirinya sendiri akhirnya rela kehilangan suami dan putri mereka yang waktu itu berusia tiga tahun.
Sekarang Mindy telah menikah dengan pria selingkuhannya dan bahagia meskipun belum memiliki anak lagi.

Sementara, Fabio belum menikah lagi karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, di tambah lagi Clara tidak pernah menyukai Wanita-wanita yang di kenalkan Papanya. Clara tahu benar, wanita yang di kencani ayahnya semua mata duitan dan pasti hanya menginginkan uang ayahnya saja.

Karena Fabio tahu putrinya begitu, akhirnya ia memutuskan untuk tidak menikah. Tapi percayalah pada Tuhan, Fabio tidak sepolos itu. Dia tahu rasanya menikmati tubuh seorang wanita. Ia tahu benar erangan wanita manja ketika kejantanan miliknya berada di dalam tubuh seorang wanita yang sempit dan hangat. Fabio hanya tidak mau mengatakan pada putrinya, tapi ia selalu menikmati tubuh seorang wanita jika nafsu birahinya naik dan ingin di puaskan. Fabio membayar seorang wanita yang jadi sekretarisnya jika dia ingin berhubungan intim.

"Papa." panggil Clara tiba-tiba.

"Hmmm... "Fabio menggumam karena mulutnya penuh daging yang sedang di kunyahnya.

Suamiku Ayah Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang