Jerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...
Jerdian lari terbirit-birit ketika mendengar kabar bahwa kembarannya sedang ribut di belakang sekolah. Beberapa menit yang lalu, dia berdiri di depan gerbang untuk menunggu Juandra yang tak kunjung muncul. Karena dilanda rasa bosan, akhirnya ia memutuskan untuk membuka akun sosial medianya. Matanya sontak membelalak kaget kala melihat cuitan dari base sekolahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jerdian berlari secepat yang ia bisa. Dari kejauhan, ia sudah melihat Juandra yang berdiri kokoh seorang sendiri. Padahal, Luthfi membawa semua teman-temannya yang berjumlah tujuh orang. Paling tidak, Juandra harusnya mengajak anak-anak Eden untuk ikut bersamanya. Dengan kencang, cowok ber-hoodie itu mencengkram bahu Juandra.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo gila! Ngapain sendirian ngadepin mereka?"
"Anjing, kaget. Lo datengnya kayak jaelangkung, nggak di undang," ujar Juandra spontan. "Lo ngapain hah?"
"Kok lo tau gue disini?" tanya Juandra yang membuat Jerdian menggeram kesal karena malah balik bertanya. "Gue yang nanya duluan, Juandra. Lo ngapain?"
Melihat kembarannya yang meninggikan nada ucapannya, membuat nyali Juandra seketika menciut.
"Mereka duluan yang ngejek-ngejek lo anjir, gue nggak suka. Sebagai kembaran yang ramah dan tidak sombong gue akan membela lo sampai titik darah penghabisan," ucap Juandra dramatis yang hanya dibalas dengan tatapan tajam nan menusuk dari Jerdian.
"Lo diem!"
Juandra benar-benar sudah kehabisan kata. Jerdian kalo mode galak benar-benar menyeramkan meskipun hanya diam tanpa suara. Suara Luthfi pun menginterupsi keduanya. "Wah, wah, dramanya seru banget."
Setelah mengalami cek cok yang begitu sengit, aksi saling pukul pun tak dapat terelakkan. Awalnya, Juandra hanya menjadi penonton sekaligus supporter untuk kembarannya, namun tiba-tiba matanya menangkap salah satu teman Luthfi yang akan menyerang lewat belakang. "Jer, awas!"
Bugh. Juandra bengong untuk beberapa saat. Cowok dengan baju seragam yang di gulung itu memekik kaget ketika sadar bahwa yang kena pukulannya malah Jerdian, kembarannya. "Ju, mending lo diem, atau lo mau jadi sasaran empuk gue?"