Chapter 1

2.7K 248 0
                                    

Chapter 1 : Mas Ganteng

-
Jam sudah hampir mendekati tengah hari, siang ini sedang terik-teriknya tetapi hal itu tak menyurutkan semangat seorang laki-laki tampan yang kini sedang menunggu didalam mobilnya.

Ah, posisinya sekarang berada didepan sebuah restoran besar disalah satu pusat kota. Tugasnya disini menjadi kurir pengantar.

"Mas, ini udah semuanya." seorang karyawati mendekat kearah jendela mobil dengan pipi memerah. Pemuda di depannya ini sangat-sangat tampan tak jarang banyak wanita-wanita diluar sana yang mengagumi keindahan wajah tampannya.

Dia yang awalnya memainkan ponsel terperanjat saat tiba-tiba suara wanita terdengar. "Oh, yaudah. Terima kasih Mbak Riri, saya berangkat dulu ya."

Kemudian pemuda itu mulai membenahi duduknya dan menstarter mobilnya. Mbak Riri mengangguk saja, setelahnya mobil dengan warna perpaduan merah, putih dan biru itu melaju meninggalkan area resto.

Pemuda itu biasanya dipanggil Mas Ganteng oleh mereka yang bekerja direstoran tempatnya bekerja, bukan hanya para karyawan itu saja sih. Hampir seluruh pelanggan juga memanggilnya demikian, pemuda itu tidak keberatan, malahan ia senang daripada memberitahu namanya lebih baik dengan julukan itu bukan?

Setelah mengantarkan semua pesanan pelanggan dengan tepat dan selamat. Kini pemuda itu sedang menuju satu rumah terakhir untuknya mengantar pesanan. Beberapa saat kemudian dirinya pun sampai, sejenak pemuda itu termenung di tempat, rumah di depannya tidak dapat dikatakan rumah, ini ... istana!

Pemuda itu kini berdiri didepan pintu dan mengetuk pintu juga menekan bel rumah.

Beberapa saat kemudian seorang wanita berkepala empat keluar, bukan kepalanya yang empat, wanita itu tersenyum kepada pemuda itu yang dibalas senyum ramah pula.

"Dengan Ibu Raqhuel Eldora?" wanita tersebut mengangguk mendengar namanya disebut, segera pemuda itu memberikan box ukuran cukup besar kepada Ibu Raqhuel.

"Terima kasih, ganteng! Uangnya sudah saya transfer ya?"

"Iya, Bu."

"Mau mampir dulu? Hari sudah hampir malam, lagian ini antaran terkahir bukan? Kamu bisa istirahat disini sebentar." tawar wanita itu, namun dengan cepat pemuda itu menggeleng.

"Gak usah, Bu. Saya mau pulang aja, gak enak dengan keluarga Ibu." lirihnya diakhir kalimat, dapat di pastikan bahwa wanita di depannya tidak mendengar ucapan terakhirnya itu.

Namun Raqhuel menggeleng tegas, ia lantas menarik tangan sang kurir ganteng itu masuk. Terkesan lancang memang, namun wanita itu tak peduli, entah kenapa Raqhuel merasakan perasaan aneh menjalar ditubuhnya saat pertama kali melihat pemuda itu.

Menariknya menuju ruang tamu, Raqhuel lalu menekan bahu pemuda itu untuk duduk disofa. Setelahnya Raqhuel pergi kedapur menyiapkan teh hangat untuk tamunya.

Selagi nyonya besar berkutat dengan dapurnya, seseorang yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya perlahan mendekat.

"Lo siapa?" tanya orang itu saat tiba diruang tamu.

Pemuda itu tersentak kecil, ia melirik seseorang dihadapannya. Laki-laki di depannya tampak masih muda darinya. Baru ingin membuka suara, tiba-tiba di sela oleh Raqhuel yang kini berjalan menghampiri keduanya.

"Eh, abang ada disini ternyata. Wah kayaknya kalian udah saling akrab ya, bagus deh. Nah, abang dimana adek?"

Didalam hati keduanya, mereka menggerutu mendengar ucapan Raqhuel. Akrab apanya, kenal aja nggak. Laki-laki yang dipanggil abang oleh Raqhuel memaksakan senyumnya begitu pula dengan pemuda kurir itu.

A R G E ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang