New Students

2 1 0
                                    


Sekian lama menjalani hidup sebagai orang yang tidak mempunyai kenangan berharga apapun dengan orang lain, aku telah terbiasa melihat wajahku. Ekspresiku. Otot-otot bibirku yang jarang tersenyum. Atau jenis pandangan mata yang tidak menyiratkan apapun.

Mungkin jika diterjemahkan, pandangan mata seperti ini adalah : "Tidak ada yang pernah masuk dalam lingkaran kehidupanku."

Saeki Sensei memperkenalkan masing-masing dari empat murid baru itu.

Orang pertama adalah seorang anak laki-laki yang tinggi, dia terlihat lebih dewasa dari yang lain. Kata Saeki Sensei dia memang dua tahun lebih tua dari kami semua. Senior itu bernama Fuyuki.

Orang kedua adalah seorang anak laki-laki yang terlihat lebih pendek. Tubuhnya sedikit lebih besar dari senior yang tadi. Potongan rambutnya juga sedikit lebih pendek darinya. Kulitnya sedikit lebih gelap dari Fuyuki. Orang ini bernama Sora.

Orang ketiga, masih dalam deretan anak laki-laki bernama Kazehiko. Laki-laki ini terlihat lebih jenius dari yang lain. Aku tidak tahu dia jenius dalam hal apa, tapi ada hal-hal berbeda yang terlihat dari dirinya. Dia seperti tipe orang yang menyembunyikan banyak hal dari orang lain. Aku rasa itu juga karena ketidakpeduliannya.

Laki-laki keempat bernama Haru. Dia terlihat lebih fleksibel dari yang lain. Rambutnya lurus. Sebagian rambut depannya menutupi dahi. Dia lebih tinggi dari Sora, tapi lebih pendek dari Fuyuki.

Dari semua orang yang ada di sini, mungkin dia yang akan lebih sering bicara. Walaupun aku sendiri tidak yakin sesering apa kita bicara. Jika dalam kelas yang normal mungkin frekuensi bicara anak-anak 'normal' itu beberapa puluh kali lebih banyak dari kami.

"Baiklah semuanya, mari kita makan...!" sepertinya yang paling merasa antusias di sini adalah Saeki Sensei.

Semua orang mengikuti Saeki Sensei ke meja makan. Aku mengambil kursi di samping Saeki Sensei dan mengamati air muka setiap orang di sini.

Mereka bukanlah orang-orang yang banyak bicara. Menurut pemikiranku sendiri, mereka tidak memikirkan apapun untuk sekarang ini. Mereka hanya menerima apa yang direncanakan Saeki Sensei, mengikuti acara makan bersama tanpa obrolan hangat, dan berharap agar semuanya cepat selesai agar bisa memasuki kamar asrama masing-masing.

Aku memang bukan orang yang bisa meramal, tapi semua dugaanku itu pun berasal dari apa yang aku rasakan dan alami selama ini. Aku hanya berpikir bahwa mereka juga orang-orang yang seperti diriku.

"Bagaimana makanannya?"

Hening. Tidak ada seorang pun yang mau repot-repot menjawab pertanyaan itu.

"Bagaimana menurutmu, Sora kun?" Sensei sepertinya belum menyerah menciptakan suasana ramah tamah.

"Enak." Jawab anak itu.

Sora mengatakannya dengan singkat. Datar. Tanpa ekspresi. Dia melanjutkan makannya dengan biasa, bahkan tanpa memandang Saeki Sensei. Yang dilihatnya hanyalah piring di depannya yang sekarang isinya tinggal separuh.

"ngomong-ngomong, kita akan mulai masuk sekolah pada hari senin nanti. Jadi, masih ada dua hari lagi sampai kita memulai pelajaran secara formal."

Saeki Sensei tetap berbicara dengan semangat kepada kami, walaupun dia tahu tidak ada seorangpun yang tertarik untuk menanggapinya. Aku pribadi menganggap hal-hal kecil semacam basa-basi tidak perlu untuk ditanggapi. Bicara saja sesuatu yang kami perlukan, kami mendengarkan dan nanti juga akan kami kerjakan.

"setelah ini aku akan menunjukkan kamar kalian. Ada dimana barang-barang kalian?"

Fuyuki menanggapi "di kantor Saeki Sensei."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RemembranceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang