Chapter 9

646 59 9
                                    

Hati-hati typo 👍🏻

****

Ingat kejadian di mall kemarin? Sejak kejadian itu, Anin tak bisa berhenti memikirkan semua yang didengarnya. Dan Anin tidak ada niat untuk spill apa yang didengarnya sebelum ia menemukan bukti yang nyata. Rasanya Anin harus mencari teman untuk membongkar semua itu. Namun siapa? Haruskah ia mengajak Gracia yang sepertinya paling terdampak dari kebenaran itu?

Kini, Anin sedang berada di apartemen milik Sisca. Gadis itu sendiri sedang pergi bersama Gracia dan Shani untuk membeli buku. Lamunan Anin buyar saat dering bel terdengar di pendengarannya.

"Sebentar!"

Gadis imut itu segera berlari menuju pintu dan membukanya. Kedua matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang berdiri didepan pintu.

Raja Vino Admaja. Kakak sepupu seorang Shania Gracia Tanumihardja.

Masalah apa yang ia perbuat hingga seorang Kak Vino yang sibuk sampai mendatanginya di pagi yang mendung ini?

"M- masuk dulu, kak..."

Vino terkekeh, "Santai aja kali, Nin. Aku cuma mampir bentar doang kok. Soalnya sebelum Sisca dan yang lain balik, aku harus pergi,"

Anin mengangguk. Ia terdiam ditempatnya saat melihat tatapan Vino yang entah kenapa seakan menyerap semua energi yang dimilikinya. Perasaan ini... sama seperti saat Anin melihat langsung kedalam mata Gracia. Sayu namun menyihir.

"Kamu kemarin dengar apa yang terjadi hari itu, bukan?" Tanya Vino.

Dengan pelan, Anin mengangguk. Meski tidak jelas, Anin bisa menyimpulkan semuanya. Bahwa kejadian hari itu adalah suatu kejadian yang tragis dan mungkin... tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Jika memang begitu kenyataan yang terjadi, Anin jadi mempertanyakan bagaimana perasaan seorang Shani Indira Anadila.

"Bilang sama aku itu bohong, kak."

Pria tampan itu tersenyum tipis, "Sayangnya, itu benar, Anin." Balas Vino.

"Lalu kenapa? Kenapa disembunyikan? Bukankah lebih baik jika mereka tahu?"

Tatapan Vino berubah menjadi sendu. Masih teringat jelas dibenaknya seberapa terkejutnya mereka saat itu. Vino yang sudah cukup dewasa untuk memahami apa yang terjadi, hanya bisa mematung ditempatnya kala itu.

"Kejadiannya... rumit, Anin. Terlalu banyak yang terjadi dalam satu waktu itu. Dan yang pasti masih ada hal yang belum kamu ketahui."

Ia masih mengingat semuanya. Kepanikan Om Boby mencari Chika, kegusaran Om Ver, dan mereka. Sosok yang menyebabkan Anin kabur dari rumahnya. Orang tuanya.

"Dan bagiku... kamu, belum siap untuk mendengar fakta yang satu ini."

Dengan itu, Vino berlalu dari hadapan Anin yang masih terdiam di pintu. Meninggalkan Anin dengan beragam pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

Vino tahu, semua yang terjadi saat ini seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Karena bagaimanapun, sepintar apapun Vino ataupun mereka berusaha menutupi semua ini, Vino yakin pada akhirnya terungkap juga. Terlebih, ia tahu bahwa Gracia sudah menyadari keanehan pada diri Shani semenjak kepergiannya beberapa tahun yang lalu. Dan sesuai perhitungannya, sepupunya itu sudah mulai mencari tahu alasan apa yang mendasari perubahan dari sosok Shani Indira.

Vino tidak boleh lengah kali ini. Cukup sekali saja ia lengah dan menyebabkan gadis itu pergi dari negara ini. Kemunculan Gracia pada pertemuan bisnis beberapa saat yang lalu sudah menjadi tanda bahwa kehidupan tenang yang Gracia inginkan akan segera menghilang. Meski begitu, Vino yakin jika Jinan sudah memperhitungkan kemungkinan terburuknya. Namun, bagaimana Vino bisa yakin jika Jinan juga sudah memperhitungkan mengenai kemungkinan terungkapnya rahasia satu ini jika gadis itu saja tidak bisa mengetahui apa yang sedang ia kerjakan?

Dear SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang