Chapter 4

809 142 9
                                    

Hati-hati typo 👍🏻

****

"Kondisi dia gimana sekarang?"

Seorang pria berpakaian santai itu duduk di kursi yang tersedia didepan gadis yang baru saja melemparkan pertanyaan padanya. Dengan tenang, ia meraih sebuah botol minum dari atas meja dan meminumnya. Pria itu masih berusaha mengatur napasnya setelah berlari menaiki tangga.

"Si anjing. Bukannya jawab malah main minum." Umpat gadis itu.

Pria itu menatap gadis itu kesal. "Sabar dulu kenapa. Cape gue barusan lari. Gak ditawarin minum main introgasi aja. Gak ada akhlak loe. Udah bener ada lift malah disuruh lari lewat tangga. Si monyet emang."

"Wahai Raja Vino Admaja, adik kesayangan Ratu Vienny Fitrilya, kakak sepupu favoritenya Shania Gracia setelah Kak Vienny, musuh bebuyutan gue, gue manggil loe kesini buat dapet laporan, bukan dengerin loe ngomel anjir!"

Vino kemudian melempar bola dari atas meja kearah gadis dihadapannya, tepat mengenai dahi gadis itu, membuatnya seketika mendapat tatapan tajam dari gadis yang berstatus boss merangkap sahabat merangkap sepupunya itu. Harusnya. Karena kenyataannya, Vino tidak benar-benar menghormati gadis dihadapannya itu.

"Heh! Gak ada akhlak loe sama sahabat! Mentang-mentang bawahan loe ye."

"Wahai Jinan Safa Safira yang saya hormati, budak kesayangan Shania Gracia, gue butuh napas anjing!" Balas Vino penuh kekesalan.

Gadis itu menatap Vino yang ada dihadapannya dengan tatapan datar. Sedetik kemudian, Jinan terkekeh pelan melihat wajah Vino yang memerah seperti orang habis dikejar debt collector. Pria itu selanjutnya meraih botol minum milik Jinan dan menegaknya dengan santai saat botol minum pertama dirasa tidak cukup.

Jinan hanya bisa menghela napasnya pasrah melihat kelakuan pria yang jadi sepupunya itu. Seandainya ia tidak membutuhkan manusia menyebalkan dihadapannya ini demi mendapat info tentang Gracia dan Shani, sudah sejak lama ia musnahkan manusia ini ke belahan bumi lain. Dimanapun itu asal ia tak perlu bertemu manusia menyebalkan ini.

"Gre baik-baik aja. Setidaknya untuk sekarang. Oh, kata Kak Vienny, bakal muncul masalah baru. Tapi gue juga gak tahu masalah apa. Dan, ada yang udah tahu bahwa Gracia sudah kembali." Jawab Vino.

Jinan tersentak, tidak seharusnya ada yang tahu Gracia sudah kembali. Tidak ada yang boleh tahu. Dari mana mereka tahu bahwa Gracia sudah kembali? Apa mereka juga sudah tahu bahwa dua tahun ini Gracia sebenarnya sudah kembali?

Sial. Pikirannya hanya terfokus pada pekerjaan dan masalah Shani. Jinan belum sempat memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi terhadap Gracia. Bahkan setelah kehadiran gadis gingsul itu dipertemuan bisnis minggu kemarin, Jinan sangat yakin jika hidup Gracia masih akan tenang setidaknya selama beberapa bulan kedepan.

Jinan sudah memperhitungkan semuanya. Kemunculan Gracia di pertemuan bisnis itu pun juga sudah masuk dalam perhitungan Jinan. Satu-satunya yang tidak masuk dalam perhitungan Jinan adalah ia tak tahu, bahwa mereka sudah tahu mengenai keberadaan Gracia.

Vino tersenyum miris, ia juga sama sekali tidak memperkirakan akan ada kejadian ini. Baik tentang masalah baru yang disampaikan Vienny maupun tentang mereka. Pria itu menatap gadis dihadapannya dengan tatapan kosong, pikirannya melayang entah kemana. Terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya.

"Jagain Gracia, Nan. Gue takut dia terlalu fokus sama orang lain sampai dia lupa sama dirinya sendiri." Ujar Vino.

Jinan mengangguk, tanpa disuruh pun, ia akan melakukannya. Bagaimanapun, Gracia adalah salah satu orang yang sangat ia sayangi. Seumur hidupnya, ia berjanji bahwa ia akan menjaga gadis gingsul itu selama ia masih bernapas. Tidak akan ada dan tidak ada yang bisa menghentikannya, kecuali Tuhan dan kehendakNya.

Dear SGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang