3 - Ghibah

16 3 1
                                    

Menyebalkan,

Sungguh.

Narendra segera menuju kantin setelah membaca pesan di group mereka. Dan benar saja, dia langsung mendapati ketiga temannya yang tengah duduk di salah satu bangku kantin itu.

Datang dengan muka muka masam, Narendra sedari tadi tidak berhenti untuk terus mengumpat. Dia menggebrak meja kantin yang sedang diduduki oleh ketiga temannya itu.

Haikal terkejut saat mendapati mejanya digebrak oleh Narendra, "anjing, kaget sialan!"

"Lo kenapa sih dateng-dateng malah ngegebrak meja?" kali ini Renaldy yang bersuara.

"Gila!"
"Gue masih lurus, ga bisa dibiarin." ucap Narendra yang terdengar frustasi.

"Ada apa sih? Sini cerita, barangkali kita bisa bantu." ucap Steven dengan nada menenangkan temannya yang terlihat sedang mengacak rambutnya.

Akhirnya Narendra menceritakan dari awal kejadiannya, mulai dari dia mendapatkan bingkisan cokelat dan sepucuk surat hingga Hussein menyatakan perasaannya kepada Narendra. Dan lebih menyebalkannya lagi, Hussein tidak akan menyerah begitu saja, dia akan terus memperjuangkan Narendra.

"What?!"
"Hah?"
"..."

Kedua temannya -Renaldy dan Steven- terdengar sangat terkejut, sedangkan Haikal masih mencerna perkataan Narendra.

"Wait, hah gimana? Ada cowo yg abis confess ke lo?" tanya Haikal.

Narendra mengangguk.

"Gue harus gimana? Arrghh..."

"Yaudah sih, kan lo juga udah nolak dia. Dia gak akan ngejar lo lagi kok" ucap Haikal enteng. Sungguh, untuk saat ini rasanya Narendra ingin sekali menghantam wajah temannya itu, mengapa dia lebih lemot daripada dirinya?

"Kal, kan si Naren tadi udah bilang kalau Hussein bakal terus ngejar dia. Hussein bakal ngejar Naren sampe dia luluh." Steven kembali menjelaskannya dengan sangat sabar kepada Haikal.

"Tau nih anak satu, lola banget anj!" ucap Renaldy dengan sinis.

"Ohh iya maap maap" Haikal giggles.

Narendra yang dari tadi mendengarkan perdebatan kecil dari ketiga temannya itu hanya bisa menghela nafas dengan kasar. Bukannya membantu mencari solusi, mereka malah asyik sendiri.

"Jadi, lo bertiga mau bantuin gue gak?"

"Iya tenang, pasti kita bantuin kok." ucap Renaldy sembari menepuk pelan punggung sahabatnya.

"Tapi btw, Hussein yang mana sih anaknya?" kali ini Renaldy membuka suaranya.

"Kalian masih inget kan waktu team Cheerleader ngumpul di cafe nya bang Ken? Perasaan lo semua gue ajak kan?"

"Ohh iya inget," ucap Renaldy dan diangguki oleh Steven.

"Nah, waktu kita lagi bahas sesuatu kan ada tuh satu cowo yang sibuk otak-atik hp, yang sampe ditegur sama bang Luke. Inget?" jelas Narendra.

"Ohh si itu? Yang bibirnya tebel itu kan?" tanya Renaldy untuk memastikan.

"Ohh iya gue inget," ucap Steven.

"Iya itu, yang bibirnya tebel."

Haikal yang daritadi memperhatikan ketiga sahabatnya berbicara pun langsung membuka suara, "Gue gak ikut anjing, ada fotonya kagak?"

"Gak ada lah, stalk aja ig nya." ucap Narendra dengan nada ketus.

"Apa username dia?"

"Ya mana gue tau lah bego. Bisa riem dulu gak? Udah lah gak usah bahas si Hussein, ganti topik aja." kali ini emosi Narendra memuncak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Freak Partner〖Nomin〗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang