DIMANA

359 40 2
                                    

...

Sakura pulang larut malam dengan bau alkohol yang sangat kuat. Blazer yang tadi dikenakannya sekarang terselampir di bahunya, hanya tank top yang melekat ditubuh langsing Sakura.

"Sakura, kemana kau? Tadi aku menjemputmu ke rumah sakit tapi kau tidak ada. Kenapa kau pulang sangat larut?" Tanya Sasuke saat mendekati Sakura yang masih berada di pintu depan.

Semakin dekat, Sasuke mencium alkohol yang makin kuat. Dan benar saja, ternyata Sakura sudah sangat mabuk hingga hanya bisa tergeletak didepan pintu.

"Sakura! Ada apa sebenarnya? Kau tak pernah seperti ini sebelumnya." Sasuke kaget dengan keadaan istrinya. Setahu Sasuke, Sakura sangat menghindari alkohol dan tempat malam, wanitanya sangat tahu batasan. Tapi sekarang, entah apa yang ada dipikiran nya.

Sasuke menggendong Sakura ke kamar mereka lalu mengganti bajunya. Pandangan sedih sangat terlihat dari wajah Sasuke. Entah apa yang dialami wanitanya hingga melampiaskan masalahnya dengan alkohol.

Melihat wanitanya seperti menyimpan banyak beban dan terlihat sangat berantakan membuat Sasuke sedih dan khawatir. Dia tahu Sakura adalah wanita yang kuat, tapi sekuat-kuatnya seseorang tetap butuh orang lain untuk sekedar bercerita bukan?

Sasuke mendekat ke Sakura yang telah terlelap, mengelus kepala Sakura lembut yang menyiratkan perasaannya kepada Sakura. Terduduk di samping Sakura, Sasuke menangis dalam diam saat mengamati wajah wanitanya.

Entah mengapa dari dulu Sasuke seperti tidak benar-benar bisa mengerti istrinya ini. Sekeras apa pun dia mencoba, Sakura selalu mempunyai bagian yang tak tersentuh olehnya. Yang Sasuke ingin hanya Sakura bisa mempercayainya, membagi beban yang ada padanya seperti yang selama ini dia lakukan.

"Apapun masalah yang kau hadapi, aku selalu berada di sampingmu sayang. Kau bebas bercerita padaku kapan pun kau mau." Bisik Sasuke walau dia tahu Sakura tak mungkin mendengar apa yang dia katakan.

Setelahnya, Sasuke menyusul Sakura berkelana memasuki alam mimpi.

...

Sasuke terbangun dan melihat Sakura sudah tak ada di sampingnya. Sasuke mengecek seisi rumah dan tidak menemukan Sakura dimana pun. Dia hanya menemukan note kecil di pintu kulkas yang bertuliskan

'Aku sudah menyiapkan sarapan di meja makan. Aku sudah berangkat ke rumah sakit dan nanti tidak perlu menjemput.'
Sakura.

Sasuke membaca itu dengan perasaan bingung, Sakura makin aneh sekarang. Sasuke harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ya, dia harus mencari tahu sendiri kalau wanitanya tidak mau bercerita padanya.

Dilain tempat, Sakura singgah ke sebuah bangunan tua dipinggiran kota yang bertuliskan 'Panti Asuhan Harapan'. Disinilah pertama kali Sakura kecil melihat Sasuke walau hal itu mungkin tidak disadari Sasuke kecil waktu itu.

Terbanyang kilas masa lalu waktu dia berkunjung ke panti ini bersama keluarganya. Saat itu, Sakura kecil bermain dengan anak panti di halaman depan. Namun, ada satu hal yang menarik perhatiannya yaitu seorang anak lelaki yang terlihat lebih tua darinya duduk sendiri di ujung halaman memandang ke langit.

"Yuta-chan, kau tahu siapa dia?" Tanya Sakura kecil sambil menunjuk anak lelaki berambut hitam itu.

"Dia Sasuke-kun. Dia memang seperti itu, pendiam dan murung. Sudahlah, ayo lanjut bermain."

"Ah hm." Angguk Sakura mengikuti langkah anak yang bernama Yuta itu walau pandangannya tak lepas dari anak lelaki itu. 'Sasuke ya' batin Sakura kecil.

Hanya seperti itu, tak ada interaksi antara Sakura dan Sasuke kecil karena keluarganya sudah mengajak Sakura pulang. Namun, saat akan meninggalkan area Panti, Sakura kecil melihat tatapan Sasuke yang memandangi mobilnya.

"Nak Sakura?" Panggil Sizune, pengurus panti yang sudah kenal dengan Sakura.

Menarik kesadaran Sakura kembali, dia menoleh kearah Sizune reflek karena kaget. "Ah maaf aku melamun tadi."

Sizune tersenyum lembut. "Apa ada yang kau pikirkan?"

Sakura hanya menggeleng lalu Sizune berkata, "Masuklah dulu, kita bicara didalam."

"Iya, Terima kasih bibi."

...

Sasuke tidak fokus dengan tumpukan dokumen didepannya, dipikirannya hanya ada Sakura.

"Hei Teme, kertas-kertas itu tak mungkin selesai dengan sendirinya. Fokuslah sedikit, target klien sudah dekat." Celoteh Naruto yang tidak digubris oleh Sasuke.

Melihat itu, Naruto yang tak peka malah duduk di meja kerja Sasuke dan berceloteh panjang lebar. Hal itu sukses membuat Sasuke kesal.

"Apa kau tidak bisa diam dobe!" Aura yang keluar dari Sasuke sangat pekat yang membuat Naruto terdiam seketika.

"Aku tak tahu! Aku tak bisa fokus dengan pekerjaanku saat ini. Kuharap kau tidak menambah pikiranku." Sarkas Sasuke lalu keluar dari ruangan kerjanya dengan Naruto.

Sasuke mengendari mobilnya entah kemana, sudah 30 menit dia berputar disekitar rumah sakit tempat istrinya bekerja. Tak ada tanda-tanda istrinya akan pulang, padahal sekarang sudah lewat jam pulang Sakura.

Sasuke memilih menunggu di parkiran. 2 jam berlalu, barulah Sakura keluar dari rumah sakit. Tapi dia tidak sendiri melainkan bersama Gaara. Hal itu sukses menyulut amarah Sasuke karena melihat istrinya dan kepala merah itu tertawa bersama. Hal yang tak pernah dilakukan Sakura akhir-akhir ini saat bersamanya.

"Sakura!" Panggil Sasuke dengan suara yang sangat dalam.

Sakura menoleh ke arah Sasuke setelah Gaara mengucap selamat tinggal. "Kenapa datang? Aku sudah bilang aku akan pulang sendiri."

"Lalu apa? Kau akan mabuk lagi? Apa kepala merah itu yang mengajakmu ke club malam?"

"Dia punya nama, asal kau tahu. Namanya Gaara. "

"Kau membelanya ha?"

"Kau kenapa datang langsung marah-marah begini?"

"Kau yang kenapa? Kau sangat aneh belakangan ini. Apa karena kepala merah itu?"

"Bukan urusanmu."

"Ayo pulang!"

"Aku akan naik taksi."

"Aku disini menjemputmu, kenapa harus naik taksi?! Ayo pulang!" Sasuke memegang pergelangan tangan Sakura dan menariknya menuju mobil. Didalam mobil menuju ke rumah mereka hanya ada keheningan. Hingga mobil mereka terparkir di garasi rumah, barulah Sakura buka mulut.

"Akan lebih baik bila kau ceraikan aku." Sakura lalu masuk ke dalam rumah sedangkan Sasuke masih shock dengan apa yang diucapkan Sakura.

Setelah mendapat kembali kesadarannya,Sasuke mengejar Sakura kedalam rumah."Kau gila haa?! 5 tahun kita membangun hubungan ini, kau ingin kita pisah? Apa yang salah denganmu?! "

"Baik, kalau kau tidak mau menceraikanku, aku yang akan mengajukan gugatan."

"Aku mohon Sakura, bisakah kita bicarakan ini baik-baik? "

Sakura menangis saat melihat tatapan Sasuke, tatapan yang sama seperti di panti asuhan waktu mereka kecil. Tatapan yang tak mampu Sakura utarakan. Mata tak bisa bohong bukan?

Sakura tak bisa berkata apapun lagi, dia berbalik dan pergi ke kamar tamu dan mengunci diri di sana. Sedangkan Sasuke menggedor pintu meminta penjelasan dari Sakura.

'Maafkan aku Sasuke-kun, ini jalan terbaik.' batin Sakura.


...






W H YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang