Pertandingan Bola Juna

55 8 0
                                    

Omar berhenti membaca pesan di ponselnya dan melanjutkan video call lunch nya dengan Dila. Keduannya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing namun karena alasan quality time keduannya memilih jalan ini.

"Keponakan aku besok tanding bola. Tapi kak Yuna sama Mas Sena lagi di luar negeri." Keluh Omar. Keponakan satu-satunya itu memang sering ditinggal tapi biasanya ada Mama nya yang datang.

Dila berhenti menggunyah mangganya,"Kasihan banget Juna. Gimana kalo besok kita temenin Juna? Biar Juna semangat."

Omar terkesan dengan ide Dila yang selalu berusaha mendukung keluarga Omar, "Bagus juga ide kamu. Tunangan siapa sih?"

"Tunangannya pak Omar lah."

Besoknya Omar menjemput Dila di rumahnya dan langsung menjemput Juna, keponakan satu-satunya. Hari ini Dila memaksa Omar mengenakan kaos berwarna hijau tua seperti seragam sepak bola Juna.

Setelah sampai di lapangan pertandingan, Omar dan Dila mengantar Juna terlebih dahulu ke area untuk para pemain.

"Juna kamu nanti tandingnya harus semangat ya. Tante bakal dukung kamu sesemangat mungkin." Ucap Dila. Keduannya sudah pernah bertemu beberapa kali. Omar mengacak-acak rambut hitam Juna dan tersenyum.

"Makasih ya tante, om, udah mau nemenin Juna." Kata Juna senang. Kata ibu Omar Juna terus murung sepanjang hari kemarin. Karena ternyata Oma Opa nya juga tidak bisa datang karena harus keluar kota. Tapi begitu Omar mengabari jika ia dan Dila akan datang ke pertandingan Juna, anak itu langsung semangat dan mempersiapkan banyak hal.

"Arjuna sini kumpul dulu." Teriak sang pelatih dari sudut lapangan.

"Om, tante aku kesana dulu ya. Bye." Pamit Juna yang kemudia berlari kearah sang pelatih.

"Bye." Kata Dila dan Omar sembari melambaikan tangan.

.

"Kita duduk dimana ya?" Tanya Omar, matanya masih mencari bangku yang kosong. Ternyata walaupun hanya pertandingan anak SMA penonton yang datang sangat banyak. Mungkin karena faktor yang bertanding adalah Juna dan teman-temannya yang tergolong pencuci mata terbaik di sekolah mereka.

"Bentar..." Dila turut mencari tempat.

"Mau duduk di sana?"

"Kita duduk di sana."

Omar mengikuti Dila. Di sana sudah ada berbagai makhluk yang sangat dikenalnya. Ada Lay, kakak Dila yang pakai kostum dinosaurus berwarna hijau tua, sama seperti seragam tim sepak bola Juna. Ada adik Dila, Jordan yang memegang toa dan memberi aba-aba. Ada si supplier daging dari Australia yang merupakan teman kakak sepupunya, Key yang membawa drum. Ada juga temannya Kai dengan pasangannya Krystal. Tak lupa sesosok tersembunyi dengan suara paling nyaring, Banyu. Dan beberapa sosok lain yang tentunya dikenal oleh Omar sebagai satwa liar (baca: teman-teman Omar) dan teman-teman Dila. Mereka memberi semangat untuk Juna. Tapi Omar tahu ini hanya akal-akalan Dila agar dapat membuat Omar jengkel.

Dan yah... Dila berhasil. Awalnya Omar menekankan pada diri sendiri bahwa ia tidak akan terpancing. Tapi selama pertandingan grup paduan suara Dila benar-benar menganggunya, mereka tidak berhenti bicara dan berteriak sembari memainkan air horn dan bermacam-macam alat lainnya. Tentunya Omar yang lebih suka ketenangan sedikit mengumpat dan mengutuk satu persatu orang-orang yang dikenalnya, terutama untuk Banyu yang tidak pernah berhenti berteriak. Walaupun ada setitik rasa terharu melihat keponakannya begitu bersemangat menggiring bola menuju ke gawang lawan.

Crazy Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang