menceritakan seorang Jeon jack sullivan pria tampan yang sangat sangat dikagumi oleh sejumlah kaum hawa. pria dingin yang memiliki pesona teramat sulit untuk ditolak oleh siapa saja yang melihatnya. pria angkuh yang tak sengaja bertemu dengan gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tidak permah terbayangkan kalau mimpiku sejak kecil kini terwujud sejak dua tahum silam, yaitu dapat menikmati keindahan kota California. Tempat yang menjadi persembunyian dari kekejaman ibuku. Ibu? ah aku bahkan sedikit enggan untuk menyebutnya sebagai ibu.
sambil menikmati senja di balkon kamar hotel dengan sebotol whisky kesukaanku. aku mulai mengingat kejadian seminggu terakhir, saat orang yang tidak ingin aku temui menelponku untuk memberi peringatan bhwa aku harus pulang kembli kerumah yang sudah ku anggap seperti neraka. Dengan memberi ancaman yang bahkan tidak berpengaruh sama sekali untukku. jangan harap aku akan menuruti perintah wanita iblis itu, dia tidak memiliki hak atas diriku. Tentu aku sangat tahu maksudnya menyuruhku untuk pulang kesana. dasar bodoh
tak terasa senja mulai menghilang dari pandanganku, akupun mulai melangkah masuk untuk membersihkan diri hingga dering telpon memecah keheningan diruangan ini.
"ya ada apa?"
"...."
"oke baiklah, tunggu dalam 15 menit"
usai bersiap aku bergegas untuk menemui seseorang, oh tidak lupa kupakai masker agar persembunyianku tidak sia sia selama ini. merasa sudah siap segera aku keluar dari kamar hotel dengan santai, rupanya ketenanganku akan berakhir sebentar lagi saat ekor mataku menangkap seseorang yang sangat aku kenal, dia adalah tangan kanan ibuku si Bragas wilmar.
sial aku gugup sekarang! aku yakin sekali tujuan nya kesini tentu saja atas perintah ibu untuk membawaku pulang. aku berusaha berjalan sesantai mungkin saat berpapasan dengan bragas agara dia tidak curiga bahwa targetnya sedang di depan mata.
Oke baik kerjaa bagus, dia tidak menyadarinya aku sedikit berlari agar berjauhan dari bragas. Saat sudah berada di koridor hotel aku merasa sedikit tenang, sambil menarik nafas pelan untuk menetralkan jantungku yang sempat berdebar tiba tiba seseorang menabrakku.
