Malfoy tidak pernah berubah.
Decakan kesal ini selalu diucapkan oleh seorang gadis Gryffindor dengan surai coklat bergelombang, serta kulit putih nan lembut miliknya.
Di pagi hari ini, ia memiliki kelas ramuan, dan tentu saja, ia akan bertemu seorang pemuda dengan surai platina yang lurus, serta tubuh tinggi nya yang membuat gadis itu harus mendongak ke atas setiap ingin berbicara dengannya.
Namun, tubuh tinggi itu tidak terlalu menjadi masalah. Ia masih bisa memukul tubuh pemuda itu, jika pemuda itu membuatnya merasa kesal.
Dan hari ini, gadis itu benar-benar berada di puncak kekesalannya. Serasa ia ingin memberi kutukan bertubi-tubi kepada pemuda itu, hingga ia tidak akan bisa berkutik untuk selama-lamanya. Terlebih lagi, agar pemuda itu tidak bisa terus tebar pesona kepada seluruh murid di Hogwarts.
Langkah kaki gadis itu semakin cepat, dan semakin cepat ketika ia akan sampai di kelas ramuan. Hingga ketika ia sudah sampai di depan ruangan kelas, dengan cepat ia memasuki ruangan itu, lalu berlari ke arah pemuda menyebalkan yang berhasil membuat ia sangat kesal hari ini.
"How dare you, Malfoy!" Gadis itu berseru, seraya memukul tubuh pemuda itu dengan tumpukan buku yang sedang ia bawa. "Ini adalah tahun terakhir kita, dan kau berani-berani nya tidak mengerjakan tugas bersama kita! Bukan hanya nilai-mu yang menjadi korbannya, tetapi juga nilaiku, payah!" Gadis itu menambah, dengan nada suara yang semakin naik.
Pemuda itu hanya menyeringai ke arah gadis itu, seakan perkataan gadis yang tadi membentaknya tidak berarti apa-apa baginya.
Dari tempat duduk belakang, dua pemuda lain bertubuh tinggi menghampiri mereka.
"Hey, apa yang terjadi?" Seorang pemuda dengan surai brunette bertanya, kemudian disusul dengan pertanyaan yang sama oleh pemuda dengan surai dan kulit berwarna hitam.
Pemuda bersurai platina itu menghela nafasnya. "Look at this little Granger, she becomes angry to me. Padahal, itu hanya masalah sepele. Aku tidak menjumpai-nya tadi siang untuk mengerjakan tugas bersama kami yang diberikan oleh Professor Slughorn." Pemuda bersurai platina itu menjawab dengan enteng.
"Sepele kau bilang? Can you repeat it again, Draco Lucius Malfoy?" Gadis itu semakin menaikan nada suaranya.
"Aku akan ulangi lagi, Hermione Jean Granger. Itu hanya masalah sepele." Draco berkata, sesuai dengan apa yang Hermione katakan.
Hermione memukul kembali tubuh Draco dengan tumpukan buku. "Dasar Death Eaters payah!" Hermione berseru dengan keras.
Seketika, Draco merasakan sakit yang begitu mendalam. Bukan sakit secara fisik karena pukulan dari Hermione, namun kepedihan yang menyeruak kembali di hatinya.
Death Eaters, rasanya ingin sekali ia menghapus dua kata menyebalkan ini dari hidupnya, dan ia hampir berhasil melakukannya, hingga gadis dengan surai coklat itu kembali membuatnya ingat kembali akan perkataannya.
Tubuh pemuda dengan surai platina itu mematung, dan tampak tatapan matanya yang tiba-tiba menjadi kosong.
Setitik air mata menetes perlahan dari manik silver miliknya.
"Draco." Pemuda dengan surai brunette memanggil.
Draco masih terdiam.
"Malfoy." Hermione memanggil pelan, dan berhasil menyadarkannya dari lamunannya.
Draco secara gugup melihat ke kanan-kiri atas-bawah dengan raut wajah seperti ketakutan, lalu dengan cepat ia berlari meninggalkan ruangan itu.
"Mal—" Hermione mencoba memanggil, namun terhenti karena langkah Draco yang sudah semakin menjauh.
"Kau terlalu kasar, Granger." Pemuda dengan surai brunette itu berseru.
"Nott, maafkan aku. A—aku hanya tanpa sengaja menyebutkan kata itu, i–itu semua terjadi karena kekesalanku saja, aku tidak bermaksud untuk membuat Malf—"
"Hentikan ocehanmu." Pemuda dengan surai hitam itu berseru tegas, seraya pergi meninggalkan ruangan, diikuti oleh pemuda dengan surai brunette.
.
Draco duduk di tepi danau, tatapannya mengarah kepada air di danau, melihat bayang-bayang dirinya yang memperlihatkan raut wajah sedihnya.
Pemuda itu menarik lengan jubahnya, dan melihat dark mark miliknya. Ia mengambil belati dari saku nya, kemudian mencoba untuk menyayat dark mark pada pergelangan tangannya.
Namun, sebelum ia berhasil melakukannya, kedua temannya datang, dan berhasil menghentikan tindakan nekat yang akan ia lakukan.
"Drake, what the hell you're gonna do?!" Kedua temannya berseru bersamaan dengan panik.
Seketika, Draco sedikit terkejut akan kehadiran kedua pemuda itu.
Kedua pemuda itu duduk bersampingan dengan Draco. Pemuda dengan surai brunette duduk di sisi kanan Draco, dan pemuda dengan surai hitam duduk di sisi kiri Draco.
"Granger was too rude, right?" Pemuda dengan surai hitam bertanya.
"Perhaps, Blaise." Ia menarik dalam-dalam nafasnya, lalu menghembusnya perlahan.
"She's not good enough for you," Blaise berseru. "And, do you still love her? If I were you, I would stop loving her."
Draco masih diam.
"Ayolah, Draco. Narcissa will be angry, if she knows you love her." Pemuda dengan surai brunette berkata. "You ought to have a relationship with other Slytherin girls. There are lots of similiar girls like Granger."
"But they must be not too similiar like her, Theo."
Theo dan Blaise termenung sesaat.
Draco bangkit berdiri, disusul oleh kedua pemuda Slytherin itu yang ikut bangkit berdiri.
"Aku punya satu permintaan pada kalian." Draco berseru.
"Apa itu?" Theo bertanya.
"Tetapi sebelum itu, berjanjilah padaku, jika kalian akan membantuku."
Theo dan Blaise saling melirik satu sama lain. "We will." Seru kedua nya.
[To be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable.
FanfictionMalfoy-Granger Pureblood-Muggleborn Berasal dari dua latar belakang yang sangat berbeda. Terpisah oleh banyak dinding tinggi nan kokoh, nevertheless this story will be so unforgettable. Perhaps, perhaps, and perhaps-.