1.

20 3 0
                                    

Semua mahasiswa diarahkan ke kelas masing-masing, dan tiga puluh delapan orang menempati kelas A, kelas unggulan.

"Saya tidak akan basa basi, kalian ada disini karena memiliki potensi untuk menghentikan pandemik yang sudah belasan tahun ada di negara ini"

Di depan berdiri lima orang berwajah sangar dengan persenjataan lengkap, dan yang barusan berbicara diduga ketua tim.

"Kalian pastinya sudah mengerti pandemik yang terjadi di negara kita, bukan. Lebih tepatnya dunia, sebuah virus yang tidak diketahui asal nya yang bisa menyebabkan seseorang berubah menjadi monster hanya dalam kurung waktu lima menit kurang"

Pandemik yang melanda seluruh dunia merupakan pandemik yang tidak pernah terjadi di manapun, layaknya sebuah film zombie atau lainnya hampir setengah populasi dunia berubah menjadi monster.

Saat ini hanya sedikit informasi yang dapat dikumpulkan mengenai pandemik ini, penularan terjadi jika cairan monster memasuki tubuh. Terdengar simpel namun mematikan, karena penyebarannya yang cepat membuat pemerintahan dunia goyah.

Militer telah dikerahkan, pemusnahan masal hingga membuat vaksin telah dilakukan namun tidak bisa menekan penyebaran.

Bisa dibilang saat ini adalah masa orentasi mereka di bangku perkuliahan.
Di Universitas ini, memiliki peraturan yang ketat, mahasiswa hanya diperbolehkan memakai nama panggilan.

"Perkuliahan apanya, ini hampir tidak ada bedanya dengan sekolah militer"
gumam seorang gadis ketika kelima orang tadi keluar setelah memberikan beberapa pesan dan peringatan.

" Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dahulu? Karena sepertinya kita akan terus bersama-sama sebagai anggota kelas" saran seorang pemuda dengan surai keperakan.

Semuanya menyetujui saran dari pemuda tersebut, dan karena pemuda itu yang menyarankan maka dia yang pertama kali memperkenalkan diri dan diikuti oleh yang lainnya.

"Karena semuanya sudah memperkenalkan diri, dan sesuai apa yang dikatakan oleh pria sangar tadi. Mari kita tentukan siapa ketua dan wakil nya"

"Axel saja yang jadi ketuanya, dan untuk wakil bagaimana dengan Andrian?" Seru Kira dengan semangat.
"Benar, kalian berdua saja yang jadi ketua dan wakil. Karena dikelas hanya memiliki delapan orang mahasiswa, kalian sebagai laki-laki harus menjadi pemimpin bagi kami" celetuk Elvina.

Sebagian ikut bersorak dan sebagian lagi hanya ikut meramaikan sedikit seperti bertepuk tangan atau hanya menempelkan wajahnya di meja.

"Kapan pemilihan ini selesai, aku ingin pulang dan tidur" keluh Akio.
"Aku yakin, anak ini tidak mendengarkan ucapan Dekan tadi" ucap Faye dengan wajah bosan.

"Dekan mengatakan jika kita akan tidur di asrama demi keamanan mahasiswa, kenapa kau tidak mendengarkan dengan baik tadi" kali ini Liv angkat bicara, Akio menegakkan kepalanya lalu kembali merengut.

"Bagaimana aku bisa fokus jika yang terlihat jelas adalah kepala botak Dekan yang bersinar terang"

"Benar sekali" Akio dan Faye tertawa, ketika mengingat kembali kepala Dekan tadi. Liv menghela nafas pelan, heran atas kelakuan teman-temannya dan bingung apa yang lucu dari kepala Dekan.

"Dasar humor dolar" sindir Faye.
"Kalian yang receh" Balas Liv.

#####

Pembagian asrama terdiri dari satu orang satu kamar, universitas yang sangat kaya bukan? Untuk kelas A, mereka mempunyai kelebihan sendiri karena kelas unggulan contohnya saja fasilitas yang lebih lengkap dari kelas lainnya.

"Apakah kalian sudah makan?" tanya Layla kepada anak kelas.
"Aku nanti saja, belum lapar" balas Cordelia.
"Sudah" sahut Ruby.
"Cepat makan sana, jam malam semuanya harus tidur, penjaga akan berkeliling disekitar asrama nanti" jelas Haven.

Semuanya tengah berkumpul diruang tamu, cukup besar untuk berkumpul disana bersama-sama. Semuanya berbincang satu sama lain, entah menceritakan pengalaman mereka atau hanya sekedar obrolan ringan seputar penyambutan tadi .

"Nama mu Faye kan?" Faye menoleh saat namanya disebut oleh seorang gadis dengan lesung pipi.
"Ah iya, namaku Faye. Ada apa memanggilku?"

Gadis itu tampak ragu-ragu, matanya melirik kearah Akio dan Liv yang masih berbincang. Melihat kemana arah lirikan gadis itu Faye menyenggol tangan Akio dan Liv, membuat kedua gadis yang berbincang tadi diam dan memandang penuh tanda tanya kearah Faye.

"Nama gadis yang gembul itu Akio, dan yang mata sinis itu Liv" ucap Faye mengenalkan kedua temannya tersebut.
"Hai" sapa Akio, sementara Liv hanya mengangguk samar sebagai tanda menyapa.
"Dari penyambutan tadi aku lihat kalian selalu bertiga. Apakah kalian sudah kenal sebelum masuk ke sini?" Tanya Nia.

Ketiga gadis itu saling melirik dan Akio yang menjawab pertama kali,
"Ah ya, kami saling kenal karena berasal dari sekolah yang sama sebelumnya"
"Apa ada yang salah?" Tanya Liv dengan wajah datar. Faye dan Akio memukul pelan lengan Liv karena membuat Nia merasa tidak nyaman.

"Tidak, tidak ada yang salah. Aku hanya penasaran karena kalian terlihat sangat akrab. Semoga kita bisa berteman dengan baik" Nia mengulurkan tangannya,dan Liv menjabat tangan gadis tersebut.
"Tentu" balas Liv dengan senyum kecil.

"Kalau boleh tau, kalian masuk kesini karena jalur undangan bukan? Kenapa bisa?" tanya Taya.
"Kami bertemu dengan monster saat dalam perjalanan ke sekolah, dan tidak sengaja membunuhnya" Jelas Akio secara singkat.

"Wahh kalian hebat" puji Airuz dan Valerian, karena membunuh monster merupakan hal yang cukup mustahil dibunuh apalagi seumuran mereka yang belum memiliki pengalaman dan pelatihan.

"Hanya monster tingkat rendah, jadi jangan dilebih lebihkan begitu" sahut Liv karena merasa tidak nyaman dipuji secara berlebihan.

Obrolan singkat terus berjalan hingga akhirnya jam malam pun tiba dan semuanya kembali ke kamar masing-masing.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fight or QuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang