{ Ruby Shevari }
"Seneng gak lo, Mooru?" Tanya Dara, Mooru menoleh ke arah Dara menatap Dara meminta penjelasan.
"Seneng? Iya, tapi seneng karena apa?" Tanya Mooru balik.
"Lo sekarang udah deket sama Rava sama Nare. Mustahil lo gak seneng kan?"
"Ah! Iya, Kak. Gue seneng banget, apalagi kemarin gue bercanda-canda sama Rava, terus kita gak sengaja bahas tentang love language, gue tanya love language dia apa, salah satunya physical touch. Makanya, dia itu suka ngerangkul gue!" Kata Mooru berseru exited.
"Masa cuma physical touch doang? Pasti ada yang lain, sini cerita dong sama gue!" Kata Dara.
"Ih, sumpahnya ya, Kak. Gue jadi malu gitu loh, soalnya kayak gue beneraan gak nyangka kalau Rava tuh aslinya gitu, dia mau berbaur sama gue! Oh iya, gini gini.. dia juga love language nya quality time. Seneng banget dengernya!"
"Terus terus?"
"Terus, kemarin tuh kan Nare tiba-tiba dateng tuh, ngikut ngobrol sambil bawa kopi gitu. Gue kan ga minum kopi ya, Kak, Rava tuh kayak nyuruh Nare buat bikinin gue susu gitu, gilaa! Sweet banget, terus Nare bahas sunmori. Gue tanya seru apa enggak, dia malah ngajak gue biar bisa ngerasain!" Tanpa sadar pipi Mooru bersemu merah.
Dara tersenyum melihat Mooru bercerita seperti ini, Ruby dengan wajah datar hanya menopang dagunya sambil mendengarkan cerita Mooru, mencari dimana letak ke sweet nya?
"Dia ngajakin gue main ke Bandung, supaya bisa night ride bareng temen-temennya, kaya di kawal gitu. Gila ih, gue bisa mati karena-"
"Baper?" Potong Ruby masih dengan wajah datar, wajah Mooru semakin memerah. "AAAA IYAA!" Ruby menutup kedua telinganya, merasa ingin mati mendengar suara teriakan Mooru.
"Gak usah teriak anjeng! Telinga gue bisa tuli!" Dara tertawa terbahak-bahak, senang ya? Seru sekali melihat suasana mereka seperti ini. "Sorry, sorry. Soalnya, gue gak bisa menolak pesona Rava, hehehe... Gak apa-apa kali ya?" Kata Mooru.
Dara menganggukkan kepalanya. "Ya memangnya kenapa? Gak apa-apa kali, jalanin aja dulu," Kata Dara tersenyum. Ruby menegakkan tubuhnya, dan berdeheman pelan. "Awas salah nangkep, lho!" Ujar Ruby memperingatinya. Mooru menganggukkan kepalanya mengerti.
"Oh iya, lo punya pacar 'kan, By? Kok gue gak lihat lo sibuk sama pacar lo selama di sini sih?" Tanya Dara. Ruby menoleh ke arah Dara, lalu terkekeh. "Dia sibuk OSIS, gue suka di marahin kalau ngehubungin dia melulu." Jawab Ruby.
Dara dan Mooru menganggukkan kepalanya, sedikit tidak logis sih. Tetapi, ekspresi yang dikeluarkan oleh Ruby seperti orang yang tidak meyakinkan. Tapi gadis itu tetap melanjutkan mendengarkan Mooru yang kembali mengoceh tentang Rava.
*****
Seorang gadis duduk di bawah bulan terang yang di temani oleh jutaan bintang. Tatapannya tidak beralih dari ponselnya, bibir dan bahunya bergetar pelan. Dia tidak peduli dengan angin kencang yang menyerang kulit putihnya. Air matanya terus meluncur bebas di pipinya, tidak peduli banyak air mata yang keluar.
Tetapi, tangannya sudah berkali-kali mengusap pipinya yang terus basah oleh air matanya. Napasnya memburu, dia menaruh ponselnya di sampingnya dan menikmati kesedihannya malam ini. Dia melekukkan kakinya dan menenggelamkan wajahnya di tumpukkan tangannya dan terisak kecil.
Notifikasi ponselnya berbunyi, dia segera mengecek ponselnya. Matanya melebar terkejut, lalu merapatkan bibirnya. Rasa sakit yang ada di dadanya terasa lebih dalam dari yang dia rasakan tadi, tangannya melemas membaca pesan yang baru saja dia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagertha
Teen FictionON GOING. WARNING : HARGAI PENULIS YANG SEDANG BERKAYRA. Kamu juga bisa berkarya, jadi jangan menjiplak. Delapan orang yang berteman di dunia maya, sudah bertahun tahun berteman tidak membuat mereka bosan. Bahkan mereka ingin bertemu secara tatap m...