Prolog

16 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maret, 2022.  Canggu, Bali

Hari lainnya Layla kembali duduk di halaman belakang rumahnya sembari membaca buku karya Ika Natassa, dan Critical Eleven menjadi pilihannya kali ini. Ia selalu menyukai gaya penulisan Ika yang ringan namun meresap sampai ke hati. Meski topiknya berurusan perihal rumah tangga Ale dan Anya yang semrawut, Layla seolah-olah dapat membayangi bagaimana kehidupannya jika ia berumah tangga.

Yang pastinya tak akan terjadi.

Belakangan ini Layla banyak menghabiskan waktunya untuk menyendiri dengan buku-buku atau berjalan diantara gedung pencakar langit di Ibukota. Selalu ada hari-hari dimana Layla kerap diusik dengan persoalan yang tak kunjung selesai, yang tak juga menemukan titik terang.

Entah, ia sungguh tidak tahu harus mengupayakan cara apa lagi agar dirinya dapat terbebas dari mimpi-mimpi buruk, serta beban terberat yang ia pikul bertahun-tahun lamanya. Ia hanya ingin semuanya menjadi jelas, terlebih untuk statusnya menjadi jelas. 

Teh manis hangat ia sesap sebelum angin menghilangkan kehangatannya. Kemudian Layla menekan angka-angka pada laman panggilan keluar di gawai pintarnya──yang masih saja ia ingat dengan baik. Namun, sudah berapa kali ratusan panggilan semejak tahunan lamanya yang ia layangkan, si empunya tak ada jawaban disana.

Segala cara ia upayakan,menghubungi keluarga si empunya, bahkan hingga ke kerabat, tak juga ada balasan. Dan ini adalah satu-satunya cara terakhir yang dapat ia coba.

Nihil.

Hasilnya nihil.

Layla menghela nafasnya dengan kasar. Ia menghubungi salah satu kawan terdekat untuk meminta bantuan.

"Hi, Layla.."

"Hi, Fre. Lagi dimana?"

"Baru aja sampai rumah, kenapa? Lo dirumah?"

"Ngga, gue di Bali. Fre, kayaknya gue butuh bantuan lo."

"SERIUS, YA? Akhirnya! Okay, okay, what can I do for you?"

"Iya, serius. Akhir pekan bisa kerumah ngga?"

"Besok! Besok pagi bisa sebelum ke kantor, atau kalau sekarang bisa nih"

"Fre, gue di Bali."

"Ohiya.. okay, okay. Akhir pekan ya! Satu pesan gue, sepulang dari Bali jangan lupa siapin berkas-berkasnya yang lengkap ya.."

"Iya, iya. I'll see you at the weekend, bye."

"Okay, see you!"

Setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya Layla mau mencoba upaya terakhir yang bisa ia lakukan. Rasanya sudah cukup untuknya mentoleransi hal-hal yang tak lagi membahagiakannya. Frederita, sang sahabat sekaligus pengacara pribadinya telah menawarkan opsi satu ini setelah sekian lama, namun Layla kerap menolak mengingat ia masih terhubung dengan pihak yang ia anggap masih bagian dari 'keluarga'.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Elegi RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang