Back Then

57 8 2
                                    


Kita sampai,
Tempat nostalgia, katamu ...



"Kau mengingatnya?"

Sebuah kolam renang usang dengan alga hijau yang memenuhi hampir di setiap retakan dindingnya. Coretan-coretan grafis penuh warna juga ikut andil menghiasi tembok-tembok yang lusuh dan dingin.

Tempat ini tak sama lagi,
Dari semua coretan itu, aku teringat, bahwa kita adalah yang pertama memulainya,

Nostalgia masa muda, kala kita masih sedekat ibu jari. Kau memanjat gerbang belakang sekolah, dengan yakinnya, kau mengajakku untuk pergi bersama, membolos sekolah, meninggalkan pelajaran yang menurutmu hanya akan membuat kepala terasa pening.

Remaja bodoh, itulah kita,

"Masih ingat saat kita pertama kali menggambar sesuatu di dinding kolam ini?"

"Tidak ada sesuatu yang spesial, hanya namamu dan namaku,"

Ya, tak ada yang spesial.

"Bukankah itu ada di dinding bagian belakang? Tersembunyi dibalik pohon ginkgo."

Kau hanya mengangguk, terlihat seperti memikirkan sesuatu dengan jari telunjuk menempel di dagu.

"Ingin pergi kesana, Jungkook?"

Kau berucap dengan sendu, bersamaan dengan angin yang membawa helaian rambutmu. Angin salju tidak lagi kencang, kini tersisa rerumputan kuning yang memeluk butiran putihnya. Lalu kita kembali ke kata 'lampau.'

Terjadilah putaran film kuno,

Musim semi, dimana daun ginkgo masih berwarna hijau segar, saat bukan mantel tebal yang kita kenakan, malahan seragam sekolah yang telah lusuh oleh noda, bertuliskan sepasang nama,

Kim Taehyung
Jeon Jungkook

Disitulah saat pertama kalinya aku tau tentang tempat ini,

Tempat yang memang sudah usang,--tertinggal--dulunya penuh dengan para penghobi papan seluncur, kita datang dan melihat, kadang bersorak heboh untuk gaya mereka ketika tubuhnya seolah mengudara.

Itu keren bagimu, karena kau berteriak paling lantang kala itu.

Dan disinilah kita, dibalik pohon ginkgo kuning. Disela mencari kerindangan dibawah bayang-bayangnya, kita saling bertukar tawa, sesekali membicarakan masa depan dengan sangat serius seolah-olah kita tau apa yang akan terjadi nantinya.

Sekali lagi, kau kembali bertanya,

"Kau masih mengingatnya, Jungkook?"

"Tergantung, bagian mana yang kau ingin aku ingat?"

Lantas semua terasa hening, sepi kembali datang. Seakan terasa sangat sulit untuk bernafas dengan benar.

"Kalimat yang kau katakan, tepat disini, lima tahun yang lalu, bisa kau mengulangnya?"

"Lalu apa? Kau akan pergi begitu saja? Lupakan, anggap saja itu hanya bualan, aku memang tidak memikirkannya dulu sebelum berbicara."

Aku berbalik badan meninggalkan Taehyung sendiri, mematung dengan wajahnya yang seolah nampak tak percaya.

"Jungkook! Dengarkan aku,"

"Kumohon, jangan pergi dulu. Jungkook-ah, lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menemukanmu, maaf, maaf waktu itu aku tidak mampu menjawab apapun, aku sendiri juga tidak bisa mengetahui pasti tentang perasaanku, jadi tolong,"

Aku melihat netra hazelmu menggelap, deruan napas yang keluar bersamaan dengan cengkraman tanganmu yang semakin lama semakin menguat.

"Aku mencintaimu, maafkan aku ...,"

Lalu, hal yang aku takutkan terjadi. Pertahanan yang selama ini ku buat hancur, tembok yang membuat perasaan seorang Jungkook selayaknya mati, namun aku hanya terdiam, bukan, bukan lagi aku yang berbicara ....

Semuanya tumpah, genangan air di pelupuk mata sudah tidak dapat lagi ku bendung.

"Jangan, Tae. Jangan pernah mengatakannya, semua ini salah."

"Lihat, bukankah kau sudah merasa dunia telah mengintimidasi kita?"

Suara gemersik dedaunan gugur, musik pelantun perpisahan dari semesta yang meminta kita untuk saling menjauh. Tapi kau tak menghiraukannya, malahan berkata,

"Maka aku akan tetap mengatakannya. Saat dini hari, dimana dunia belum membuka matanya, sekali lagi aku berkata, bahwa aku mencintaimu."

❝ 𝐒𝐓𝐑𝐀𝐖𝐁𝐄𝐑𝐑𝐘 𝐚𝐧𝐝 𝐂𝐈𝐆𝐀𝐑𝐄𝐓𝐓𝐄 ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang