Bab 4

32 2 0
                                    

Happy Reading

...

Pagi menyapa, Layeen merasa sudah begitu lama bekerja di perusahaan ternama itu, padahal masih setengah bulan. Dirinya tak merasakan bosan atas pekerjaannya itu, selain banyak pria tampan, di sana para pekerjanya ramah semua, tak ada saling tersaingi.

Sudah memasuki bulan berikutnya, layeen libur beberapa hari setelah BTS mengadakan konser. Kini dirinya tengah leha-leha setelah habis sholat dhuha.

Tok! tok! tok!

Ketukan pintu dari luar membuat layeen terbangun dari acara tidurnya sembari menonton drama. Nampak teman seapertemennya tersenyum tak lupa dua buah kantong plastik di kedua tangannya ia angkat sampai kepalanya. Layeen membuka lebar pintunya, pintu di tutup saat Yura sudah masuk dan duduk manis di atas karpet berbulu milik layeen.

"Apa yang kau bawa?" tanya Layeen. Gadis itu tak menghampiri temannya terlebih dahulu, ia akan menyiapkan minuman yang dingin karna cuaca hari ini begitu panas.

"Biasa, pizza dan beberapa cemilan yang baru ku beli. Mengingat kau tidak bekerja hari ini, jadi aku pesan banyak untuk menemaniku makan," jawabnya dengan tangan yang sibuk membuka makanannya.

Layeen menggelengkan kepalanya heran dengan teman satunya ini, sukanya ngemil terus tiap hari. Layeen memberikan minuman bersoda, dirinya pun duduk di samping Yura dan mengambil sepotong pizza lalu memakannya.

Mereka asik dengan dunianya sendiri, layeen tak henti menatap layar televisi sedang Yura saling kirim pesan entah siapa. Hingga pada akhirnya Yura berdehem pelan, meminum sodanya. Setelah itu menatap serius ke arah Layeen.

"Apa kau tahu?"

Layeen mengalihkan perhatiannya dari tv, menatap teman di sampingnya dengan gelengan kepala pelan juga mimik wajah yang lucu, belum lagi makanan itu memenuhi isi mulutnya membuat pipinya mengembung lucu.

"Kemarin 'kan, bukan kemarin sih, eum ... munkin sudah ada tiga mingguan. Seseorang menelponku, dia berkata 'apakah ini Layeen?' aku bingung, sejak kapan layeen memiliki nomor yang sama sepertiku. Akupun menjawab kalau nomor ini bukan milik layeen, setelah berkata seperti itu dia berdecak kesal. Setelah lama diam, dia meminta nomor mu, aku menolak. Sebab aku tidak mau memberi nomor mu pada orang asing, takut akan melukaimu, kan?" ujar Yura panjang lebar pun bertanya.

Layeen terdiam sejenak, kepalanya menganguk saja. Toh, dia tahu siapa yang tengah di telpon Yura. Layeen merasa bersalah pada sahabatnya itu, seharusnya dia tidak memberikan nomor Yura pada pemuda Min itu.

"Apa dia masih menghubungimu?" tanya Layeen.

Yura menggeleng cepat." Awalnya begitu, tapi lama-kelamaan sudah tidak pernah lagi."

Layeen mengembuskan napas lega."Syukurlah," gumamnya.

"Memangnya kau ada masalah pada si penelpon?"

Layeen menggeleng diikuti senyum tipisnya." Nggak ada kok, munkin itu orang iseng."

Yura hanya mengangguk saja, mereka pun kemudian membicarakan hal-hal lain.

Layeen sempat berfikir, tidak munkin Yura tak mengenali suara pria bermarga Min itu. Bukankah dia mengidolakan mereka? Pasti dia sudah tahu seluk beluk mereka, apalagi tentang suara. Pasti sangat mudah di tebak, kan? Atau Munkin bisa jadi pemuda itu menyuruh seseorang untuk menggantikannya, bukan? Tapi masa iya, pria yang di suruh Yoongi berdecak kesal? Ah! Sudahlah kenapa harus di pikirin coba!

Drrttt...

Ponsel Layeen bergetar, di raihnya benda itu diatas nakas. Matanya sedikit membola saat tahu dia yang mengirimkan pesan darinya, makin terkejut lagi saat isi pesan itu mengajaknya keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir Cinta! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang