7

7 3 0
                                    

FalanoSenja

Note: "Jaga kesehatan jantung, agar tetap berdetak saat membaca FalanoSenja)"

***

Siang ini matahari begitu terik. Panasnya seperti ingin membakar bumi. Kedua lelaki itu duduk diatas rooftop sambil membuang pandangan ke gedung-gedung besar yang menjulang menghiasi ibu kota.

Falano dan Deno memutuskan untuk bolos. Walau sebenarnya niat ini berasal dari Falano dan malah menyangkut pautkan dengan Deno agar bisa menemaninya merokok disana.

"Lo yakin nggak ngerokok?" tanya Falano sambil menyodorkan sebatang. Tapi cowok itu malah menjawab, "nggak" sambil kembali memainkan game online pada handphone nya itu.

"Lo nggak ada niatan nakal dikit gitu? Yah gue aneh ajah sih, lo kan lumayan cakep, lo juga nggak kudet-kudet amat, nggak berkacamata kayak anak cowok di kelas Ipa. Tapi lo nggak berusaha buat ulah," ucap Falano sambil geleng-geleng kepala. Entahlah, cowok itu masih kurang yakin dengan wajah sok polos Deno.

"Mau keren nggak harus nakal bos! Justru yang kalem-kalem lebih keren dari pada perokok sama tukang onar," balas Deno sambil tersenyum miring. Falano hanya menganggukkan kepalanya mendengar itu. Namun, sebagian dirinya berkata lain saat melihat Deno beberapa kali  meneguk ludah saat Falano sedang merokok.
Apa benar Deno bukan seperti yang diduga Falano? Atau?

"Lo berdua ngapain disini?" Suara seorang cewek membuat Falano dan Deno jingkrak berdiri.

"Senja!?"

"Ohh, jadi lo berdua bolos? Mau dibawa ke BK atau langsung dieksekusi sama gue?" tanya Senja sambil tersenyum miring lalu berjalan kearah kedua cowok itu dengan tatapan intimidasi.

Gadis itu mencium bau rokok yang menyengat dari arah seragam Falano. Lalu pandangannya melihat sepuntung rokok berada ditempat yang semula Falano duduki.

"Lo ngerokok?" tanya Senja tepat dihadapan Falano. Sedangkan cowok itu hanya memasang wajah pura-pura takut yang dimilikinya. "Mana ada, gue nggak ngerokok!" elaknya sambil mengangkat dua jari berbentuk V.

"terus ini apa?" Senja mengambil sepuntung rokok tersebut sebagai bukti. Membuat Falano menahan senyum lalu mencelos pasrah. "Ikut gue ke BK!"

"Gue enggak kan Nja?" tanya Deno dengan tampang tak berdosanya.

"Elo jugalah. Kan lo juga bolos!"

"Deno nggak usah Nja! Gue yang ngajak dia buat ikutan bolos!" jelas Falano membuat Senja menatap keduanya beberapa detik lalu menganggukan kepala. "Ya udah lo boleh bebas!" ucapnya lalu menarik Falano agar bisa mengikutinya.

Sebenarnya Deno bermaksud membatalkan niatnya untuk tidak ikutan dihukum. Tapi pesan masuk yang baru muncul dilayar handphone nya, memaksa agar ia membiarkan Senja dan Falano berlalu.

***

Falano sedari tadi sibuk memandang Senja dari tengah lapangan. Yah, sesuai kemauan guru BK, cowok itu harus dijemur dilapangan sambil menghormat ke bendera merah-putih.

"Liatin benderanya,bukan gue!" tegur Senja dari koridor. Sebenarnya, ia sangat malas melakukan hal ini. Tapi lagi-lagi guru BK menyerahkan tugas ini kepadanya.

Padahal, sedari tadi Senja sudah sangat muak melihat wajah Falano yang sibuk senyam-senyum kearahnya. Bayangkan saja, cowok itu malah makin suka dan betah berjemur disana. Padahal Senja bisa merasakan betapa dahsyatnya panas matahari dari bawah lapangan.

Beberapa cewek kelas Ips yang kelasnya memang terletak di pinggir lapangan, sedari tadi meminjmta izin ke toilet agar bisa melihat Falano saat melewati lapangan. Ada juga yang hanya mencuri-curi pandang lewat jendela. Sedangkan kelas Ipa 2 yang sedang jamkos, malah menyuri kesempatan untuk sekedar melihat sang idola.

"Falano ganteng banget sih! Di hukum ajah masih tetep ganteng."

"Senja mah gitu, tega banget sama bebep Fano!"

"Kok ayang gue dijemur? Kan nanti item!"

Begitulah beberapa perbincangan cewek-cewek kelas Ipa yang sekarang ramai-ramai melihat kebawah lapangan.

Falano tidak peduli dengan sekitarnya. Ia hanya tertarik dengan gadis galak seantero sekolah. Senja Eriscka.
Tatapan memuja Falano berubah saat melihat seorang cowok tampan dengan postur tubuh yang ideal datang mendekati Senja.

Keduanya terlihat tengah berbincang dengan asik, sampai lelaki itu memberikan sesuatu kepada Senja. Mungkin jika Falano simpulkan, lelaki itu sudah biasa memberikan sesuatu untuk Senja. Falano hanya merasa sedikit iri saat melihat reaksi Senja yang begitu enjoy dan happy, bahkan jauh dari kata galak saat berbincang dengan lelaki itu.

Tapi Falano tetap Falano. Prinsipnya, selagi jalur kuning belum melengkung, masih bisa ditikung. Yaps, semangat Falano!!!!

***

Balik lagi😚
Sehat-sehat semuanya.
Makasih banyak-banyak buat yang sudah mampir dilapak feby.
Maaf yah kalau masih banyak kekurangan.
Dukung feby terus dengan vote cerita ini.

Selalu tunggu kelanjutan FalanoSenja🌈

FalanoSenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang