21

23 14 40
                                    

Malam telah larut. Desiran angin terasa melambai-lambai merasuk melalui sela-sela tubuhku. Awan-awan merah yang ada langit bergumul seakan sedang membicarakanku. Ah, sudahlah. Aku tidak ingin mendengar apa yang mereka bicarakan.

Aku memalingkan wajah ke kanan, dan ke kiri. Tidak ada siapapun di sekitarku. Kurasa sekarang aku bisa sedikit lebih tenang. Azel sedang kembali ke tenda untuk membawakanku beberapa makanan.

Aku bangun dari tidurku. Kuambil tombakku yang tergeletak di sampingku. Dengan kemampuan Azel. Tombakku sekarang bisa selalu menempel di sekitarku. Ia akan selalu mengikutiku kemanapun aku pergi. Jadi kurasa aku tidak akan kehilangannya.

Lalu, kupasang kuda-kuda. Kuhentakkan tombakku kedepan, lalu memutarnya kesamping, dan gerakan-gerakan selanjutnya yang sudah kupelajari selama berada disini. Berbeda dari saat latihan yang mengharuskanku menghunuskan tombak dengan keras. Kali ini, dengan gerakan yang sama, aku melakukannya lebih lembut. Setial inci gerakan tubuh ku bisa kurasakan. Lembut mengayun, tapi juga harus kuat. Sedikit lebih fokus akan menbuatku berhasil. Daya imajinasi membawaku diatas sebuah tebing, diiringi deburan ombak yang menghantam karang. Gerakan yang mengikuti arah angin. Sangat lembut dan nyaman. Sampai aku hampir berada di puncak gerakanku.

"Ohoho?! Indah sekali."

Aku tersentak. Aliran gerakanku terganggu. Karna tekanan dan tolakan yang kuat, aku terpental kebelakang beberapa senti. Membuatku jatuh tersungkur kebelakang. Bukannya menolongku, Azel justru tertawa.

"Ah, sial! Kenapa kau harus tiba-tiba muncul seperti itu? Hah!?" Aku sedikit kesal.

"Kau tau bukan? Aku tidak bisa tenang ketika merasakan sesuatu yang menarik? Kurasa yang tadi cukup menarik untuk dilihat."

"Berhentilah bicara seakan kau bisa melihat." Aku kembali merebahkan diri diatas tanah.

"Sepertinya kau masih belum menerima kenyataan bahwa kau adalah tuan kami." Ia ikut mengambil posisi santai diatas tanah.

"Bagaimana bisa? Bayangkan saja! Baru beberapa waktu yang lalu aku masih berada di dunia yang damai. Aku bisa melakukan apapun yang ku mau dengan bebas. Sekarang lihatlah! Aku terjebak di tempat yang belum pernah ku kunjungi. Dan tanpa peringatan apapun, kalian memutuskan untuk menjadikanku tuan kalian?! Ini lelucon yang konyol." Aku tidak menyangka akan berbicara sebanyak ini.

"Hoho, bukan kami yang menjadikan. Melainkan dari awal memang kaulah tuan kami." Senyum nya yang menjengkelkan sedikit membuat muak.

"Ah, terserahlah apapun itu." Aku membalikkan badan membelakangi Azel. Bisa kursakan ia sedang menghela nafas di belakangku.

"Sebenarnya, saya sedikit penasaran. Saya tau sejak awal anda seakan memiliki suatu niat terselubung dalam setiap apa yang anda lakukan disini. Dan ketika itu tidak sesuai dengan apa yang kau inginkan, maka kau akan bersedih seperti ini. Selalu saja berulang seperti itu. Apakah perkataan ku benar?"

Aku menengok kearah nya. Bagaimana ia bisa tahu? Apakah pengalaman hidupnya yang membuat ia sebegitu peka nya? Kurasa aku harus sedikit berhati-hati untuk memasang wajah di depannya.

"Hoho, sepertinya aku benar. Melihat reaksimu yang langsung waspada seperti itu."

"Aku juga memiliki pertanyaan. Selama ini kau selalu terlihat seperti buta dan tidak bisa melihat. Tetapi kau selalu bisa bereaksi terhadap sekitarmu seakan kau bisa melihat. Jadi, sebenarnya kau ini bagaimana?"

"Bingo! Benar sekali. Meskipun menjengkelkan karna kau berusaha mengalihkan pertanyaan ku. Tapi, akan kujawab sebagaimana mestinya." Ia mengangkat tinggi-tinggi tongkat nya.

GalganosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang