Permen tangkai

377 41 22
                                    

Suasana gelap menemani tubuh muda seorang anak yang sedang menangis di sebuah sudut jalanan, dia tidak lebih dari berumur 8 tahun.

tangisan itu menarik perhatian seorang anak kecil berpipi gembul yang sedang berjalan santai sambil membawa sebuah kantong plastik hitam lusuh, anak ini pun berumur tidak lebih dari 7 tahun.

Anak kecil dengan pipi gembul itu menyentuh bahu yang terisak.

"kenapa menangis?" tanya nya polos.

Anak yang menangis tadi mengangkat kepala nya dan melihat seorang anak kecil dengan pakaian kotor penuh lumpur sedang makan permen tangkai.

"kenapa menangis?" tanya ulang anak kecil berpipi gembul itu.

"Lapar" jawab nya terisak.

"Ooohhh...bentar ya" kata anak kecil dengan pipi gembul itu lalu berlari entah kemana.

Anak yang tadinya menangis itu menghapus airmata nya sambil menunggu anak yang katanya akan segera kembali.

Menyadari anak kecil tadi mungkin hanya berbohong, anak yang tadinya sudah tidak menangis pun kembali terisak.

Tapi sebuah tepukan di bahu nya membuat nya kembali hapus air mata.

Dia melihat anak kecil tadi tersenyum lebar memberikan sebuah bungkusan plastik.

Setelah menerima nya, anak yang sudah berhenti menangis itu pun melihat isi plastik itu dan terkejut.

Ada nasi bungkus, ada botol air, ada permen tangkai, ada coklat juga bahkan ada beberapa snack.

Dengan polosnya, dia tersenyum dan berkata "terima kasih ya" pada anak kecil yang masih sibuk makan permen tangkai, dia pun mengambil nasi bungkus dari dalam plastik dan segera memakan nya

"Owkey, makan yang banyak ya, kamu kok belum pulang? ini kan sudah malam, nanti dicari mama loh" kata anak kecil dengan permen tangkai nya ikut duduk di pinggiran jalan.

"aku tidak punya rumah, mama ku mengusir ku dari rumah karena aku cacat" jawab anak yang tadinya menangis dengan polos.

"cacat?" tanya anak kecil dengan permen tangkai itu terkejut.

Dengan senyuman, anak yang tadi nya menangis itu menarik celana panjang nya dan perlihatkan kedua kakinya yang ternyata tidak memiliki telapak kaki, hanya terputus sedikit atas dari mata kaki.

Cacat yang diderita anak itu memang tidak begitu terlihat tapi mampu membuat anak yang memakan permen tangkai itu sedih dan menangis.

"Mamaaaa...huwaaaaa...kasihan" isak anak itu masih sambil memakan permen tangkai.

"hehehe jangan menangis, aku tidak apa-apa kok, biasanya aku sudah jual barang bekas untuk makan malam, tapi hari ini tempat sampah yang biasa nya aku bongkar malah kosong, tidak ada yang membuang botol bekas atau kardus jadinya aku tidak bisa beli roti untuk makan." jawab anak itu tersenyum tulus sambil memegang tangan anak yang memakan permen tangkai.

"Ayo kita berteman..." kata anak yang memakan permen tangkai itu menghapus airmata nya.

"Ayo...nama ku kongpob" jawab anak yang tadi nya kelaparan itu.

"aku arthit.." jawab sang anak itu membalas senyum kongpob.

"Salam kenal arthit.." anak bernama kongpob itu pun ulurkan tangan untuk kenalan.

"Salam kenal juga kongpob..ini untuk mu" jawab arthit yang menyerahkan sebuah permen tangkai dari saku celana nya yang kotor.

Kongpob pun mengambil permen tangkai itu lalu memakan nya.

Rahasia Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang