Gracia turun dari mobil online yang dia pesan dan berjalan masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah yang cukup besar.
Dari gerbang dia sudah bisa mendengar suara berisik anak-anak. Benar saja, di teras ada sekitar empat anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Mereka semua kisaran umur empat hingga delapan tahun, sedang asik bermain.
"KAK CIAAAA!!!" Teriak salah satu anak yang melihat Gracia dengan antusias.
Mendengar nama Gracia di sebut, seluruh anak serempak berjengit senang dan ikut menubruk tubuh Gracia dengan bahagia. Gracia sendiri hampir terjengkang saat ditubruk oleh sekumpulan bocah kelebihan semangat.
"Anak-anak, jangan gitu sama Kak Cia. Nanti kalau Kak Cia jatuh gimana?" Tanya seorang wanita paruh baya yang ikut keluar karena mendengar keributan. Di samping wanita itu ada dua remaja perempuan.
"Bunda Dy" Gracia mendekati Melody lalu mencium tangan dan memeluk wanita itu. "Gracia kangen"
"Cuma bunda aja nih yang dikangenin?" Tanya salah satu gadis remaja di sana.
Gracia kini menatap Chika dan Ara. Gracia membuka lengannya lebar-lebar dan membiarkan kedua gadis yang mulai beranjak remaja itu memeluknya dengan erat.
"Kak Cia juga kangen kalian banyak banyak. Kalian berdua jagain adek-adek dan bunda kan?"
"Oh ya jelas dong itu kan tugas aku sama Chika" Jawab Ara dengan wajah sombong.
"Kak Cia, ayo main"
"Iya kak, ayo main sama-sama"
Gracia menatap gemas adik-adiknya yang berebutan ingin main dengannya.
"Mainnya nanti ya. Kak Cia mau Bunda aja istirahat dulu"
"Yaaaaaaahhhh..."
Gracia tidak bisa menahan tawanya melihat bocah-bocah kecil ini terlihat kesal dan sedih. Pasalnya raut wajah mereka sangat kompak.
"Nanti ya, Kak Cia ngobrol dulu sama bunda. Habis itu Kak Cia janji main sama kalian"
"Janji ya?"
"Janji"
Awan mendung yang menyelimuti wajah mereka mendadak sirna dan digantikan wajah cerah. Memang benar-benar bocil sekali.
Bunda Melody membawa Gracia masuk dan menyuruh Ara serta Chika membuat teh dan mambawa cemilan.
"Gimana kerjaan kamu, lancar?"
"Alhamdulillah bunda. Berkat Opa Sakti, pembukaan resto di Bogor berjalan dengan lancar"
"Bunda senang dengarnya, tapi hati-hati, jangan sampai sakit. Jangan kelelahan ya, gak baik buat kesehatan"
"Ih, pada ngomongin apa sih serius amat?" Tanya Ara sambil bawa minuman. Sedangkan Chika menaruh kue yang baru tadi pagi mereka buat ke atas meja.
"Nih Kak, kebetulan tadi pagi aku sama anak-anak lain bikin kue" Ucap Chika.
"Yang bertugas icip-icip aku lho Kak. Pokoknya kalau aku bilang enak pasti itu enak" Tambah Ara dengan nada sombong. Mendengar jejak kesombongan itu membuat Chika kembali bersuara.
"Halah, cuma dapat tugas icip doang bangganya kayak menang Master Chef"
Ara yang diledek seperti itu pun gak terima. Gadis itu melototkan matanya pada Chika. Hanya untuk beberapa detik, karena detik berikutnya gadis remaja itu sudah kembali tersenyum lebar dengan membawa jejak kekonyolan di wajahnya.
"Cie yang udah tunangan, auranya beda" Olok Ara pada Gracia.
"Emang auranya Kak Cia sebelum tunangan apa, Ra?" Tanya Chika penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerhana Di Antara Dua Manusia
FanfictionAku mencintaimu hingga di titik dimana aku rela membagi nyawaku denganmu. Kamu adalah duniaku, tapi aku bukanlah semestamu. Bagimu, aku hanyalah gerhanamu.