Part 4

252 12 27
                                    

Pertunjukan solo Maya, "Lady Pirate Bianca" berjalan sukses. Teman-teman sekolah dan para guru menyukainya, sehingga drama tersebut dipentaskan beberapa kali lagi. Maya merasa sangat bahagia.

Secara tak diduga, Bu Tsukikage datang menonton pertunjukan perdana. Ia memuji penampilan Maya, namun juga mengkritiknya habis-habisan. Setelah pertunjukan, ia kembali menggembleng sang murid, menunjukkan letak kesalahan-kesalahannya.

Nona Kobayashi juga membantunya memoles pertunjukan solonya itu disana-sini. Berbeda dengan pertunjukan-pertunjukan sebelumnya, pada pentas ini Maya juga harus mengorganisir segala sesuatunya sendiri. Cukup berat, namun apa yang sudah dilihat dan dipelajarinya selama manggung terasa manfaatnya sekarang.

Setiap hari Sabtu, Maya masih datang ke rumah besar Hayami sesuai perjanjian mereka. Rumah itu dan keluarga Hayami masih membuatnya bergidik, namun ia menabahkan diri. Ia harus menjalani ini.

Setiap kali ia datang, Masumi tidak pernah ada di rumah, namun selalu ada hadiah-hadiah kecil di atas meja untuk menyambutnya. Buket-buket bunga yang cantik-cantik dengan ucapan salam yang manis, boneka beruang berbulu lembut, dan terkadang coklat dari luar negeri.

Hati Maya selalu sedikit tersentuh, namun ada sesuatu yang mengganggunya.

Kelihatannya Masumi terkadang memandangnya sebagai seorang aktris, terkadang sebagai seorang wanita, dan seringnya, sebagai seorang gadis kecil.

Maya sering dongkol memikirkannya.

Setiap kali memungkinkan, seusai pelajaran dari Nona Kobayashi, Maya menyelinap untuk pulang dengan sedikit memaksa pada para pelayan. Mereka tidak menahannya. Memang Masumi jarang berpesan untuk menyuruh Maya menunggunya. Mungkin karena ia sibuk.

Tetapi beberapa kali juga ia membawa Maya keluar rumah pada akhir pekan, mengajaknya menonton drama, dan terkadang pertunjukan musik. Ia selalu membawa Maya menonton pementasan drama yang berat, sehingga mau tidak mau kepala Maya terasa kering seperti diperas setiap kali ia keluar dari ruangan pertunjukan.

Sepulang dari sana, biasanya mereka berjalan-jalan sambil mendiskusikan apa yang sudah mereka tonton, makan di restoran yang bagus, dan pernah juga mereka pergi melihat sebuah festival kuil. Maya selalu menyukai festival-festival kuil.

Keberadaan Masumi masih sering membuat Maya rikuh dan benci, namun sekarang ia lebih bisa mentolerir pria itu. Sifatnya yang otoriter dan cara bicaranya yang sering sarkastis memang sangat menjengkelkan, namun ia ternyata punya sisi-sisi baik juga.

Hari Sabtu itu, pada permulaan libur musim panas, Maya belajar dengan Nona Kobayashi seperti biasanya. Namun ketika ia tengah bersiap pulang, Masumi memasuki kamarnya.

"Selamat sore, Mungil," sapanya.

"Selamat sore, Hayami-san," balas Maya, terengah. Ia sudah berencana kabur dari situ secepat mungkin untuk menghindari pria ini, seperti biasa, namun kali ini ia keduluan.

Dipikir-pikir, rutinitas ini mulai terasa seperti olahraga mental baginya. Seolah-olah ini adalah sebuah permainan, Maya Kitajima versus Masumi Hayami. Maya mulai merasa jengah dan lelah.

Ini baru berjalan beberapa bulan. Batas tiga tahun masih sangat lama.

"Duduklah," pinta pria itu. "Ada yang harus kubicarakan."

Maya kembali duduk dengan muka masam, kesal karena rencana kaburnya gagal.

"Ada masalah apa?" Tanyanya dengan nada ketus. Dari wajah Masumi yang serius, nampaknya berita yang dibawanya kurang baik.

"Ini," Masumi mengeluarkan buku laporan studi Maya dari dalam map yang dibawanya.

Maya langsung menepuk keningnya keras-keras secara mental. Ia merasa ingin pingsan.

Maya, 17 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang