1. Awal Pertemuan

37 19 4
                                    

Aku Evely, ini adalah hari pertamaku bersekolah di SMA Apel Merah. Yap,, aku adalah murid pindahan. Alasan ku pindah karena tuntutan kerja ayahku; yang mengharuskan kami pindah.

Jujur, rasanya aku sangat gugup; entah mengapa. Ketika aku sedang melintasi lorong menuju ruang guru, "Wush,,," aku menabrak seorang anak laki-laki yang sedang berjalan bersama kelompoknya.

"Anak kelas berapa? Kok gua baru liat lu ya?" ucap anak laki-laki itu. "Saya siswi pindahan, kelas 10 IPA 2" jawabku. Tiba-tiba, ia meninggalkanku setelah menatapku dengan tatapan yang sangat dalam.

Aku melanjutkan perjalananku menuju ruang guru. Setelah mengetuk pintu, aku masuk ke ruang guru dan berkata "Permisi Miss". Spontan guru tersebut menjawab "Kamu Evely ya? siswa pindahan itu? Saya Miss Vera, wali kelas 10 IPA 2"

"Saya akan antar kamu ke ruang kelas" lanjut Miss Vera. Aku hanya tersenyum, sambil menganggukkan kepalaku. Sesampainya di kelas, Miss Vera mempersilahkan ku, untuk memperkenalkan diriku.

" Halo teman-teman,,, Perkenalkan, saya Evely Amelya; dan saya berharap kita dapat berteman dan berinteraksi dengan baik. Aku pun pergi ke tempat dudukku dan ada salah satu murid berkata "Halo Evely, gue Chele, salken."

Jawabku "Halo Chele, senang berkenalan denganmu." Chele melanjutkan perkataannya " Lo kan anak baru disini, hati-hati ya. Di sekolah ini, ada kakak kelas 12 tukang bully, tapi para korban bully, ga berani lapor guru."

"Oh,, terimakasih infonya ya. Tadi aku nabrak anak laki-laki, yang lagi jalan bareng genk nya. Humm,, ciri-cirinya; dia lumayan tinggi, rambutnya agak kecoklatan, pakai jaket warna hitam, dia langsung pergi, tapi dia natap aku dalam banget" ucapku.

Seketika, raut wajah Chele berubah. Ia nampak terkejut dan panik. "Evely,,, dia kakak kelas yang gue bilang,,, Lo harus hati-hati. Gue takut nanti lo kena bully juga" ucap Chele. Entah mengapa, aku malah tertarik dengan kakak kelas ini.

Spertinya, aku harus mengungkapkan rahasia ini kepada guru, agar tidak ada korban bully lagi. Bel istirahat berbunyi, semua murid nampak girang keluar kelas. Tak lama, mereka kembali kedalam kelas sambil berlarian dan ketakutan.

Ternyata,, kakak kelas tukang bully itu menghampiri kelas kami. Ucapnya " Woi!! Evely Amelya, mana orangnya!"
Seketika aku terdiam, secepat itu dia mengetahui namaku. Aku menghidupkan perekam suara di ponselku, dan menghampirinya.

Kakak kelas itu menarikku entah kemana, ketika berpapasan dengan guru, ia tersenyum; seakan tak terjadi apa-apa,,, "Cerdik juga dia, pantas pembullyan ini gak ketahuan guru, korban bully juga gak berani lapor, ternyata dia baik didepan guru" renungku dalam hati.

Ternyata ia menarikku ke belakang sekolah, nampaknya ini tempat yang digunakannya untuk melakukan pembullyan. "Pushh,,," ia mendorongku hingga aku terjatuh. Ucapnya "Woi anak baru, lu itu masih baru disini, jangan macam-macam ya".

Aku pun terheran, macam-macam dari mananya ya,,,? Kakak kelas itu melanjutkan perkataanya " Tadi pagi, lu nabrak gua ya, dan lo ga minta maaf sama gua". "Maaf kak, tadi saya mau minta maaf, tapi saya canggung kak. Jadi saya bener-bener minta maaf" ucapku.

"Basi!, permintaan maaf lu udah telat, gua mau lu jadi babu gua di sekolah ini" jawabnya. Karena sangat kesal, aku menjawab " Maksud lo apa ya ! Lo suruh gue minta maaf, gue udah lakuin, dan lo bilang basi?,, ". "Anak baru ini berani ngelawan rupanya, coret bajunya" ucapnya kepada temannya.

Ia menyuruhku pergi dan,,,, yapp,, seperti dugaanku. Pasti aku ditegur oleh kepala sekolah. Tapi aku takkan diam begitu saja, aku punya bukti rekaman kejadian itu. Dan,, kakak kelas itu dipanggil ke ruang kepala sekolah.

Ternyata namanya "Erko Ricardo, kelas 12 IPA 2". "Senior, tapi gak kasih contoh yang baik ke adik kelasnya" gumamku dalam hati. Erko dihukum membersihkan toilet sekolah. Aku menghanpirinya sambil berkata " Kak Erko?,, dihukum ya kak. Selamat bersih-bersih toilet kakak senior".

Ia masuk kedalam salah satu bilik toilet,  menghampiriku sambil membawa sebuah gayung yang berisi air dan menyiramkannya padaku. Aku meninggalkannya, tetapi tiba-tiba Miss Vera datang dan bertanya "Lho,, nak, bajumu kenapa basah?"

Jawabku " Oh,, tidak apa miss, tadi saya buka keran, ternyata aliran airnya sangat kuat, hehe". Miss Vera hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan kami berdua.

Ucapku pada Kak Erko "Kak,, aku baik lho,, gak ngasih tau kalo sebenernya bajuku basah karena kak erko, hehe. Semangat menjalani hukuman kak".
Aku pun kembali ke kelas dengan keadaan baju yang basah.

Sepulang sekolah, Kak Erko menghampiriku dan merampas ponselku. Ia berkata "Lu gaakan bisa laporin gua lagi, dan liat besok apa yang bakal lo alamin". Tak hanya itu ia melemparkan ponselku kedalam kolam yang berada di sampingku.

Ia meninggalkanku, jujur,, aku ingin tertawa terbahak-bahak. Ia pikir, ia sudah menang? Ia tak tahu saja,, aku mempunyai 2 ponsel, dan ponselku yang lain sudah kuhidupkan perekam suaranya. Ayah juga memberiku kalung, yang dilengkapi kamera. Untung sudah kupersiapkan semua.

Keesokan harinya, ia menyeretku kebelakang sekolah dan menyoret seragamku untuk kedua kalinya. Ia menuliskan " Ayo bolos!!". Dan benar, aku terkena masalah, aku ditegur guru, dan di beri Surat Peringatan. Sebenarnya aku bisa saja melampirkan bukti pembullyannya. Tapi, biarkan sajs Erko melakukan permainannya.

Ia selalu membullyku, dan juga murid lain. Aku selalu merekam ketika ia membullyku atau murid lain. Tiba saatnya hari kelulusan, semua murid disuruh untuk berkumpul dilapangan. Karena para murid kelas 12 ingin lulus, para guru mempersilahkan jika ada yang ingin melampirkan kenakalan anak kelas 12.

Aku melampirkan semua bukti,, yapp,, bukti-bukti pembullyan yang dilakukan oleh Kak Erko. Kak Erko, adalah anak teladan dimata guru, karena ia selalu terlihat baik, dan pintar. Tetapi para guru terkejut, melihat kelakuan asli Kak Erko.

Kepala Sekolah memutuskan Kak Erko tidak lulus kelas 12, dan harus mengulang kembali. Perasaanku bercampur aduk, disatu sisi aku senang karena aku melihat Kak Erko mendapat hukuman atas perbuatannya, di sisi lain aku merasa kasihan, dan penasaran apa penyebab Kak Erko menjadi tukang Bully.

....

   .

SENIORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang