Sahya Adinatha adalah seorang siswa populer di sekolah nya. Ia terkenal sebagai pemain bola unggul di Tim nya, di tambah lagi karismanya semakin membuat siswi-siswi terpikat. Sahya sangat menyukai sepakbola, ia sering mengikuti lomba antar sekolah sampai kabupaten. Selain terkenal prestasinya di olahraga sepak bola, Sahya juga terkenal sebagai musuh bebuyutan Mora.
Keduanya sering terlibat adu mulut untuk hal-hal yang terlihat sepele. Karakter Mora yang misterius serta omongan kasarnya juga Sahya dengan sifat keras kepalanya, keduanya bagaikan batu yang saling memukul. Tidak ada yang mau mengalah dan menimbulkan keributan. Tiada hari tanpa saling mencaci, keduanya seperti memiliki dendam masing-masing.
Mora sendiri bukanlah siswi yang mempunyai banyak teman, bahkan bisa dibilang tidak punya sama sekali. Gadis itu sangat malas untuk bersosialisasi, baginya itu hanya membuang-buang waktu. Terlebih setiap kata pedas yang keluar dari mulutnya, membuat siapapun tidak berniat menjadikan nya teman.
" Apa perduli ku.. "
Hal itu yang selalu diucapkan Mora dalam hatinya. Ia tidak memperdulikan hal-hal yang ada disekelilingnya. " Tidak penting! " Kejam bukan, itu adalah salah satu kata yang selalu terlontar di bibir Mora." Minggir!!! "
Suara keras itu hampir saja membuat jantung Sahya melompat keluar. Ia sudah tau siapa pemilik suara itu, satu sekolahan tidak ada yang suaranya sejelek ini. Sahya berbalik dengan wajah jengkel, ia menatap tajam kearah Mora yang hanya diam dengan wajah datarnya." Jalan masih lebar!.., Matamu buta ya!? "
Mora mendesis merespon ucapan Sahya. Ia segera keluar kelas dengan wajah sebal, tak lupa dirinya secara sengaja menginjak kaki Sahya sebagai bentuk pembalasan dendam.Sahya memekik kesakitan, pasalnya gadis bertubuh mungil itu cukup sakit saat menginjak kakinya. " Mak lampir jelek! "
" Udah-udah jangan pacaran!,eh.. maksud nya bertengkar"
" Hati-hati..., Entar jodoh lho! "
Teman-teman Sahya mulai menggoda, laki-laki itu lantas melempar tatapan tajam nya. Sahya yang terlihat kesal pergi duluan meninggalkan teman-teman nya yang masih di kelas. Ia bersiap untuk Latihan sepak bola menjelang turnamen besar yang sangat diidam-idamkan nya.Selesai ganti baju, Sahya segera menuju lapangan untuk gabung bersama rekan setimnya. Mereka berbaris dan melakukan pemanasan. Latihan berjalan dengan baik meski sebelumnya mood Sahya sempat hancur karena bertengkar dengan Mora, tapi ia tetap profesional dengan kegiatan nya. Ia tidak mau mengikut campurkan masalah luar sampai mengganggu latihan nya, sungguh itu hal yang buruk menurut Sahya. Latihan hari ini berakhir pukul 17.30 petang. Setelah melakukan pendinginan rekan-rekan setim Sahya segera bubar untuk pulang ke rumah masing-masing. Sahya berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor nya. Namun sebelum ia benar-benar sampai ke parkiran, tanpa sengaja ia melihat Mora yang berdiri lemas di depan Toilet wanita. Wajah gadis itu terlihat pucat dengan keringat dingin yang membasahi pelipis nya. Gadis itu terlihat tidak baik-baik saja, namun rasa gengsi untuk sekedar bertanya tentang keadaan nya sangat besar. Sahya pada akhirnya memilih abai dan segera bergegas untuk pulang.
Awalnya semuanya baik-baik saja, namun saat di tengah jalan hujan mulai turun dengan lebatnya. Angin berhembus kencang bersamaan dengan petir yang menyambar. Karena langit yang mulai gelap dan derasnya hujan, hal itu membuat pengelihatan Sahya tidak jelas. Kaca helmnya yang di penuhi dengan air semakin memperburuk pendangannya. Sahya masih melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Seperti yang kita ketahui, dia adalah laki-laki dengan sifat yang sangat keras kepala. Beberapa kali motornya sempat oleng karena tidak sengaja melewati aspal yang berlubang, bersyukur karena Tuhan masih memberinya keselamatan. Sampai akhirnya sampailah ia pada titik dimana tidak bisa lagi mengontrol keseimbangan motornya. Sahya tidak tahu jika dihadapannya ada truk besar yang melaju lambat. Karena jarak yang sudah mepet dan tidak ada waktu untuk menghindar, motor yang ditumpangi Sahya dengan kecepatan tinggi itu menghantam keras pada bagian belakang truk.
Saat tubuhnya terpental dan membentur aspal dengan kasar ia merasakan seluruh tubuhnya mati rasa, namun setelah itu semuanya perlahan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Itu Dengan Mora
Short StoryKehilangan mimpi nya membuat Sahya putus asa. Masa depannya seakan gelap tak ada jalan. Namun, hari itu ia bangkit karena musuh bebuyutannya. What!?